Cerpen Bobo Ke-81 Ini Ceritanya Berjudul "Timun Mas", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Timun Mas, Cerita Rakyat Jawa Tengah
----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, di sebuah kampung di daerah Jawa Tengah, hiduplah seorang janda paruh baya yg bernama Mbok Srini. Sejak ditinggal mati oleh suaminya beberapa tahun silam, dia hidup sebatang kara, karena tak mempunyai anak. Dia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak tuk mengisi kesepiannya. Namun, harapan itu tlah pupus, karena suaminya tlah meninggal dunia. Dia hanya menunggu keajaiban tuk bisa mendapatkan seorang anak. Dia sangat berharap keajaiban itu akan terjadi padanya. Tuk meraih harapan itu, siang malam dia slalu berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberi anak.Pada suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, dia didatangi oleh sesosok makhluk raksasa yg menyuruhnya pergi ke hutan tempat biasanya dia mencari kayu bakar tuk mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon besar. Saat terbangun di pagi hari, Mbok Srini hampir tak percaya dengn mimpinya semalam.
“Mungkinkah keajaiban itu benar-benar akan terjadi padaku?” tanyanya dalam hati dengn ragu.
Namun, perempuan paruh baya itu berusaha menepis keraguan hatinya. Dengn penuh harapan, dia bergegas menuju ke tempat yg ditunjuk oleh raksasa itu. Setibanya di hutan, dia segera mencari bungkusan itu di bawah pohon besar. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan bungkusan yg dikiranya berisi seorang bayi, tapi ternyata hanyalah sebutir biji timun. Hatinya pun kembali bertanya-tanya.
“Apa maksud raksasa itu memberiku sebutir biji timun?” gumam janda itu dengn bingung.
Di tengah kebingungannya, tanpa dia sadari tiba-tiba sesosok makhluk raksasa berdiri di belakangnya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ha… ha… ha…!” demikian suara tawa raksasa itu.
Mbok Srini pun tersentak kaget seraya membalikkan badannya. Betapa terkejutnya dia karena raksasa itulah yg hadir dalam mimpinya. Dia pun menjadi ketakutan.
“Ampun, Tuan Raksasa! Jangan memakanku! Aku masih ingin hidup,” pinta Mbok Srini dengn muka pucat.
“Jangan takut, hai perempuan tua! Aku tak akan memakanmu. Bukankah kamu menginginkan seorang anak?” tanya raksasa itu.
“Be… benar, Tuan Raksasa!” jawab Mbok Srini dengn gugup.
“Kalau begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu kepadaku saat dia sudah dewasa. Anak itu akan kujadikan santapanku,” ujar raksasa itu.
Karena begitu besar keinginannya tuk memiliki anak, tanpa sadar Mbok Srini menjawab, “Baiklah, Raksasa! Aku bersedia menyerahkan anak itu kepadamu.”
Begitu Mbok Srini selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun menghilang. Perempuan itu segera menanam biji timun itu di ladangnya. Dengn penuh harapan, setiap hari dia merawat tanaman itu dengn baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu pun mulai berbuah. Namun anehnya, tanaman timun itu hanya berbuah satu. Semakin hari buah timun semakin besar melebihi buah timun pada umumnya. Warnanya pun sangat berbeda, yaitu berwarna kuning keemasan. Ketika buah timun masak, Mbok Srini memetiknya, lalu membawanya pulang ke gubuknya dengn susah payah, karena berat. Betapa terkejutnya dia setlah membelah buah timun itu. Dia mendapati seorang bayi perempuan yg sangat cantik. Saat akan menggendongnya, bayi itu tiba-tiba menangis.
“Ngoa… ngoa… ngoa… !!!” demikian suara bayi itu.
Alangkah bahagianya hati Mbok Srini mendengar suara tangisan bayi yg sudah lama dirindukannya itu. Dia pun memberi nama bayi itu Timun Mas.
“Cup… cup… cup..!!! Jangan menangis anakku sayg… Timun Mas!” hibur Mbok Srini.
Perempuan paruh baya itu tak mampu lagi menyembuyikan kebahagiaannya. Tak terasa, air matanya menetes membasahi kedua pipinya yg sudah mulai keriput. Perasaan bahagia itu membuatnya lupa kepada janjinya bahwa dia akan menyerahkan bayi itu kepada raksasa itu suatu saat kelak. Dia merawat dan mendidik Timun Mas dengn penuh kasih sayg hingga tumbuh menjadi gadis yg cantik jelita. Janda tua itu sangat bangga, karena selain cantik, putrinya juga memiliki kecerdasan yg luar biasa dan perangai yg baik. Oleh karena itu, dia sangat sayg kepadanya.
Suatu malam, Mbok Srini kembali bermimpi didatangi oleh raksasa itu dan berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi dia akan datang menjemput Timun Mas. Sejak itu, dia slalu duduk termenung seorang diri. Hatinya sedih, karena dia akan berpisah dengn anak yg sangat disayginya itu. Dia baru menyadari bahwa raksasa itu ternyata jahat, karena Timun Mas akan dijadikan santapannya.
Melihat ibunya sering duduk termenung, Timun Mas pun bertanya-tanya dlam hati. Suatu sore, Timun Emas memberanikan diri tuk menanyakan kegundahan hati ibunya.
“Bu, mengapa akhir-akhir ini Ibu slalu tampak sedih?” tanya Timun Mas.
Sebenarnya Mbok Srini tak ingin menceritakan penyebab kegundahan hatinya, karena dia tak ingin anak semata waygnya itu ikut bersedih. Namun, karena terus didesak, akhirnya dia pun menceritakan perihal asal-usul Timun Mas yg selama ini dia rahasiakan.
“Maafkan Ibu, Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu,” kata Mbok Srini dengn wajah sedih.
“Rahasia apa, Bu?” tanya Timun Mas penasaran.
“Ketahuilah, Timun Mas! Sebenarnya, kamu bukanlah anak kandung Ibu yg lahir dari rahim Ibu.”
Belum selesai ibunya bicara, Timun Mas tiba-tiba menyela.
“Apa maksud, Ibu?” tanya Timun Mas.
Mbok Srini pun menceritakan semua rahasia tersebut hingga mimpinya semalam bahwa sesosok raksasa akan datang menjemput anaknya itu tuk dijadikan santapan. Mendengar cerita itu, Timun Mas tersentak kaget seolah-olah tak percaya.
“Timun tak mau ikut bersama raksasa itu. Timun sangat sayg kepada Ibu yg tlah mendidik dan membesarkan Timun,” kata Timun Mas.
Mendengar perkataan Timun Mas, Mbok Srini kembali termenung. Dia bingung mencari cara agar anaknya selamat dari santapan raksasa itu. Sampai pada hari yg tlah dijanjikan oleh raksasa itu, Mbok Srini belum juga menemukan jalan keluar. Hatinya pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba dia menemukan sebuah akal. Dia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit. Dengn begitu, tentu raksasa itu tak akan mau menyantapnya. Saat matahari mulai senja, raksasa itu pun mendatangi gubuk Mbok Srini.
“Hai, Perempuan Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang,” pinta raksasa itu.
“Maaf, Tuan Raksasa! Anak itu sedang sakit keras. Jika kamu menyantapnya sekarang, tentu dagingnya tak enak. Bagaimana kalau tiga hari lagi kamu datang kemari? Saya akan menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu,” bujuk Mbok Srini mengulur-ulur waktu hingga dia menemukan cara agar Timur Mas bisa selamat.
“Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku,” kata raksasa itu.
Setelah Mbok Srini menyatakan berjanji, raksasa itu pun menghilang. Mbok Srini kembali bingung mencari cara lain. Setelah berpikir keras, akhirnya dia menemukan cara yg menurutnya bisa menyelamatkan anaknya dari santapan raksasa itu. Dia akan meminta bantuan kepada seorang pertapa yg tinggal di sebuah gunung.
“Anakku! Besok pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung tuk menemui seorang pertapa. Dia adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia bisa membantu kita tuk menghentikan niat jahat raksasa itu,” ungkap Mbok Srini.
“Benar, Bu! Kita harus membinasakan raksasa itu. Timun tak mau menjadi santapannya,” imbuh Timun Mas.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, berangkatlah Mbok Srini ke gunung itu. Sesampainya di sana, dia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.
“Maaf, Tuan Pertapa! Maksud kedatangan saya kemari ingin meminta bantuan kepada Tuan,” kata Mbok Srini.
“Apa yg bisa kubantu, Mbok Srini?” tanya pertapa itu.
Mbok Srini pun menceritakan masalah yg sedang dihadapi anaknya. Mendengar cerita Mbok Srini, pertapa itu pun bersedia membantu.
“Baiklah, kamu tunggu di sini sebentar!” seru pertapa itu seraya berjalan masuk ke dalam ruang rahasianya.
Tak berapa lama, pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya kepada Mbok Srini.
“Berikanlah bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini!” jelas pertapa itu.
Setlah mendapat penjelasan itu, Mbok Srini pulang membawa keempat bungkusan tersebut. Setiba di gubuknya, Mbok Srini menyerahkan keempat bungkusan itu dan menjelaskan tujuannya kepada Timun Mas. Kini, hati Mbok Srini mulai agak tenang, karena anaknya sudah mempunyai senjata tuk melawan raksasa itu.
Dua hari kemudian, Raksasa itu pun datang tuk menagih janjinya kepada Mbok Srini. dia sudah tak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Timun Mas.
“Hai, perempuan tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika enggak, kamu juga akan kujadikan santapanku!” ancam raksasa itu.
Mbok Srini tak gentar lagi menghadapi ancaman itu. Dengn tenang, dia memanggil Timun Mas agar keluar dari dalam gubuk. Tak berapa lama, Timun Emas pun keluar lalu berdiri di samping ibunya.
“Jangan takut, Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuk yg tlah kusampaikan kepadamu,” Mbok Srini membisik Timun Mas.
“Baik, Bu!” jawab Timun Mas.
Melihat Timun Mas yg benar-benar sudah dewasa, rakasasa itu semakin tak sabar ingin segera menyantapnya. Ketika dia hendak menangkapnya, Timun Mas segera berlari sekencang-kencangnya. Raksasa itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kerajaan antara makhluk raksasa itu dengn Timun Mas. Setlah berlari jauh, Timun Mas mulai kecapaian, sementara raksasa itu semakin mendekat. Akhirnya, dia pun mengeluarkan bungkusan pemberian pertapa itu.
Pertama-tama Timun Mas menebar biji timun yg diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib, hutan di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam sekejap, batang timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu. Namun, raksasa itu mampu melepaskan diri dan kembali mengejar Timun Mas.
Timun Emas pun segera melemparkan bungkusan yg berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yg tinggi dan runcing. Namun, raksasa itu mampu melewatinya dan terus mengejar Timun Mas, walaupun kakinya berdarah-darah karena tertusuk bambu tersebut.
Melihat usahanya belum berhasil, Timun Mas membuka bungkusan ketiga yg berisi garam lalu menebarkannya. Seketika itu pula, hutan yg tlah dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi lautan luas dan dalam, namun raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengn mudah. Timun Emas pun mulai cemas, karena senjatanya hanya tersisa satu. Jika senjata tersebut tak berhasil melumpuhkan raksasa itu, maka tamatlah riwayatnya. Dengn penuh keyakinan, dia pun melemparkan bungkusan terakhir yg berisi terasi. Seketika itu pula, tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur yg mendidih. Alhasil, raksasa itu pun tercebur ke dalamnya dan tewas seketika. Maka selamatlah Timun Emas dari kejaran dan santapan raksasa itu.
Dengn sekuat tenaga, Timun Emas berjalan menuju ke gubuknya tuk menemui ibunya. Melihat anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung berucap syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas hidup berbahagia.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!