CERPEN BOBO Kesebelas, Badut Simon

Cerpen Bobo Kesebelas Ini Ceritanya Berjudul "Badut Simon", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Badut Simon

----------------------------------------------------------------------------------------
Gak seorang pun tahu kalau Pak Simon adalah seorang badut. Bahkan isteri dan anaknya pun gak tahu. Orang-orang hanya mengira Pak Simon itu gak punya pekerjaan tetap.

Seperti biasa, pagi ini Pak Simon mengayuh sepedanya menuju kota. Dia berhenti di dekat rumah mungilnya di sudut kota. Di sanalah dia menyembunyikan barang-barangnya. Pak Simon menengok ke kiri dan ke kanan, mencari saat yg tepat tuk masuk ke rumah itu. Tergesa-gesa dia membuka pintu, memasukkan sepedanya lalu menutup pintu dari dalam. Pak Simon lalu melangkah ke depan lemari kayu tua yg cerminnya telah retak. Di depan cermin ia berdiri.

"Akulah Simon! Akulah badut kota! Tetapi aku gak ingin orang-orang tahu kalau Simon adalah seorang badut," kata hati Pak Simon sambil tersenyum. Sudah lima tahun ia menyimpan rahasia itu.

Seperti biasa, Pak Simon lalu membuka lemari itu. Ia mengambil peralatan make-up dan pakaian badutnya. Pak Simon mulai bersolek hingga ia yakin wajahnya gak lagi dikenali sebagai Simon. Ia memoles wajahnya dengn make-up, menempel bulatan karet di hidungnya, dan mengenakan rambut palsu serta topi kerucut. Ia juga melilitkan spon di perut dan pinggangnya hingga terlihat gendut. Terakhir dia memakai pakaian badut bermotif bulat-bulat aneka warna, dan sepatu berhak tinggi.

Pak Simon berkaca tuk memastikan penampilannya. Setelah itu ia mengantongi beberapa bola kecil dan peralatan lainnya. Ia pun meraih sepeda roda satunya. Setelah mengunci pintu rumahnya, ia menaiki sepeda roda satu itu menuju keramaian pusat kota.

"Badut! Badut!" terdengar teriakan anak-anak kecil bersorak. Pak Simon tersenyum. Ia memulai atraksinya. Berputar-putar di atas sepeda sambil melempar-lempar beberapa bola dengn kedua tangannya. Orang-orang mulai merubungnya tuk menonton. Pak Simon juga meletakan sebuah mangkuk plastik di hadapan orang-orang itu. Satu demi satu orang-orang melemparkan uang recehan ke dalam mangkuk. Mereka rela memberikan uang mereka. Pertunjukan atraksi Pak Simon memang lucu dan menggemaskan. Penonton merasa terhibur.

Waktu terus berlalu. Pak Simon masih melanjutkan atraksinya. Tetapi tiba-tiba jantungnya berdegup kencang ketika melihat seorang wanita yg menggendong anak kecil. Anak itu tampak sangat kagum memperhatikan gerak-geriknya.

"Aduh! Istriku! Mengapa dia ke sini dengn Upik?" Pak Simon cemas. Ia khawatir istri dan anaknya tahu kalau selama ini dia bekerja sebagai badut. Saat pikirannya sedang kalut, tiba-tiba…

"Copet! Copet!" terdengar teriakan istri Pak Simon. Pak Simon kenal betul suara istrinya itu. Spontan ia melempar bola yg dipegangnya ke arah copet yg membawa lari dompet istrinya. Sayang gak kena sasaran. Pak Simon meloncat dari sepedanya dan berlari menyibak kerumunan orang yg termangu. Pak Simon kembali melempar bolanya dengn keras. Kali ini tepat mengenai kepala si pencopet. Ia merasa pening lalu tersungkur. Pak Simon berlari mendekatinya. Beberapa orang segera menahan si pencopet. Pak Simon segera mengambil dompet itu, lalu diberikannya pada istrinya.

"Terima kasih!" kata Bu Simon sambil tersenyum. Pak Simon hanya tersenyum, gak berani bicara. Namun, gigi taring Pak Simon yg ompong terlihat. Bu Simon agak terkejut tetapi Pak Simon gak mempedulikannya. Setelah menyalami Bu Simon dan Upik , ia segera menjauh tuk kembali beratraksi.

"Giginya ompong, persis Ayah ya, Upik," ujar Bu Simon pada anaknya. Ia lalu mengajak Upik pulang.

Selesai pertunjukan, Pak Simon meraih mangkuk berisi uang. Ia lalu mengayuh sepeda roda satunya menuju rumah mungilnya. Seperti biasa ia segera membasuh muka, membersihkan make-up dan ganti baju. Dia kembali mengenakan pakaian seperti saat ia berangkat tadi. Setelah menghitung uang perolehannya, Pak Simon segera mengeluarkan sepedanya, mengunci pintu dan mengayuh sepeda tuk pulang.

"Akulah Simon! Akulah badut kota!" kata Pak Simon dalam hati. Setiba di rumah, Bu Simon dan Upik menyambutnya.

"Pak! Tadi aku kecopetan di kota. Saat itu aku sedang mampir nonton badut dengn Upik. Badut itulah yg membantu meringkus pencopet itu," Pak Simon tersenyum mendengar cerita istrinya.

"Kau kenal dengn badut itu, Bu?" tanya Pak Simon.

"gak! Yang kuingat, gigi badut itu ompong seperti Ayah."

"Iya. Badutnya ompong seperti Ayah," kata Upik. Pak Simon tertawa.

"Akulah badut itu, Bu. Akulah badut itu, Nak! Akulah Simon! Akulah badut kota!" kata Pak Simon. Tetapi hanya di dalam hati. Entah sampai kapan Pak Simon sanggup menyimpan rahasia itu...
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post