Cerpen Bobo Ke-49 Ini Ceritanya Berjudul "MAAFKAN DIRIMU, SISI", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, MAAFKAN DIRIMU, SISI
----------------------------------------------------------------------------------------
Sisi punya kenalan baru. Anak perempuan sebayanya bernama Lani. Mereka berkenalan di taman di dekat rumah mereka. Suatu kali, dompet Lani terjatuh di rumput dalam keadaan terbuka. Sisi melihat sebuah foto di dalamnya. Wah, ternyata Lani punya saudara kembar. Kenapa dia gak pernah cerita? Sambil mengamati foto itu, Sisi mulai berpikir tentang Lani. Mereka berkenalan seminggu lalu. Dalam waktu singkat, Lani berhasil mengubah sikap Sisi yg lama. Dingin dan kaku. Lani sangat ramah dan… agak cerewet. Awalnya Sisi sebal juga padanya. Lani datang tiap hari dan main berjam-jam di rumahnya. Alasannya, “Mumpung liburan.” Pada akhirnya, hati Sisi melunak dan mulai ikut banyak bercerita tentang dirinya.”Aku tahu kenapa waktu pertama kenal, sikapmu kaku dan murung,” ujar Lani membuat Sisi terperanjat.
“Sampai kapan kamu menyalahkan diri sendiri? Boleh saja kamu sedih karena kematian Mbak Elsa. Tapi gak selamanya kan?" Mata Sisi membesar.
“Kamu tak tahu rasanya…”
"Tahu!” potong Lani cepat.
“Aku tahu rasanya kehilangan orang yg kita saygi. Apalagi jika kita merasa bertanggung jawab atas kematiannya.”Sisi terdiam. Gak disangkanya Lani akan berkata seperti itu. Lani mengambil foto di dompetnya. “Ini foto terakhirku dengan Lina, saudara kembarku. Lina meninggal setahun lalu.”
“Apa yg terjadi?” Sisi nyaris berbisik.
“Hari itu kami akan bermain ke rumah teman. Kami harus melewati sungai. Aku ingin lewat jembatan gantung yg sudah agak lapuk. Lina ingin lewat jembatan beru. Aku ngotot ingin lewat jembatan gantung yg sudah lapuk, sebab jembatan baru itu jauh. Akhirnya Lina mengalah, kami lewat jembatan gantung itu. Ternyata bagian tengahnya sudah rusak parah. Tapi terlambat tuk kembali. Tiba-tiba Lina terperosok karena bambu yg diinjaknya terlalu lapuk. Dia jatuh, tapi aku berhasil memegang tangannya. Kami berteriak-teriak minta tolong. Tapi gak ada orang di sekitar sana…” Lani berhenti. Matanya berkaca-kaca. Dia berusaha melanjutkan ceritanya.
”Aku berusaha keras menariknya. Tapi bambu yg kujadikan pegangan hampir patah. Lina tahu jika aku terus memegang tangannya, kami akan jatuh. Tanpa diduga, dia mencubit tanganku. Tanpa sadar aku melepaskan peganganku pada Lina. Lina … jatuh. Tubuhnya tertelan arus sungai yg deras. Aku segera mencari pertolongan. Tapi meski banyak orang yg ikut mencari, Lina gak segera ditemukan. Ketika ditemukan dia…”Lani terisak pelan. Sisi ingin menghibur, tapi lidahnya kelu.
“Aku sangat menyesal dan merasa bersalah. Sejak itu aku berubah. Aku jadi suka menyendiri dan gak mau bergaul. Tapi lama-lama aku sadar. Aku akan membuat Lina kecewa jika terus seperti itu…”Mereka berdua lama terdiam.
Setlah Lani pamit pulang, Sisi menghempaskan dirinya ke tempat tidur. Air matanya mengalir deras. Kejadian setahun lalu berputar kembali dalam ingatannya. Dia dan Elsa, kakaknya, jalan-jalan di pusat pertokoan. Lalu lintas cukup ramai. Entah kenapa mereka terpisah waktu menyeberang. Ketika sadar Elsa gak bersamanya, Sisi mencari-cari. Dia gak tahu ada mobil ngebut yg datang ke arahnya. Sisi merasa tubuhnya didorong seseorang. Dia baru sadar apa yg terjadi ketika melihat Elsa terkapar di jalan. Ya, Elsa tlah menyelamatkannya, tapi dia sendiri meninggal.
”Itu kecelakaan. Jangan menyalahkan diri sendiri,” semua orang berkata begitu padanya. Tapi Sisi gak peduli nasihat mereka.
***
Liburan sekolah akhirnya usai. Di hari pertama masuk sekolah, Sisi sangat bersemangat. DIa akan memberi kejutan pada semua orang. Dia akan tampil sebagai Sisi yg ramah dan ceria, seperti dulu, sebelum kehilangan kakaknya. Sisi tertegun di pintu kelas. DIa melihat seseorang yg sangat dikenalnya duduk sendirian.
“Lani!” Sisi nyaris terpekik.
“Rupanya kita sekelas. Pantas kamu selalu merahasiakan sekolahmu. Mau bikin kejutan tukku?” Lani memandangnya linglung.
“Oh, eh… kita pernah bertemu?”
“Aduuh, jangan main-main lagi dong,” Sisi pura-pura kesal.
“Aku gak main-main. Namaku memang Lani. Tapi aku belum pernah ketemu kamu. Aku baru pindah ke sini dua hari lalu.” Sisi kesal.
Tapi melihat Lani bersungguh-sungguh, dia menahan diri. Sisi menceritakan perkenalan mereka. Juga semua hal yg dia tahu tentang Lani. Wajah Lani memucat. “Kamu tahu semua tentang aku…”
“Tentu saja. Kan kamu yg cerita.”
"Bukan. Sudah kukatakan, aku belum kenal kamu. Jangan-jangan…” Lani melanjutkan,
“Semua ceritamu tentangku benar. Tapi ada satu hal yg salah. Aku berhenti menyalahkan diriku sejak aku mimpi bertemu Lina. Dia bilang, dia akan sedih jika aku gak berubah.” Sisi mulai mengerti.
“Jadi… yg bermain denganku seminggu ini…” Sisi terdiam,
“Lina,” sambungnya dalam hati. Keduanya diam. Akhirnya Sisi tersenyum. Diraihnya tangan Lani.
“Kedatangan Lina adalah anugrah buatku. Dimanapun dia sekarang, dia pasti sedang tersenyum melihat kita.”
“Ya.” Lani tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba mereka merasa akan segera akrab. Seperti Sisi dan Lina sebelumnya.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!