Cerpen Bobo Ke-69 Ini Ceritanya Berjudul "Jacko, Gajah Kecil Yang Ingin Tahu", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Jacko, Gajah Kecil Yang Ingin Tahu
----------------------------------------------------------------------------------------
Dahulu kala, gajah di muka bumi ini gak memiliki belalai. Bentuk hidungnya memang agak panjang dan dapat digerakkan ke kiri ke kanan. Namun gak bisa digunakan tuk mengambil sesuatu.Jacko, seekor gajah kecil, slalu sangat ingin tahu tentang apa yg dilihat, didengar, dirasa, dicium ato dirabanya. Pernah dia bertanya pada Paman Jerapah mengapa kulitnya berbintik-bintik. Tentu saja jerapah marah dan menendang pantat Jacko keras-keras.
Keesokan harinya, dia menghampiri singa dan bertanya, “Paman Singa, kenapa buah melon rasanya segaaar sekali?” Singa menjadi kesal, dan memukul Jacko kuat-kuat dengn cakarnya yg tajam.
Kali ini Jacko menjumpai Bibi Kuda Nil dan menanyakan mengapa matanya merah. Kuda Nil langsung memarahi Jacko, “Itu bukan urusanmu, anak cerewet! Pergi dari sini!”
Anehnya si Jacko gak pernah jera tuk bertanya. Suatu hari, dia sibuk mencari tahu pada setiap binatang yg ditemuinya tentang apa yg disantap buaya saat makan malam. “Husss… usil amat sih kamu!” jawab mereka marah.
Di tengah hutan yg lebat, Jacko bertemu dengn burung Kolokolo. Dia lalu mengadu, “Ayah dan Ibuku memarahiku. Semua paman dan bibiku marah karena keingintahuanku. Tapi aku masih penasaran dan ingin tahu apa yg disantap buaya di malam hari!”
Dengn sabar burung Kolokolo berkata, “Pergilah ke tepi sungai Limpopo dan temuilah buaya di sana!”
Maka pergilah Jacko menuju sungai Limpopo. Seumur hidupnya dia belom pernah melihat buaya. Namun tekadnya sudah bulat tuk bertanya langsung pada buaya.
Sesampainya di tepi sungai, dia melihat sebatang kayu terapung. Namun dia agak heran saat melihat batang kayu itu mengedipkan sebelah matanya.
“Selamat siang,” sapa Jacko sopan sekali. “Apakah Paman mengenal buaya yg tinggal di sungai Limpopo ini?”
Sambil mengedipkan mata, buaya menjawab dengn marah, ”Kemarilah gajah kecil. Akulah buaya itu!”
Jacko sangat gembira dan berkata, “Oh… pamanlah yg selama ini kucari-cari. Maaf Paman, tolonglah katakanlah padaku. Apa yg Paman santap saat makan malam?”
“Mendekatlah anak manis,” sahut buaya. “Akan kubisikkan padamu.”
Jacko mendekatkan kepalanya, dan dalam sekejap taring-taring buaya sudah menancap di hidung Jacko. “Kupikir, hari ini aku akan menyantap anak gajah,” geram buaya dengn kedua rahang penuh taring mencengkeram.
“Lepaskan aku buaya jahat!” teriak Jacko. Dia lalu berusaha manarik hidungnya sekuat tenaga. Namun buaya pun tak mau kalah. Dia pun menarik dan terus menarik hidung Jacko. Setiap tarikan, hidung Jacko bertambah panjang. Namun akhirnya si gajah kecil yg pemberani itu berhasil menarik kuat-kuat hidungnya sehingga terlepas dari cengkeraman buaya.
Lalu Jacko membungkus hidungnya yg tlah memanjang itu dengn daun pisang dan mendinginkannya dengn air. Selama tiga hari tiga malam dia berharap hidungnya bisa kembali seperti semula. Namun gak berhasil. Akhirnya dia memutuskan tuk pulang.
Ketika bertemu seluruh keluarga dan sahabatnya, mereka terkejut dan bertanya, “Hai, Jacko, kau apakan hidungmu?” dengn tenang Jacko menjawab,
“Aku diberi hidung baru oleh Paman Buaya dari Sungai Limpopo. Aku bertanya padanya apa yg disantapnya saat makan malam dan dia menghadiahiku hidung ini.”
“Ikh, jelek sekali!” ejek Paman Singa.
“Memang,” sahut Jacko. “Tapi benar –benar sangat berguna!” Lalu dia memetik buah-buahan di pohon. Selama ini Jacko memang hanya bisa menikmati buah yg sudah jatuh ke tanah. Jacko juga memamerkan kepandaiannya mandi dengn menyemprotkan air dari belalainya. Hmmm, satu lagi. Jacko juga menunjukkan cara menggunakan belalainya tuk menampar musuh saat membela diri.
Seluruh keluarga gajah amat kagum akan kegunaan belalai Jacko yg penjang. Akhirnya satu persatu keluarga gajah bergegas menuju sungai Limpopo. Mereka pun ingin “meminta hidung baru” pada buaya.
Sejak saat itu, semua gajah memiliki belalai panjang persis seperti belalai Jacko.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!