Cerpen Bobo Ke-73 Ini Ceritanya Berjudul "Datu Parngongo", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Datu Parngongo
----------------------------------------------------------------------------------------
Dulu di tanah Batak ada seorang raja bernama Datu Parngongo. Ia sangat dicintai rakyatnya dan disegani teman-temannya.Datu Parngongo mempunyai seorang anak laki-laki bernama Poda. Ia sangat sayang kepada anaknya itu.
Suatu hari Poda menyampaikan keinginannya tuk menjadi raja. Karena rasa sayg kepada anaknya, Datu Parngongo memutuskan tuk mengabulkan permintaan itu. Ia pergi ke suatu tempat tuk menyepi. Hanya Marhati, pembantunya yg setia, yg tahu ke mana ia pergi.
Sepeninggal ayahnya, Poda mengangkat dirinya menjadi raja. Berbeda dengn Datu Parngongo, Poda memerintah dengn sewenang-wenang. Poda juga sering menyuruh tentaranya menjarah harta milik rakyat di negeri tetangga. Akibatnya Raja Losung, raja negeri itu menjadi marah. Ia memanggil raja-raja yg ada di sekitarnya tuk berunding. Lalu mereka sepakat tuk mengundang Poda datang ke negerinya tuk berjudi. Dengn senang hati Poda memenuhi undangan itu. Dibawanya tiga kantong emas tuk taruhan. Marhati juga diajaknya tuk menemani.
Acara diadakan di ruang balairung. Raja Losung mengeluarkan sekantung emas. Poda menuang sekantung uang emas di atas tumpukan emas itu, lalu dadu pun dilempar. Taruhan pertama Poda kalah. Juga pada taruhan yg kedua dan ketiga. Akhirnya Poda tak mempunyai emas lagi tuk dipertaruhkan. Tetapi karena sombong, Poda tak mau mundur dari pertaruhan.
“Ku pertaruhkan istana dan tanah pusaka milik kerajaan!” serunya.
Marhati terkejut mendengarnya. Ia menatap Poda dengn cemas. Tetapi anak itu kelihatan sudah tak peduli dengn nasihat.
Seperti sudah diduga, Poda kalah dalam taruhannya yg terakhir. Kini ia tak punya apa-apa lagi.
“Semua taruhanmu akan kukembalikan, asal kau sanggup menjawab dua pertanyaan yg akan kuajukan,” kata Raja Losung.
Raja Losung mengambil sebuah alu, alat tuk menumbuk padi.
“Ini pertanyaan pertama,” kata Raja Losung. “Coba kau tunjukkan mana ujung dan mana pangkal dari alu ini.”
Kemudian Raja Losung mengeluarkan sebuah kotak kecil.
“Ini pertanyaan kedua. Di dalam kotak ini ada sepasang semut. Coba tunjukkan mana semut jantan dan mana semut betina. Nah, kuberi waktu satu jam tuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku itu!” kata Raja Losung.
Lalu gong dipukul, sebagai tanda waktu mulai dihitung.
Poda mengamati kayu bulat dan sepasang semut itu, tetapi ia tak bisa membedakannya. Marhati segera meninggalkan tempat itu menuju ke tempat Datu Parngongo menyepi. Diceritakannya kemelut yg sedang dihadapi Poda.
“Pergilah sebelum waktunya habis,” kata Datu Parngongo.
Marhati segera memacu kudanya kembali ke arena taruhan. Segera Marhati mendekati Poda.
“Bagaimana?” Tanya Raja Losung. “Apa jawabanmu?” kali ini wajah Poda tak lagi cemas seperti sebelumnya. Dengn tenang ia maju ke depan. Diambilnya alu itu, dibawanya ke sungai yg mengalir di dekat istana. Pelan-pelan ditaruhnya alu itu ke dalam air.
“Yang tenggelam lebih dulu, itulah pangkalnya. Karena usianya lebih tua daripada ujungnya, maka ia akan lebih berat.” Sahutnya.
“Bagus!” seru Raja Losung. “Jawabanmu benar. Bagaimana dengn pertanyaan kedua!” seru Raja Losung mengatasi sorak-sorai penonton.
Poda mengambil kotak kecil itu. Kemudian ia minta dibawakan kuali berisi air. Ditaruhnya semut itu ke dalam kuali. Begitu menyentuh air, seekor semut berusaha berenang ke tepi tuk menyelamatkan diri. Sementara semut yg lain pelan-pelan tenggelam di dalam air.
“Semut yg berenang ke pinggir itu semut yg jantan. Karena ia lebih berani dan lebih kuat. Sedang yg tenggelam itu semut betina,” jawab Poda.
Wow! Semua yg hadir mendecak kagum. Mereka tak menygka Poda bisa menjawab pertanyaan yg sulit itu.
“Ternyata kau seorang anak muda yg cerdik,” kata Raja Losung kagum.
“Sebetulnya aku tak bisa menjawab pertanyaan itu,” sahut Poda terus terang. “Marhati yg membisikkan jawabannya kepadaku.”
“Bukan aku!” sahut Marhati dengn suara keras. “Tapi Datu Parngongo. Ia yg member tahukan jawabannya kepadaku.”
Poda menjadi malu dengn tingkah lakunya selama ini. Diajaknya Marhati menemui ayahnya.
“Ayah,” katanya. “Kembalilah ke istana. Sekarang aku sadar kalau aku belum bisa menjadi seorang pemimpin.”
Datu Parngongo menolak ajakan Poda tuk kembali ke istana.
“Ayah percaya, mulai saat ini kau akan menjadi pemimpin yg baik. Marhati akan mendampingimu sebagai penasihat,” kata Datu Parngongo sambil menepuk pundak Poda dengn sayg.
Sejak saat itu Poda berusaha menjadi seorang pemimpin yg baik. Sehingga akhirnya ia menjadi raja yg dicintai rakyatnya dan disegani raja-raja lain.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!