CERPEN BOBO Ke-68, Kambing Emas dan Si Bungsu

Cerpen Bobo Ke-68 Ini Ceritanya Berjudul "Kambing Emas dan Si Bungsu", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Kambing Emas dan Si Bungsu

----------------------------------------------------------------------------------------
Di sebuah dusun, hiduplah seorang ayah dengn tiga putranya. Suatu hari sang Ayah jatuh sakit. Dia lalu memanggil ketiga anaknya tuk menyampaikan warisannya.
Kepada Si Sulung dan Si Tengah, dia mewariskan sebidang tanah yg luas. Namun tuk Si Bungsu, dia hanya meninggalkan seekor anak kambing yg baru berumur beberapa minggu.
“Bungsu, rawatlah anak kambing ini baik-baik. Pesanku, apa pun yg terjadi, kau gak boleh menjualnya! Hidup rukunlah kalian bertiga…” Selesai menyampaikan pesannya, meninggallah sang ayah.
Si Sulung dan Si Tengah merasa gembira mendapat warisan sebidang tanah subur yg luas. Mereka gak menghiraukan adiknya yg hanya mendapat warisan seekor anak kambing. Walaupun dlam hati bertanya-tanya, Si Bungsu tetap berusaha memelihara anak kambing tersebut dengn baik.
Hari berganti hari. Gak terasa dua tahun berlalu sudah. Anak kambing itu tumbuh menjadi seekor kambing jantan yg sehat dan gemuk. Yang mengherankan, bulu kambing tersebut berubah menjadi keemasan. Tetapi saygnya, Si Bungsu ternyata buta warna. Dia gak bisa membedakan yg mana kambing emas itu berada di antara kambing-kambing yg lain. Meskipun demikian, dia bisa mengenal suara dan bau kambingnya.
Kedua saudaranya merasa iri melihat keberuntungan Si Bungsu. Dengn berbagai cara Mereka berusaha mengambil dan memiliki kambing emas itu.
“Bungsu, bagaimana kalau kambingmu aku beli dengn harga tinggi?” Tanya Si Sulung.
“Gak, Kak, maaf. Sesuai pesan Ayah, aku gak akan menjualnya.” Jawab Si Bungsu.
“Lima juta, aku bayar tunai!” Sulung memaksa.
“Tetap gak. Kemarin ada yg menawar sepuluh juta pun tak kuberikan!” tolak Bungsu.
“Bagaimana kalau kutukar dengn sebidang tanah?” tawar Si Tengah tak mau kalah.
“Gak, Kak, aku gak akan mengecewakan mendiang Ayah.”
Si Sulung dan Si Tengah geram dan marah mendengar jawaban Bungsu. Mereka berusaha mencari akal dengn menggunakan kelemahan Si Bungsu.
“Kak, bagaimana kalau kambing emas itu kita tukar dengn kambing lain? Bungsu ‘kan, gak bisa membedakan mana kambing miliknya!” usul Si Tengah.
“Usul yg bagus! Kalau hari gelap kita jalankan rencana ini.”
Petang harinya, keduanya benar-benar menjalankan rencana itu. Ketika Mereka tlah berhasil memasukkan seekor kambing putih dan mengeluarkan kambing emas dari kandangnya, tiba-tiba kambing emas mengembik, “Mbeek…”
Mendengar kambingnya mengembik, Bungsu bergegas ke kandang. Dia heran melihat kedua kakaknya malam-malam ada di situ.
“Lo, ada apa, Kak? Malam-malam kok ada di sini? Kambingku mau dibawa ke mana?”
“Ini bukan kambingmu! Tuh, kambingmu ada di kandang!” tunjuk si Sulung.
“Gak, ini kambingku, aku hapal suaranya!”
Mereka bertiga bertengkar. Akhirnya Bungsu berkata, “Bagaimana kalau kita menghadap Raja tuk mencari keadilan dan kebenaran?”
“Baik, kalau itu maumu!” sahut kedua kakaknya serempak.
Mereka bertiga berangkat ke istana. Sesampainya di istana, Bungsu mengutarakan maksud kedatangannya.
“Bungsu, kau akan mendapatkan kambing emasmu kembali, jika kau benar-benar bisa membedakan mana kambingmu dari kedua kambing ini. Tapi jika gagal kau akan dihukum. Sebaliknya, jika Bungsu berhasil, Sulung dan Tengah harus menyerahkan seluruh hartanya pada Si Bungsu, karena tlah berusaha tuk menipu saudara sendiri! Bagaimana, kalian setuju?” Tanya Raja.
“Baik, Paduka!” Sulung dan Tengah bersorak dlam hati. Mereka pikir Si Bungsu gak akan berhasil membedakan kedua kambing tersebut.
“Paduka, hamba memang gak bisa membedakan warna kedua kambing ini. Tapi hamba hapal suara dan bau kambing hamba,” sembah Si Bungsu.
“Kalau begitu coba tunjuk yg mana kambingmu!” perintah Sang Raja.
Bungsu berjalan menghampiri kedua kambing tersebut, dibauinya satu persatu. Dia lalu berseru, “Cantik… cantik… perdengarkan suaramu!”
Mendengar namanya dipanggil Si Bungsu, kambing emas itu pun mengembik, “Mbeeek… mbeeek…”
“Nah, yg ini kambing hamba, Paduka,” kata Si Bungsu sambil memegang kambingnya.
Sesuai janji, Raja memberikan kambing emas itu pada Si Bungsu. Dia juga memerintahkan Si Sulung dan Si Tengah tuk menyerahkan seluruh hartanya pada Si Bungsu.

----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post