CERPEN BOBO Keenam, Nenek Jingga

Cerpen Bobo Keenam Ini Ceritanya Berjudul "Nenek Jingga", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Nenek Jingga

----------------------------------------------------------------------------------------
Nenek Jingga adalah tetangga baru yg menempati rumah di depan rumah Asti. Wajahnya sudah sangat keriput, dengn mata yg menyeramkan seperti nenek sihir di film-film horor.

Asti sering bergidik melihatnya. Setiap kali bertemu di depan rumah Asti langsung berlari kencang menghindar.

“Aku takut Bun!” keluhnya pada Bunda yg menegur sikapnya, “Nenek itu seram sekali wajahnya..”

“Bukan seram, Asti.. Itu karena nenek sudah tua jadi wajahnya berkerut!” kata Bunda

Tapi tetap saja Asti takut berdekatan dengn Nenek Jingga. Kadang Nenek Jingga memanggilnya masuk ketika Asti melongok-longok dipagar berharap menemukan keanehan di rumah Nenek itu. Ketika Nenek Jingga keluar, Asti lari masuk ke dalam.

Malamnya dia suka bermimpi Nenek Jingga datang dengn giginya yg runcing dan topi kerucut ala nenek sihir. Asti menjerit terbangun.

“Kenapa Asti?? Mimpi buruk?” Tanya Ayah yg ikut terkejut.

“Asti mimpi Nenek Jingga datang Yah…” sungutnya. Bunda dan Ayah tertawa mendengarnya.

“Ih sudah kelas tiga kok masih penakut. Nenek Jingga kan baik, dia sering kirim kue Sus kesukaanmu tuh!”

Asti bergidik. Di dalam pikirannya sekarang Nenek Jingga sedang membersihkan sapu terbangnya tuk kemudian berkeliling menculik anak-anak perempuan seusianya. Hiiiihhh!!…

Pulang sekolah Asti menemukan rumahnya dalam keadaan kosong dan terkunci. Kemana bunda?

“Cucu,…” sapaan serak itu mengejutkan Asti. Nenek Jingga sudah berdiri di belakangnya, menyeringai dengn mata menyipit.

“Bundamu tadi titip pesan supaya kamu ke rumah Nenek dulu karena Bundamu harus ke rumah sakit, Budemu sakit keras…” Nenek Jingga mengulurkan tangannya mengajak Asti ke rumahnya.

Duuuh! Bunda kenapa nitipin aku ke Nenek sihir sih!! Gerutunya. Bulu kuduknya berdiri.

Sementara hari mendung dan sebentar lagi kelihatannya akan turun hujan lebat.

Asti menurut, mau gak mau. Ia memberanikan diri mengikuti Nenek Jingga.

Asti duduk di teras, dan benar saja… hujan mulai turun disertai petir. Asti melongok-longokkan kepalanya ke sekitar. Takut menemukan sapu terbang milik Nenek Jingga.

Plarrr!!! Tiba-tiba suara halilintar terdengar menyambar. Asti menjerit naik ke atas kursi dan berjongkok menekap tubuhnya.

Nenek Jingga terkekeh melihat kelakuannya. Ia keluar menyuguhkan Kue Sus dan teh hangat.

“Takut ya…?” katanya masih terkekeh, ”Ayo minum teh ini supaya tubuhmu hangat, Cu…dan ini kue sus buatan Nenek, kata Bundamu kamu sangat suka….”

Asti mendekat perlahan. Perutnya memang sedikit lapar karena belum makan siang.

“Suara halilintar itu keras sekali…” gumamnya.

Nenek Jingga terkekeh lagi, kulitnya yg keriput makin terlihat berkerut-kerut.

“Cucu tau apa penyebab Halilintar?”

Karena sihirmu,… Abrakadabraaaaa!!! Asti masih berkhayal sebelum mengeleng ragu.

“Halilintar itu adalah percikan listrik. Penyebabnya adalah loncatan listrik yg amat besar dari awan ke awan dan juga dari awan ke bumi….” terang Nenek Jingga.

Asti mendengarkannya seksama.

“Nanti kalau kamu sudah sekolah menengah kamu akan belajar adanya kutub negatif dan kutub positif. Nah, Halilintar itu terjadi karena perbedaan kutub yg besar antara awan ke awan ato awan ke bumi, karena perbedaan yg terlalu besar itu maka terjadi lah pelepasan listrik dan menimbulkan cahaya raksasa..”

Asti memandang Nenek Jingga takjub. Ternyata nenek sihir ini sangat pintar. Sedikit demi sedikit Asti berani bertanya pada Nenek Jingga apa yg ingin di ketahuinya.

“Itu yg dinamakan petir?”

Nenek mengangguk, ”karena petir berbahaya, makan hampir setiap bangunan tinggi punya penangkal petir di atapnya. Bentuknya seperti logam yg di letakkan di atas gedung…”

Nenek menuangkan teh lagi pada gelas Asti yg tandas.

Di luar masih terlihat petir menyambar dan hujan yg cukup lebat.

“Hebat ya yang punya ide membuat penangkal petir itu…” gumam Asti.

“Iya. Dia adalah seorang ilmuwan bernama Benjamin Franklin….”

Asti jadi benar-benar tertarik dengn cerita Nenek Jingga,”Nenek kok banyak tahu sih….”

Nenek Jingga terkekeh lagi,” Nenek dulu adalah Guru Sekolah Dasar….dan Nenek senang membaca!”

Asti tercengang. “Guru?”

“Iya, tapi Nenek sudah lama pensiun… sekarang Nenek sering mengisi waktu untuk mendongeng dan bercerita tentang Ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah…” terang Nenek Jingga.

Perlahan ketakutan Asti berubah menjadi kekaguman. Di usia Nenek Jingga yg setua ini, beliau masih kuat mengerjakan semua sendiri dan bahkan masih kuat berkeliling sekolah sekolah untuk bercerita.

Semenjak saat itu Asti jadi sering bertandang ke rumah Nenek Jingga. Ternyata dari Nenek yg dulu ditakutinya ini Asti bisa banyak menimba ilmu.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post