Cerpen Bobo Ke-57 Ini Ceritanya Berjudul "Ki Rangga Gading", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Ki Rangga Gading, Cerita Rakyat Jawa Barat
----------------------------------------------------------------------------------------
Dahulu kala, ketika Tasik masih merupakan “dayeuh” (kota) Sukapura, ada seorang bernama Ki Rangga Gading. DIa sangat sakti. Tapi kesaktiannya disalahgunakan tuk merampok dan mencuri. Ki Rangga Gading tak pernah tertangkap, karena dia bisa mengubah badannya menjadi binatang, pohon, batu, ato air.Suatu ketika, Ki Rangga Gading mencuri kerbau lima ekor. Pencurian itu sengaja dilakukan di siang hari tuk pamer kesaktian. Warga sekampung pun beramai-ramai memburunya. Karena ketinggian ilmu Ki Rangga Gading, dia mengubah kaki-kaki kerbau menjadi terbalik, sehingga jejak telapak kaki kerbau berlawanan arah. Warga yg mengikuti jejak itu tertipu. Mereka semakin menjauh dari kerbau-kerbau itu.
Warga memutuskan mengejar ke pasar. Sebab Ki Rangga Gading pasti akan menjual kerbau itu ke pasar. Tetapi dasar Ki Rangga Gading, dia mengubah tanduk kerbau yg tadinya melengkung ke atas menjadi ke bawah. Kulit kerbaunya yg tadinya hitam diubah jadi putih. Maka, selamatlah dia dari kejaran massa dan polisi negara yg akan menangkapnya.
Tersiar kabar, di Karangmunggal terdapat tanah keramat. Tanah itu mengandung emas. Lahan itu dijaga oleh polisi negara dan para tetua kampung agar tak diganggu. Mendengar kabar itu, Ki Rangga Gading jadi tergiur ingin memilikinya. dia segera naik ke atas pohon kelapa. Setlah sampai di atas, dibacoknya pelepah kelapa yg diinjaknya. dengn ilmunya, pelepah itu terbang melayg menuju Karangmunggal.
Sampai di Karangmunggal, Ki Rangga Gading mengubah dirinya menjadi seekor kucing agar tak diketahui oleh polisi negara dan tetua kampung. Tentu saja para penjaga tertipu. Kucing jelmaan Ki Rangga Gading itu tenang-tenang saja mengeruki tanah yg mengandung emas itu. Kemudian dimasukkan ke dalam karung yg dibawanya. Setelah karungnya terisi penuh, Ki Rangga Gading segera terbang menggunakan pelepah yg tadi ditungganginya menuju ke kampung tempat persembunyiannya.
Sebelum tiba di kampungnya, dia turun ingin berjalan kaki. Di tempat yg sepi, dia istirahat sambil membuka hasil curiannya. Lalu dia mengambil segenggam dan ditaburkan supaya tempat itu menjadi keramat. Sampai saat ini tempat itu dikenal dengn nama Salawu, berasal dari kata sarawu (segenggam).
Kemudian Ki Rangga Gading melanjutkan perjalanan. Saat merasa lelah, dia beristirahat. Karung yg berisi tanah emas digantungkan pada dahan pohon. Sampai sekarang tempat itu terkenal dengn nama Kampung Karanggantungan terletak di Kecamatan Salawu. Nama itu berasal dari kata tanah Karangmunggal digantungkan.
Ki Rangga Gading melanjutkan perjalanan lagi. Setelah lama berjalan, dia mulai banyak berkeringat. Dia berhenti tuk mandi dulu di suatu mata air. Karung yg dibawanya digantungkan lagi. Tapi karung itu berayun-ayun terus (guntal-gantel) tak mau diam. Sampai sekarang kampung itu dikenal dengn nama Kampung Guntal Gantel.
Ketika Ki Rangga Gading sedang asyik mandi, tiba-tiba di hadapannya telah berdiri seorang tua. Wajahnya bercahaya dan menggunakan sorban serta jubah putih, dia seorang ulama yg tinggi ilmunya. Sambil tersenyum orang tua itu berkata, “Sedang apa Rangga Gading, tiduran di atas tanah sambil telanjang, seperti anak kecil saja?” Ki Rangga Gading terkejut, dia sangat malu dan mendadak badannya merasa lemas tak berdaya. dia memelas, “Duh Eyg ampun, tolonglah saya Eyg, saya lemas, tak tahan Eyg, saya tobat, saya ingin jadi murid Eyg.” Sejak saat itu Ki Rangga Gading menjadi santri di Pesantren Guntal Gantel.
Pada suatu ketika, Pesantren Guntal-Gantel tertimbun tanah longsor akibat gempa bumi. Waktu itu, ulama dan santri-santrinya sedang tilem (tidur). Konon, mereka menjadi kodok. Sebab tempat tersebut sangat angker, dan dinamakan “Bangkongrarang” berasal dari kata tanah yg dibawa dari karang dan loba bangkong (banyak katak).
Sampai saat ini “Bangkongrarang” dan “Guntal Gantel” masih ada, tetapi hanya berupa tumpukan pasir di tengah sawah yg luas. Barang siapa berani masuk dan menginjak lahan itu akan merasakan akibatnya. Bila ada burung terbang melintasi lahan itu, dia akan jatuh dan mati seketika. Bila bulan puasa tiba, di tengah malam saatnya sahur, sering terdengar sayup-sayup dari tempat itu bunyi beduk. Jangan heran sebab itu adalah suara beduk santri-santri dari Pesantren Guntal-Gantel yg tilem dan dipimpin oleh Ki Rangga Gading.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!