CERPEN BOBO Ketiga, Rahasia Sekeping Uang Logam

Cerpen Bobo Ketiga Ini Ceritanya Berjudul "Rahasia Sekeping Uang Logam", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Rahasia Sekeping Uang Logam

----------------------------------------------------------------------------------------
Ini tuk pertama kalinya aku berulang tahun di negeri orang. Gak ada teman, saudara, ato tetangga sebelah rumah yg bisa aku ajak merayakannya. Ah, tapi gak apa-apa. Aku masih punya Mama, Papa, dan ...

“Alia!” panggil Usagi, teman sebangku aku yg slalu menemaniku selama aku tinggal di jepang, “Hari ini kamu ulang tahun, kan? Selamat, ya! Semoga panjang umur,” Usagi mengulurkan tangan.

“Terima kasih,” aku membalas uluran tangannya.

Usagi merapatkan mantel putihnya, begitu juga aku. Musim salju mulai turun. Semua murid memakai mantel tebal. Aku dan Usagi menuju halte bus.

“Kok, kamu sepertinya gak bahagia?” tanya Usagi lagi.

Aku mengedikkan bahu. Aku memang agak sedih karena gak ada yg merayakan ulang tahunku. Tiba-tiba mataku tertuju pada kilauan benda kecil di depanku. Segera kuambil. Owww ... sekeping uang logam.

“Uang logam tahun berapa?” Usagi merebut logam itu dari tanganku. “Hebat!” teriaknya tiba-tiba, cukup mengagetkan. “Li, ini benar-benar hari keberuntungan buat kamu!” lanjutnya.

“Apa maksudmu?” tanyaku gak mengerti.

“Menurut orang jepang, kalau kita menemukan uang logam pada hari ulang tahun, dan tahun pembuatan uang logam tersebut sesuai dengan tahun kelahiran kita, maka tiga permintaan kita akan dikabulkan!” jelas Usagi panjang lebar.

Aku tersenyum, “Aku gak percaya,” kataku.

“Kamu harus percaya. Tuhan sedang berbaik hati pada kamu!” Usagi mengembalikan uang logam itu. Kulihat tahun pembuatannya sama dengan tahun kelahiranku.

“Ayo Alia, sekarang kamu harus minta sesuatu!” Usagi terus memaksa. aku gak percaya, tapi gak apa-apalah.

“Kalau begitu aku akan minta kepada Tuhan, supaya hari ini ada matahari bersinar!” kataku akhirnya. Beberapa saat kemudian permintaanku itu benar-benar dikabulkan Tuhan.

“Lihat Alia!” teriakan Usagi, “Lihat! Matahri muncul di balik awan!”

Ah, aku hampir-hampir gak percaya. Matahari muncul di langit sana, padahal sekarang musim salju!

“Betul, kan, apa yg kubilang. Tuhan sedang berbaik hati sama kamu. Sekarang, coba ajukan permintaan kedua! Ayo, Alia!” kata Usagi.

“Aku mau hadiah bunga sakura!” aku mengucapkan permintaan kedua.

Diiin! Diiin! Bus yg aku tunggu datang.

“Aku pulang dulu, ya! Nanti aku telepon!” kataku sebelum masuk bus. Usagi mengangguk, lalu melambaikan tangan.

Di dlam bus aku tersenyum sendiri. Apa benar yg dikatakan Usagi? Ah, aku yakin itu hanya kebetulan aja. mana mungkin uang logam bisa membawa keberuntungan? Aku gak yakin permintaan kedua terkabul.

“Stop!” teriakku sampai di depan rumahku.

“Cepat masuk Alia!” kata Mama begitu pintu dibuka. Sepertinya sebentar lagi akan ada badai salju.

Aku mencium tangan Mama lalu masuk ke kamar. Sekali lagi aku terkejut. Di kamarku sudah ada beberapa tangkai bunga sakura.

“Itu bunga dari Tante Irma. Tadi dia ke sini,” Mama menjelaskan.

Ya Tuhan ... Usagi benar! Aku menuju telepon dan memijit nomor telepon Usagi. Kebetulan ia sudah sampai di rumah. Aku ceritakan permintaan keduaku itu.

“Sekarang apa permintaan terakhir kamu?” tanya Usagi.

Aku garuk-garuk kepala, “Aku ... aku gak tahu.”

“Begini saja, bagaimana kalau kamu minta pada tuhan agar hasil ulanganmu slalu yg terbaik!” usul Usagi beberapa saat kemudian.

“Ah, kamu ada-ada aja!” tolakku.

“Ini kesempatan baik Alia!”

“Gak! Itu nanti akan membuatku malas belajar!”

“Tapi ...”

Sekitar seperempat jam aku berdebat dengn Usagi. Hingga akhirnya aku dan Usagi bertengkar. Usagi membanting telepon. Aku juga membanting telepon.

“Ada apa sih?” tanya Mama melihat kelakuanku. “Gak baik membanting-banting telepon!”

“Habis Usagi duluan,” gerutuku.

“Memangnya ada apa?” tanya Mama lagi.

Aku menarik napas sejenak, lantas menceritakan semuanya. Tentang uang logam itu, tentang permintaan pertama dan keduaku yg dikabulkan, dan tentang permintaan terakhir yg membuatku membanting telepon.

“Kamu benar! Meskipun Tuhan sedang berbaik hati padamu, tapi sebaiknya jangan menuruti permintaan Usagi itu,” Mama mendukungku.

“Lalu aku minta apa?” tanyaku sebelum Mama meninggalkanku.

Mama menghentikan langkahnya, “Bagaimana kalau kamu minta sahabat aja? iya, seorang sahabat sejati!” katanya.

Sahabat? Ya! Kenapa gak? Akhirnya aku minta pada Tuhan supaya diberi seorang sahabat sejati. Aku lalu masuk kamar, mengganti pakaian, lalu menuju meja makan. Aku barus saja menyiapkan piring ketika bel berbunyi. Kudengar Mama membuka pintu.

“Alia! Coba kamu lihat, siapa yg datang,” kata Mama.

Aku menoleh. Usagi?!

Usagi tersenyum, mendekati tempat dudukku dan mengulurkan tangan, “Maafkan aku, ya! Aku ...”

Aku menggeleng-geleng. Aku gak mau mendengar kelanjutkan perkataan Usagi. Aku yakin Usagi menyesali perbuatannya karena dia seorang sahabat sejati yg dikirimkan Tuhan untukku. Seperti permintaan terakhirku!
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post