Cerpen Bobo Ke-56 Ini Ceritanya Berjudul "Kenangan Tentang Bunda", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Kenangan Tentang Bunda
----------------------------------------------------------------------------------------
Brek! Via menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya meleleh membasahi bantal. Hati Via betul-betul terluka mendengar omongan Bi Jum."Lo, kenapa memangis?" tanya Eyang Putri cemas. Beliau meletakkan obat dan segelas air putih di meja.
Via diam tak menjawab. Isaknya semakin jelas terdengar.
"Eyang, benarkah Bunda tak mau mengurus Via?" tanyanya terpatah-patah.
"Siapa bilang?'
"Tadi di Puskesmas Bi Jum bercerita pada orang-orang. Katanya Bunda tak mau mengurus Via. Bunda sibuk berkarir. Itulah sebabnya Via diasuh Eyg."
Eyg mengangguk-angguk mulai memahami persoalan Via. Namun beliau belum menanggapi pertanyaan cucunya.
"Minum obat dulu, ya. Nanti kita bicarakan hal ini," bujuk Eyg seraya membantu Via minum obat. Sesekali terdengar helaan nafas panjangnya.
Pagi tadi Eyg menyuruh Bi Jum, pembantunya mengantar Via berobat ke Puskesmas. Sudah dua hari Via pilek. Biasanya Eyg sendiri yg mengantar Via berobat. Namun tetangga sebelah meninggal. Eyg melayat ke sebelah.
"Benarkah Bunda tak mau mengasuh Via, Eyg?" desak Via penasaran.
Eyg menatap lembut cucunya yg sedang sedih dan gelisah. Dengn penuh kasih sayg tangannya yg keriput membelai Via.
"Apakah Via merasa begitu?"
Via tercenung. Ya, sepertinya ucapan Bi Jum ada benarnya juga. Bude Laras dan Bulik Prita, saudara Bunda mengasuh sendiri anak-anaknya. Meskipun mereka berdua juga bekerja di kantor. Sementara Via diasuh Eyg.
"Bingung, ya? Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya. Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yg tinggal dengn orang lain."
"Dan alasan itu karena mereka tak mau repot mengasuh anaknya, kan?" potong Via sengit.
"Mmm, sebaiknya Via cari tahu sendiri ya, jawabannya. Nanti Eyg beritahu caranya."
Via menatap Eyg tak berkedip. Dengn senyum tetap tersungging di bibir, Eyg beranjak mengambil kertas dan bolpoin.
"Dulu, kalau Eyg kecewa terhadap seseorang, Eyg menulis semua hal tentang orang tersebut. Semua kenangan yg manis ato pun yg tak menyenangkan. Biasanya begitu selesai menulis, hati Eyg lega. Pikiran pun menjadi jernih. Sehingga Eyg bisa menilai orang itu dengn tepat. Via mau mencoba cara ini? Tulislah kenangan tentang Bunda. Mudah-mudahan Via akan menemukan jawaban. Eyg ke dapur dulu, ya."
Begitu Eyg berlalu, Via meremas kertas. Tuk apa menulis kenangan tentang Bunda? Bikin tambah kesal saja. Plung! Via melempar kertas ke tempat sampah.
Langit begitu biru. Via menatap gumpalan awan putih yg berarak. Dulu Bunda bercerita awan itu berlari karena takut digelitik angin. Kenangan Via kembali ke masa kecil. Bunda slalu mendongeng menjelang tidur. Bunda slalu memandikan dan menyuapinya. Tugas itu tak pernah digantikan pembantu, meskipun Bunda juga bekerja di kantor.
Tiba-tiba jam kerja Bunda bertambah, karena hari Sabtu libur. Bunda tiba di rumah paling awal pukul 17.20. Kini Via lebih banyak bersama pembantu. Suatu ketika Bunda pulang lebih awal karena tak enak badan. Saat itu waktu bagi Via tidur siang. Namun pembantu mengajaknya main ke rumah tetangga. Bunda marah dan pembantu ketakutan. DIa keluar.
Sambil menunggu pembantu baru, Via ikut Bunda ke kantor sepulang sekolah. Mula-mula semua berjalan lancar. Lalu Via mulai sakit-sakitan. Akhirnya dia harus opname. Dokter menduga Via kurang istirahat dan makan tak teratur. Bunda menangis mendengarnya. DIa merasa bersalah.
Eyg datang menawarkan diri mengasuh Via di Salatiga. Via senang sekali. DIa tak akan kesepian karena banyak sepupunya yg tinggal tak jauh dari rumah Eyg. Sebetulnya Bunda keberatan. Namun demi kebaikan Via, Bunda pun rela.
Setiap awal bulan Ayah dan Bunda bergantian ke Salatiga. Biasanya mereka tiba Minggu pagi. Sore harinya mereka sudah kembali ke Bandung, karena esok paginya harus ke kantor. Bunda pun slalu menyempatkan diri mengambil rapor Via. Atau menemani Via ikut piknik sekolah. Saat ulang tahun Via, Ayah dan Bunda cuti tuk merayakannya bersama.
Ah, tiba-tiba ada aliran haru di dada Via. Keraguannya terhadap kasih sayg Bunda, hilang sudah.
"Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya. Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yg tinggal dengn orang lain," kembali mengiang kata-kata Eyg.
Hop! Via bangkit meraih kertas dan pena. DIa mulai menuliskan kenangannya tentang Bunda. Sewaktu-waktu bila hatinya ragu dia akan membaca tulisannya kembali. Biarlah Bi Jum berpendapat Bunda tak mau mengasuh dirinya. Namun Via yakin Bunda amat menyayginya. Keyakinan itu akan dia jaga baik-baik. Via menghela nafas lega. Kini dia tak boleh begitu saja terpengaruh ucapan orang lain.
Oleh: Mudjibah Utami (Bobo No. 33/XXX)
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!