CERPEN BOBO Ke-95, Pantangan Peri Petai

Cerpen Bobo Ke-95 Ini Ceritanya Berjudul "Pantangan Peri Petai", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Pantangan Peri Petai

----------------------------------------------------------------------------------------
Di sebuah desa di Negeri Verfera, hiduplah seorang bapak tua bernama Reneroo dengn anak gadisnya, Seyra. Mereka hidup miskin di gubug tua yg hampir roboh. Meskipun kekurangan, Seyra dan ayahnya sangat baik hati dan suka menolong.
Suatu hari, Seyra dan ayahnya pergi ke hutan tuk mencari kayu bakar dan memanen pohon petai yg ada di kebun mereka. Pagi-pagi sekali mereka berangkat agar hasilnya bisa secepatnya dijual ke kota.
Seusai membantu ayahnya, Seyra beristirahat di bawah pohon petai sambil menunggu ayahnya memanen petai. Ayah Seyra sangat senang karena sepertinya akan mendapat uang banyak dari hasil penjualan petai itu.
Karena lama menunggu ayahnya, akhirnya Seyra bermain-main sambil mengumpulkan petai yg berjatuhan. Ketika sedang mengumpulkan petai, tiba-tiba Seyra mendengar suara orang menangis.
“Ayah dengar suara orang menangis?” Tanya Seyra.
“Ya… Ayah dengar sayup-sayup,” jawab Ayah Seyra makin bingung.
Makin lama, suara tangis itu semakin jelas, Seyra dan ayahnya berusaha mencari asal suara itu. Suara itu sepertinya berasal dari petai yg berjatuhan.
“Tolooong… keluarkan aku dari sini!” teriak suara itu.
Seyra dan ayahnya terperanjat. Suara itu benar-benar berasal dari buah petai tadi.
“Siapa kau? Apa yg bisa kulakukan tuk menolongmu?” Tanya Seyra.
“Tolong, aku adalah ulat petai yg ada di dalam petai ini. Bukalah buah petai ini satu persatu, keluarkan aku!” jerit Ulat Petai.
“Baiklah, tapi aku tak tahu petai mana yg harus kubuka. Kalau aku buka semuanya, kami tak dapat menjualnya ke kota. Petai kami tak laku dijual bila sudah terkupas,” sahut Seyra bingung.
“Tolonglah, aku bisa mati bila terus berada di sini!” jerit Ulat Petai.
Akhirnya, Seyra dan ayahnya mengupas semua petai. Seyra belum juga menemukan ulat petai itu, hingga akhirnya tersisa satu petai. Dengn tegang mereka membuka petai terakhir dan ternyata Ulat Petai itu ada di sana.
Seyra dan ayahnya tersenyum bahagia karena dapat menolong Ulat Petai keluar. Ulat Petai pun sangat bahagia.
“Baiklah, sebagai tanda terima kasihku, aku ingin memberimu tangkai petai ini. Gunakan sesuai keperluanmu. Tangkai petai ini dapat menjadikan gambar apapun menjadi nyata seperti aslinya. Tapi ingat, sihir itu hanya berlaku sekali tuk satu macam benda dan sihir itu dapat hilang dalam sekejap jika kau dan ayahmu melanggar pantanganku,” jelas Ulat Petai.
“Apa pantangannya?” Tanya Ayah Seyra penasaran.
“Bila kau menyakiti hati orang, maka sihir itu akan hilang dlam sekejap,” jelas Ulat Petai.
“Baiklah. Terima kasih Ulat Petai, kami akan mengingat pesanmu,” janji Seyra dan ayahnya bersamaan.
Tiba-tiba, ulat petai itu membesar dan berubah menjadi peri cantik jelita. Dia pun terbang dan melambai pada Seyra dan ayahnya.
Sejak kejadian itu, hidup Seyra dan ayahnya berubah. Mereka slalu pergi ke kota tuk membeli buku-buku dan berbagai gambar indah, mewah dan modern. Mereka tak lagi bersusah payah mencari dan menjual kayu bakar. Bila ingin sesuatu, mereka tinggal menyihirnya dan jadilah nyata.
Seyra dan ayahnya menjadi orang paling kaya di desa itu. Banyak orang meminta bantuan pada mereka, dan dengn senang hati Seyra dan ayahnya membantunya.
Hingga suatu hari, datanglah seorang wanita dengn pakaian lusuh ke rumah Seyra yg megah. Wanita itu ingin sekali bertemu dengn ayah Seyra.
“Izinkanlah aku bertemu ayahmu. Aku ingin meminta maaf,” pinta wanita itu.
“Maaf, ibu siapa?” Tanya Seyra ramah.
Belum sempat wanita itu menjawab, Ayah Seyra keluar dengn wajah murka.
“Mau apa kau kemari? Sudah puaskah kau menelantarkan kami? Sekarang, kau ingin mengemis maaf padaku! Maaf, semua sudah terlambat.” Sahut Ayah Seyra dengn kasar.
Wanita itu pun menangis dan akhirnya pergi. Belum sempat Seyra sadar dari kagetnya, tiba-tiba sesuatu tlah berubah.
“Ya Tuhan, kemana rumah kita yg mewah?” jerit Ayah Seyra histeris. Seyra pun masih tercengang melihat perubahan yg terjadi dlam sekejap mata itu.
“Ayah, sepertinya kita telah melanggar pantangan Ulat Petai,” sahut Seyra dengn suara lemah.
Ayahnya menunduk lemas. Dia menyesal dengn semua yg telah dilakukannya.
“Ayah emosi, Ayah khilaf! Semua itu karena Ayah dendam padanya, Nak!” sahut Ayah terbata.
“Mari kita cari dia, Nak. Dia adalah ibumu. Kita minta maaf padanya. Ayah tak peduli kita hidup miskin lagi, asalkan keluarga kita bersatu kembali,” sahut Ayah Seyra menyesal.
Hari demi hari mereka mencari Ibu Seyra. Suatu hari mereka menemukan seorang wanita tengah tidur pulas di bawah pohon rindang. Ternyata wanita itu adalah Ibu Seyra yg mereka cari selama ini.
Ayah Seyra segera mengajak istrinya itu kembali dan menceritakan semua yg terjadi. Termasuk tentang harta mereka yg telah lenyap begitu saja. Tetapi dengn tulus, Ibu Seyra tak menyesalkan hal itu. Sesungguhnya Ibu Seyra ingin minta maaf pada Ayah Seyra. Karena dulu dia tlah meninggalkan Ayah Seyra karena Ayah Seyra miskin, tak bisa memberi kemewahan padanya. Kini, Ibu Seyra ingin kembali ke rumah gubuk mereka yg mungil tapi berisi berjuta bahagia. Ayah, Ibu serta Seyra bekerja keras lagi tuk membangun hidup mereka dari awal. Dengn kebersamaan dan kerja keras akhirnya mereka berhasil membangun istana mungil yg cantik.

----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post