Cerpen Bobo Ketujuhbelas Ini Ceritanya Berjudul "Misteri Hantu Atap", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Misteri Hantu Atap
----------------------------------------------------------------------------------------
”Mita, tolong beli obat nyamuk dulu, ya! Obat nyamuk kita habis,” seru ayah Mita dari dalam kamar. Mita agak mengeluh ketika disuruh oleh ayahnya. Dia sangat takut malam hari. Terlebih lagi saat bulan mati seperti saat ini. Di luar akan gelap gulita kecuali cahaya lampu penerang jalan. Namun, dia gak bisa menolak karena dia juga gak kuat jika saat dia tidur akan diserang nyamuk-nyamuk nakal.Perlahan dia membuka pintu depan rumahnya. Tampak sepi. Hanya suara jangkrik yg meramaikan suasana malam itu. dia memandang sekeliling. Terasa aman walau terlihat menakutkan. Lalu perlahan dia melangkah keluar rumah.
Namun, dia dikejutkan oleh suara berisik dari atap rumahnya. Langkahnya terhenti. Lehernya terasa kaku tuk menoleh ke belakang. Namun, rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Perlahan dia menoleh ke belakang.
Matanya terbelalak setelah dia melihat dua buah cahaya kuning keemasan bergerak menuju tiang listrik di atap rumahnya lalu kembali lagi ke atap rumahnya. Mulutnya gak bisa terbuka. Dia tampak ketakutan. Cahaya bulan yg mati menambah seramnya dua cahaya itu yg perlahan bergerak mendekati cerobong asap.
Karena ketakutan, Mita berlari menuju warung di persimpangan jalan. Dengn cepat dia membeli obat nyamuk lalu berlari menuju rumah. Sampai di halaman, dia gak berani tuk menoleh ke atap rumahnya. Dengn cepat dia masuk ke dalam rumah dan langsung menyalakan obat nyamuk dan setelah itu dia tidur. Lalu dia masuk ke kamarnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia sangat ketakutan.
Namun, secara perlahan matanya mulai terpejam oleh sunyinya malam. Esok harinya, bayangan dari dua cahaya di atap rumahnya masih menghantui pikirannya. Ketika berangkat sekolah dia melihat ke atap rumahnya lagi. Hanya terlihat Piky, kucing hitam yg tampak sibuk mengejar tikus sehingga berbunyi gaduh. Sampai di sekolah dia langsung menceritakan semua yg dia alami kemarin malam pada kedua sahabatnya.
“Ah, gak mungkin! Hantu itu gak ada,” bantah Mikha temannya.
“Benar. Aku sendiri melihatnya,” kata Mita meyakinkan.
“Baiklah, nanti malam kami akan menginap di rumahmu. Lalu kita akan menyelidikinya!” ajak Rima.
Malam pun tiba. Mikha, Mita dan Rima sudah mempersiapkan semuanya. Rima membawa senter, Mikha membawa kamera tuk menangkap gambar dari hantu tersebut. Sementara Mita hanya membawa bawang putih agar gak ditangkap ato dimakan oleh hantu tersebut.
Penelitian mereka pun dimulai. Perlahan mereka bertiga keluar dari rumah Mita. Mereka menatap sekeliling. Suasana sunyi semakin terasa. Hembusan angin membuat bulu kuduk mereka merinding.
“Berhenti di sini!” perintah Mita berbisik.
“Kenapa berhenti di sini?” tanya Rima.
“Aku mendengar suara hantu itu dari sini,” jelas Mita.
Benar saja. Mereka bertiga mendengar suara gaduh di atas atap.
“Itu dia. Ayo, kita beraksi!” seru Rima.
Mereka menoleh ke belakang. Ternyata benar. Mereka melihat dua cahaya berlari di atap rumah Mita. Cahaya itu melompat ke atap rumah tetangga dan perlahan kembali lagi. Namun, cahaya itu mungkin sudah melihat mereka bertiga. Cahaya itu diam seperti sedang menatap mereka bertiga. Mereka saling mendekat, merapatkan badan,dan saling memeluk.
“Tuh, kan! Dia melihat kita. Mati kita,” bisik Mita.
“Akan aku ambil gambarya!” seru Mikha sambil menyiapkan kameranya.
“Ayo, beraksi!” seru Rima.
Mikha dan Rima memang lebih pemberani dibandingkan Mita. Rima menyalakan senter dan langsung mengarahkannya ke dua cahaya itu. Mikha mulai menyiapkan kameranya. Perlahan cahaya senter Rima mulai mengenai cahaya itu, namun cahaya itu hanya diam.
Mereka semua terkejut ketika cahaya senter Rima mulai mengenai cahaya itu. Ternyata dua cahaya itu adalah Piky, kucing Mita sendiri.
“Ha...ha...ha. Ternyata kucing.” Rima tertawa terbahak-bahak. Mikha pun begitu. Sementara Mita hanya diam merasa bodoh tertipu oleh kucingnya sendiri. Kini dia baru ingat bahwa mata kucing dapat bercahaya saat malam hari. Dan sekarang misteri dua cahaya itu sudah terpecahkan.
Oleh: restu krisnawan
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!