Cerpen Bobo Ke-74 Ini Ceritanya Berjudul "Cirela dan Sepatu Bata", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Cirela dan Sepatu Bata
----------------------------------------------------------------------------------------
Cirela adalah anak bungsu dari empat bersaudar. Kakak-kakak Cirela bernama Cikuni, Cimera, dan Cibiru. Ketiga kakak Cirela tak menyukai adik bungsu mereka. Mereka merasa Pak Gae dan Bu Gae, orang tua mereka, lebih sayg pada Cirela. Sebenarnya tak demikian, Cirela sering sekali sakit. Itu sebabnya Pak Gae dan Bu Gae merasa perlu memberi perhatian lebih padanya.Pak Gae adalah seorang ilmuwan. Pekerjaannya sehari-hari menciptakan segala macam alat yg unik. Ciptaan Pak Gae yg paling baru adalah sepatu serba guna. Pak Gae menciptakan sepatu itu tuk persiapan lomba lari tahunan di negerinya.
Hampir semua pria di kota itu mengikuti lomba lari tahunan. Itu bukan lomba sembarang lomba. Di sanalah segala macam sepatu canggih dipamerkan. Ada sepatu yg bisa memantul-mantul, bertenaga jet, dan segala macam sepatu penemuan baru yg aneh-aneh.
Pak Gae tak pernah ketinggalan mengikutsertakan ciptaannya. Sepatu ciptaannya slalu tampil lebih hebat dari ciptaan penemu lain. Setiap tahun semua orang penasaran, sepatu seperti apa lagi yg diciptakan Pak Gae?
Tahun ini Pak Gae tlah bekerja lebih keras. Tahun lalu dia membuat tiga pasang sepatu. Namun tahun ini ia membuat empat pasang. Cirela anak bungsunya tlah cukup umur tuk mengikuti lomba. Meskipun Cirela sakit-sakitan, Pak Gae memberinya semangat. Sepatu ciptaannya yg canggih bisa diandalkan tuk menutupi kelemahan Cirela.
Cikuni, Cibiru, dan Cimera tak suka Cirela ikut lomba lari.
“Tidur saja sana, minta digendong Ibu!” bentak Cimera marah.
“Huh, apa kau kira ini seperti lomba minum susu?” ejek Cibiru.
“Hei, jangan jahat pada Cirela! Ayo kita ajak dia latihan!” Cikuni berlagak manis di depan Cirela.
Sebenarnya Cikuni punya rencana jahat. DIa tlah mematikan fungsi canggih sepatu Cirela. Sepatu itu pun menjadi sepatu biasa. Cikuni juga memasukkan lempengan besi di dalamnya sehingga sepatu itu menjadi berat.
Mereka mengajak Cirela berlatih lari dengn sepatu baru. Cimera langsung memamerkan gaya berselancar di bebatuan. Cibiru bersalto tak kenal lelah. Cikuni bisa memanjat dinding seperti cicak. Akan tetapi Cirela cuma bisa terengah-engah mengangkat sepatunya. Ketiga kakaknya tertawa geli.
“Kenapa sepatuku berat sekali?” Tanya Cirela heran.
“Itu disebut sepatu bata. Sepatu pemula memang harus berat seperti batu bata,” jawab Cikuni.
Cirela percaya meskipun ketiga kakaknya tertawa semakin keras. DIa ingin seperti kakak-kakaknya. Dengn sekuat tenaga dia mencoba menggerakkan sepatunya. Tak putus asa dia melatih kakinya yg lemah.
Setiap hari Cirela ikut latihan lari bersama ketiga kakaknya. Setiap hari juga dia berlatih dengn sepatunya yg seberat batu bata. Melihat Cirela mulai terbiasa dengn sepatu itu, Cimera diam-diam menambah lempengan besi di sepatu adiknya. Sepatu Cirela menjadi semakin berat. Namun Cirela tetap giat berlatih, diiringi tawa ketiga kakaknya.
Hari perlombaan pun akhirnya tiba. Cirela masih tertatih-tatih dengn sepatunya. “Memalukan kalau Cirela ikut lomba!” sungut Cimera.
“Biar saja dia ikut. Biar Ayah tahu akibat memanjakan anak kesaygannya!” bisik Cikuni.
Pak Gae dan istrinya mengantar keempat anaknya.
“Lomba kali ini agak berbeda dengn tahun lalu. Hadiahnya juga jauh lebih besar dari lomba tahun lalu,” kata panitia lomba lewat pengeras suara. “Pemenang lomba tahun ini harus benar-benar pelari yg hebat! Tuk itu, panitia tlah menyediakan sepatu yg sama tuk semua peserta.”
Semua peserta saling pandang heran. Dengn berat hati mereka mengganti sepatu canggih mereka dengn sepatu biasa yg disediakan panitia.
Lomba lari dimulai. Penonton agak kecewa karena tak jadi melihat atraksi sepatu-sepatu canggih. Namun mereka lalu ramai dan tertawa geli melihat gaya para peserta lomba. Ada yg berjingkat-jingkat, ada yg menangis kesakitan, ada yg terguling-guling. Lomba lari berubah menjadi sirkus lucu. Itu karena banyak pelari yg selama ini hanya mengandalkan kecanggihan sepatunya. Kaki-kaki mereka jadi tak sehat dan rapuh.
Hanya Cirela yg berbeda! DIa tlah terbiasa berlatih dengn sepatu seberat batu bata. Kini dia berlomba dengn sepatu biasa yg sangat ringan. Cirela berlari sangat kencang. DIa berhasil meninggalkan semua peserta lain. Para penonton mengelu-elukannya. Cirela sampai di garis finish sendirian.
“Hebat, hebat! Siapa yg melatihmu hingga kau hebat begini?” Tanya panitia lomba.
“Ketiga kakakku. Cikuni, Cimera dan Cibiru. Mereka melatihku menggunakan sepatu batu bata!” jawab Cirela.
Pak Gae dan istrinya menangis karena haru. Cikuni, Cimera, dan Cibiru malu sekali. Mereka tlah berbuat jahat, namun Cirela malah menganggap mereka sebagai pelatih. Akhirnya mereka minta maaf dan berpelukan. Cikuni, Cimera, dan Cibiru berjanji akan berlatih lari seperti cara Cirela berlatih selama ini. Mereka juga akan memakai sepatu seberat batu bata. Sepatu canggih hanya mereka pakai tuk bermain-main.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!