CERPEN BOBO Ke-94, RAHASIA DI BALIK SEBUAH LUKISAN KUNO

Cerpen Bobo Ke-94 Ini Ceritanya Berjudul "RAHASIA DI BALIK SEBUAH LUKISAN KUNO", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, RAHASIA DI BALIK SEBUAH LUKISAN KUNO

----------------------------------------------------------------------------------------
Mobil sedan itu berhenti di pelataran sebuah hotel. Hari masih pagi. Seorang anak perempuan keluar dari dalam mobil. Menjinjing sebuah tas besar, dia menaiki tangga hotel yg menuju lantai dasar hotel.
DIa langsung menuju resepsionis. Anak perempuan itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menunjukkannya kepada petugas resepsionis. Sambil tersenyum lebar, petugas memberikan sebuah kunci kamar.
“Kamar 333, Nona!” ujar petugas itu.
Anak perempuan itu mengangguk dan segera berlalu.
Tepat di pintu kamar 333, anak perempuan itu berhenti. DIa segera membuka pintu dengn kunci yg diterimanya dari petugas tadi.
Sebentar dia berdiri memperhatikan bagian dalam kamar itu. Sebuah lukisan tergantung di dinding. Dari warnanya yg sangat sederhana terlihat kalau lukisan itu adalah lukisan yg sangat tua. Lukisan seorang gadis cantik berusia kurang lebih duabelas tahun. Dengn senyumannya yg manis, dia seolah menyambut tamu yg baru datang.
“Hai, Nerissa!” Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan anak perempuan itu. “Mengapa kau gak segera masuk?”
“Dora, itu kau, ya?” anak perempuan itu balik bertanya.
“Bukan! Aku bukan Dora!” suara itu terdengar lagi. “Dia janji padamu akan datang menjelang sore, kan?”
“Lalu kau siapa?” tanya Nerissa. “Aku gak melihatmu!”
“Masuk dan tutuplah pintu. Kau akan segera melihatku.”
Nerissa menurut. Masakan lukisan itu yg berbicara. Nerissa gak percaya hantu.
“Namaku Luisa! Aku senang bertemu dengnmu!”
Seorang gadis tiba-tiba muncul di hadapan Nerissa. Nerissa mundur beberapa langkah. Digosok-gosoknya matanya karena tak percaya. Setelah yakin bahwa dia gak bermimpi, Nerissa pun berani bertanya.
“Kenapa kau berada di sini? Apa Dora juga mengundangmu?”
“Enggak!” jawab Luisa. “Aku hanya ingin tahu, apa kau betul-betul tertarik pada lukisan ini!”
“Ya! Bagus sekali!” jawab Nerissa. “Siapa yg melukisnya?”
“Kau!” jawab Luisa.
“Aku?” seru Nerissa terkejut.
“Ya, kau!” jawab Luisa lagi. “Selama ini orang selalu mengatakan bahwa Luisa-lah yg melukisnya! Mereka gak tahu kalau lukisan ini sebenarnya hasil karyamu! Dan kau…pernah berjanji tuk menyelesaikannya!”
“Menyelesaikannya?” tanya Nerissa bingung. “Lukisan itu sudah selesai dan aku gak pernah merasa melukisnya!”
“Lihat lukisan ini!” ujar Luisa lagi. “Bibir gadis di dalam lukisan ini belum diwarnai seluruhnya, kan?”
Nerissa memperhatikan lukisan itu baik-baik. DIa memang melihat kekurangannya.
“Sekarang, selesaikanlah lukisanmu. Warnailah bagian bibir yg belum diwarnai. Setelah itu akan kutunjukkan bahwa lukisan itu adalah hasil karyamu!” Luisa menjelaskan sambil menyodorkan kuas dan palet berisi cat merah.
Nerissa menerima kedua benda itu. Dengn ragu dicelupnya kuas ke cat merah, lalu mengolesnya ke bagian bibir lukisan. Tapi…. ketika Nerissa baru saja menyelesaikannya, dia merasa tubuhnya ditarik oleh lukisan itu. Dan Nerissa berada di sebuah ruangan yg hanya diterangi sebatang lilin.
dengn sangat bingung, Nerissa mundur pelan-pelan.
“Hei, kenapa kau linglung begitu?” sebuah suara menegurnya.
“Maaf Luisa…”, ujarnya gugup.
“Luisa?” tanya si pemilik suara. “Kenapa kau panggil aku seperti itu? Bukankah kau slalu memanggilku Tuan Putri?”
Nerissa terkejut mendengarnya. DIa baru sadar bahwa Luisa yg kini ada di depannya adalah seorang putri raja. Sedang dirinya hanyalah seorang pelayan. Dari pakaian yg dia kenakan, Nerissa sadar bahwa dia berada di zaman yg berbeda.
“Kenapa bengong?” tanya Luisa. “Aku sudah menyiapkan semua peralatan gambar yg kau butuhkan! Kita harus bekerja cepat! Jangan sampai Ayah tahu kalau kau ada di kamarku! Kau bisa dihukumnya nanti!”
Luisa segera menarik tangan Nerissa tuk duduk di depan kanvas yg tlah dia sediakan.
“Tolong lukis seorang anak perempuan yg cantik!” pinta Luisa.
Nerissa meraih kuas yg tergeletak di lantai, tapi dia gak langsung melukis. DIa ragu-ragu tuk memulainya. DIa belum pernah melukis manusia sebelumnya. DIa slalu menggambar pemandangan dan hewan saja.
“Kenapa melamun?” tanya Luisa. “Kau sudah biasa melukis anak perempuan, kan?”
Nerissa kembali terkejut. Kenapa Luisa berkata seperti itu? Seolah-olah dia sudah mengenal Nerissa. Padahal mereka baru bertemu tadi di kamar hotel. Dengn pelan dan canggung, Nerissa mulai menggerakkan kuas yg dipegangnya di atas kanvas. Setengah percaya setengah gak, Nerissa menatap hasil lukisannya.
DIa gak mengira hasil lukisannya tampak begitu sempurna. DIa lebih heran lagi ketika sadar kalau lukisan itu adalah lukisan yg ada di dinding kamar hotel.
“Bentuk dan warnanya sudah bagus!” puji Luisa.
“Ya!” jawab Nerissa. “Hanya aku tak tahu seperti apa warna bibirnya?”
“Bagaimana kalau warnanya merah darah?”
“Merah darah?” tanya Nerissa. “Tapi di sini gak ada cat merah!”
Luisa berpikir sejenak, “Kalau begitu, akan kucari…” belum selesai Luisa berkata, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka lebar. Seorang laki-laki setengah baya dan beberapa laki-laki muda memasuki ruangan itu.
“Oh, Ayah!” seru Luisa kaget. “Ada perlu apa Ayah datang kemari?”
“Ayah mendengar suara orang bercakap-cakap!” jawab Raja. “Rupanya si anak pelayan ini ada di sini!”
“Maaf yg Mulia! Semua ini atas perintah Tuan Putri!” ujar Nerissa. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya tanpa dia sadari.
“Tapi kau tahu apa hukumannya jika melanggar perintahku?” tanya Raja kembali. “Kau sudah berani menemui Putriku di tengah malam begini! Itu berarti kau sudah siap mati di ujung pedangku!”
Sambil berkata demikian, Raja menarik lengan Nerissa dengn kasar sehingga Nerissa terpaksa berdiri.
“Tapi Ayah! DIa belum selesai melukis!” rengek Luisa sambil memohon agar Ayahnya mau memaafkan Nerissa.
“Hmm…” Raja mendengus sambil memperhatikan lukisan yg belum selesai itu. DIa berkata, “Pengawal, gantung lukisan yg belum selesai itu di dinding! Anak pelayan ini harus menyelesaikannya sebelum dia mati di ujung pedangku!”
Kedua pengawal melaksanakan perinah Raja.
“Cepat selesaikan lukisan itu!” perintah Raja sambil mendorong Nerissa dengn kasar.
Seorang pengawal mencari cat merah. Lalu diberikan pada Nerissa. Dengn gemetar Nerissa mulai mewarnai bibir anak perempuan di lukisannya. Ketika selesai… Nerissa merasa tubuhnya ditarik masuk ke dalam lukisan. Beberapa saat kemudian Nerissa berada kembali di kamar hotel.
“Kini kau percaya apa yg kukatakan?” tanya Luisa. “Dulu, sebelum kau selesai mewarnai lukisan itu, ayahku sudah menghunuskan pedang. Kau berusaha lari mengelak. Namun kau terjatuh dan menggelinding di tangga. Aku mengejarmu menuruni tangga. Kau meninggal di pangkuanku. Sebelum menutup mata, kau berjanji akan menyelesaikan lukisan itu!” Luisa terdiam sejenak.
“Janji itu harus ditepati! Dan kau sudah menepatinya sekarang!” ujar Luisa kemudian. “Terima kasih! Lukisan ini jadi lambang persahabatan sejati antara kita! Maafkan ayahku yg kejam itu! Ayah memang tak suka padamu. Karena kau lebih pintar dariku. Ketika tahu kita masih terus bersahabat, Ayah melarangmu bertemu dengnku! Ayah gak suka kau pandai pelukis sedangkan aku gak bisa! Maafkan juga, ayahku tlah mengakui ini adalah hasil lukisanku! Aku gak bisa menygkalnya demi nama baik ayahku!”
Setelah berkata, Luisa berjalan ke arah lukisan dan hilang di dalamnya, meninggalkan Nerissa yg masih berdiri terpaku.
Pintu kamar hotel kembali terbuka. Seorang gadis cantik datang dengn dua koper.
“Hai, Nerissa! Selamat sore!” sapa gadis itu.
“Hai, Dora!” balas Nerissa. DIa hanya menoleh sesaat. Lalu menatap lagi lukisan di dinding kamar.
“Kau suka lukisan itu?” tanya Dora. “Ibu dari nenek buyutku yg membuatnya! Ketika Nenek mendirikan hotel ini, lukisan itu digantung di kamar ini! Kamar khusus keluarga! Nenek Luisa pernah menulis di buku hariannya. Katanya, di lukisan itu terkandung janji seorang sahabat sejati, yg pasti akan ditepati! Jika kau mau tahu lebih banyak, nanti setelah aku mandi, kuajak kau ke perpustakaan keluargaku yg ada di hotel ini!”
Nerissa terus menatap lukisan itu. DIa percaya pada apa yg dikatakan Dora, sahabatnya yg mengundangnya ke hotel itu. Sebab Nerissa baru saja mengalami sendiri kisah yg ada di balik lukisan kuno itu.

----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post