Cerpen Bobo Ke-79 Ini Ceritanya Berjudul "Tujuh Anak Lelaki", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Tujuh Anak Lelaki, Cerita Rakyat Aceh
----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yg mempunyai tujuh orang anak laki-laki yg masih kecil. Anak yg paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yg paling bungsu berumur dua tahun. tuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran tuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram. Pada suatu waktu, kampung mereka dilanda musim kemarau yg berkepanjangan. Semua tumbuhan mati karena kekeringan. Penduduk kampung pun mulai kekurangan makanan. Persediaan makanan mereka semakin hari semakin menipis, sementara musim kemarau tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh penduduk kampung menderita kelaparan, termasuk keluarga sepasang suami-istri bersama tujuh orang anaknya itu. Melihat keadaan tersebut, sepasang suami-istri tersebut menjadi panik. Tanaman sayuran yg selama ini menjadi sumber penghidupan mereka tak lagi tumbuh. Sementara mereka tak mempunyai pekerjaan lain kecuali menanam sayur-sayuran di kebun. Mereka sudah berpikir keras mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut, namun tak menemukan jawabannya.
Akhirnya, mereka bersepakat hendak membuang ketujuh anak mereka ke sebuah hutan yg letaknya jauh dari perkampungan. Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sedang tertidur pulas, keduanya bermusyawarah tuk mencari cara membuang ketujuh anak mereka.
“Bang! Bagaimana caranya agar tak ketahuan anak-anak?” tanya sang Istri bingung.
“Besok pagi anak-anak kita ajak pergi mencari kayu bakar ke sebuah hutan yg letaknya cukup jauh. Pada saat mereka beristirahat makan siang, kita berpura-pura mencari air minum di sungai,” jelas sang Suami.
“Baik, Bang!” sahut sang Istri sepakat. Tanpa mereka sadari, rupanya anak ketiga mereka yg pada waktu itu belum tidur mendengar semua pembicaraan mereka. Keesokan harinya, sepasang suami-istri itu mengajak ketujuh putranya ke hutan tuk mencari kayu bakar. Sesampainya di hutan yg terdekat, sang Ayah berkata kepada mereka:
“Anak-anakku semua! Sebaiknya kita cari hutan yg luas dan banyak pohonnya, supaya kita bisa mendapatkan kayu bakar yg lebih banyak lagi,” ujar sang Ayah.
“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak lelaki itu serentak. Setelah berjalan jauh, sampailah mereka di sebuah hutan yg amat luas. Alangkah gembiranya mereka, karena di hutan itu terdapat banyak kayu bakar. Mereka pun segera mengumpulkan kayu bakar yg banyak berserakan. Ketika hari menjelang siang, sang Ibu pun mengajak ketujuh anaknya tuk beristirahat melepas lelah setelah hampir setengah hari bekerja. Pada saat itulah, sepasang suami istri itu hendak mulai menjalankan recananya ingin meninggalkan ketujuh anak mereka di tengah hutan itu.
“Wahai anak-anakku! Kalian semua beristirahatlah di sini dulu. Aku dan ibu kalian ingin mencari sungai di sekitar hutan ini, karena persediaan air minum kita sudah habis,” ujar sang Ayah.
“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak itu serentak.
“Jangan lama-lama ya, Ayah… Ibu…!’” sahut si Bungsu.
“Iya, Anakku!” jawab sang Ibu lalu pergi mengikuti suaminya. Sementara itu, setelah menunggu beberapa lama dan kedua orangtua mereka belum juga kembali, ketujuh anak itu mulai gelisah. Mereka cemas kalau-kalau kedua orangtua mereka mendapat musibah. Akhirnya, si sulung pun mengajak keenam adiknya tuk pergi menyusul kedua orangtua mereka. Namun, sebelum meninggalkan tempat itu, anak ketiga tiba-tiba angkat bicara.
“Abang! tak ada gunanya kita menyusul ayah dan ibu. Mereka sudah pergi meninggalkan kita semua,” kata anak ketiga.
“Apa maksudmu, Dik?” tanya si Sulung.
“Tadi malam, saat kalian sudah tertidur nyenyak, aku mendengar pembicaraan ayah dan ibu. Mereka sengaja meninggalkan kita di tengah hutan ini, karena mereka sudah tak sanggup lagi menghidupi kita semua akibat kemarau panjang,” jelas anak ketiga.
“Kenapa hal ini baru kamu ceritakan kepada kami?” tanya anak kedua.
“Aku takut ayah dan ibu murka kepadaku, Bang,” jawab anak ketiga.
Akhirnya ketujuh anak itu tak jadi pergi menyusul kedua orangtuanya, apalagi hari sudah mulai gelap. Mereka pun segera mencari tempat perlindungan dari udara malam. Untungnya, tak jauh dari tempat mereka berada, ada sebuah pohon besar yg batangnya berlubang seperti gua. Mereka pun beristirahat dan tidur di dalam lubang kayu itu hingga pagi hari.
“Bang! Apa yg harus kita lakukan sekarang? Ke mana kita harus pergi?” tanya si anak kedua.
“Kalian tunggu di sini! Aku akan memanjat sebuah pohon yg tinggi. Barangkali dari atas pohon itu aku bisa melihat kepulan asap. Jika ada, itu pertanda bahwa di sana ada perkampungan,” kata si Sulung.
Ternyata benar, ketika berada di atas pohon, si Sulung melihat ada kepulan asap dari kejauhan. DIa pun segera turun dari pohon dan mengajak keenam adiknya menuju ke arah kepulan asap tersebut. Setelah berjalan jauh, akhirnya sampailah mereka di sebuah perkampungan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sebuah rumah yg sangat besar berdiri tegak di pinggir kampung.
“Hei lihatlah! Besar sekali rumah itu,” seru anak keempat.
“Waaahhh… jangan-jangan itu rumah raksasa,” sahut anak keenam. Baru saja kata-kata itu terlepas dari mulutnya, tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam rumah itu meminta mereka masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian, penghuni rumah itu pun keluar. Rupanya, dia adalah raksasa betina.
“Hei, anak manusia! Kalian siapa?” tanya Raksasa Betina itu.
“Kami tersesat, Tuan Raksasa! Orang tua kami meninggalkan kami di tengah hutan,” jawab si Sulung. Mendengar keterangan itu, tiba-tiba si Raksasa Betina merasa iba kepada mereka. DIa pun segera mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya, lalu menghidangkan makanan dan minuman kepada mereka. Oleh karena sudah kelaparan, ketujuh anak itu menyantap makanan tersebut dengn lahapnya.
“Habiskan cepat makanan itu, lalu naik ke atas loteng! Kalau tak, kalian akan dimakan oleh suamiku. Tak lama lagi ia datang dari berburu,” ujar Raksasa Betina. Oleh karena takut dimakan oleh Raksasa Jantan, mereka pun segera menghabiskan makanannya lalu bergegas naik ke atas loteng tuk bersembunyi. Tak lama kemudian, Raksasa Jantan pun pulang dari berburu. Ketika membuka pintu rumahnya, tiba-tiba dia mencium bau makanan enak.
“Waaahhh… sedapnya!” ucap raksasa jantan sambil menghirup bau sedap itu.
“Bu! Sepertinya ada makanan enak di rumah ini. Aku mencium bau manusia. Di mana kamu simpan mereka?” tanya Raksasa Jantan kepada istrinya.
“Aku menyimpan mereka di atas loteng. Tapi mereka masih kecil-kecil. Biarlah kita tunggu mereka sampai agak besar supaya enak dimakan,” jawab Raksasa Betina. Si Raksasa Jantan pun menuruti perkataan istrinya. Selamatlah ketujuh anak itu dari ancaman Raksasa Jantan.
Keesokan harinya, ketika si Raksasa Jantan kembali berburu binatang ke hutan, si Raksasa Betina pun segera menyuruh ketujuh anak lelaki itu pergi. Namun, sebelum mereka pergi, ia membekali mereka makanan seperlunya selama dalam perjalanan. Bahkan, si Raksasa Betina yg baik itu membekali mereka dengn emas dan intan.
“Bawalah emas dan intan ini, semoga bermanfaat tuk masa depan kalian,” kata Raksasa Betina.
“Terima kasih, Raksasa Jantan! Tuan memang raksasa yg baik hati,” ucap si Sulung seraya berpamitan. Setelah berjalan jauh menyusuri hutan lebat, menaiki dan menuruni gunung, akhirnya tibalah mereka di tepi pantai. Mereka pun segera membuat perahu kecil lalu berlayar mengarungi lautan luas. Setelah beberapa lama berlayar, tibalah mereka di sebuah negeri yg diperintah oleh seorang raja yg adil dan bijaksana. Di negeri itu mereka menjual semua emas dan intan pemberian raksasa kepada seorang saudagar kaya. Hasil penjualan tersebut, mereka gunakan tuk membeli tanah perkebunan. Masing-masing mendapat tanah perkebunan yg cukup luas. Ketujuh bersaudara itu sangat rajin bekerja dan senantiasa saling membantu.
Beberapa tahun kemudian, mereka pun tlah dewasa. Berkat kerja keras selama bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki harta kekayaan yg banyak. Kemudian masing-masing dari mereka membuat rumah yg cukup bagus. Ketujuh lelaki itu pun hidup damai, tenteram dan sejahtera. Pada suatu hari, si Bungsu tiba-tiba teringat dan merindukan kedua orangtuanya. DIa pun segera mengundang keenam kakaknya datang ke rumahnya tuk bersama-sama pergi mencari kedua orangtua mereka.
“Maafkan aku, Kakakku semua! Aku mengundang kalian ke sini, karena ingin mengajak kalian tuk pergi mencari ayah dan ibu. Aku sangat merindukan mereka, dan aku yakin, mereka pasti masih hidup,” ungkap si Bungsu kepada saudara-saudaranya.
“Iya, Adikku! Kami juga merasakannya seperti itu. Kami sangat rindu kepada ayah dan ibu yg telah melahirkan kita semua,” tambah anak keenam.
“Baiklah kalau begitu! Besok pagi kita bersama-sama pergi mencari mereka. Apakah kalian setuju?” tanya si Sulung.
“Setuju!” jawab keenam adiknya serentak.
Keesokan harinya, berangkatlah ketujuh orang bersaudara itu mencari kedua orangtua mereka. Setelah berlayar mengarungi lautan luas, tibalah mereka di sebuah pulau. Di pulau itu, mereka berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Sudah puluhan kampung mereka datangi, namun belum juga menemukannya. Hingga pada suatu hari, mereka pun menemukan kedua orangtua mereka di sebuah kampung dalam keadaan menderita. Ketujuh orang bersaudara itu sangat sedih melihat kondisi kedua orangtua mereka. Akhirnya, mereka membawa orangtua mereka ke tempat tinggal mereka tuk hidup dan tinggal bersama di rumah yg bagus. Sejak itu, kedua orangtua itu berkumpul kembali dan hidup bersama dengn ketujuh orang anaknya. Mereka senantiasa menyibukkan diri beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Segala keperluannya sudah dipenuhi oleh ketujuh orang anaknya yg sudah cukup kaya.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!