CERPEN BOBO Ke-48, Murtado Macan Kemayoran

Cerpen Bobo Ke-48 Ini Ceritanya Berjudul "Murtado Macan Kemayoran", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Murtado Macan Kemayoran, Cerita Rakyat DKI Jakarta

----------------------------------------------------------------------------------------
Pada zaman penjajahan Belanda, di daerah Kemayoran tinggal seorang pemuda bernama Murtado. Ayahnya adalah anak mantan lurah di daerah tersebut. Murtado adalah anak yg baik. DIa suka menolong orang yg membutuhkannya. Maka Murtado disenangi oleh penduduk di kampung tersebut. Selain itu, dia tekun menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Tak ketinggalan, ilmu bela diri juga dipelajarinya hingga dia menjadi seorang jagoan yg rendah hati.

Pada waktu itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tak tenteram. Penduduk slalu diliputi rasa ketakutan akibat gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yg berwatak jahat. Belum lagi pajak yg ditarik oleh Belanda dan Cina sangat memberatkan. Padahal, sebagian besar penduduk adalah petani miskin dan pedagang kecil-kecilan.

Sebenarnya daerah itu dipimpin oleh orang pribumi yg bernama Bek Lihun dan Mandor Bacan. Namun keduanya tlah menjadi kaki tangan Belanda sehingga mereka sangat kejam dan hanya memikirkan keuntungan pribadinya saja.

Pada suatu hari, di kampung Kemayoran diadakan derapan padi. Acara itu boleh dilaksanakan dengn syarat setiap lima ikat padi yg dipotong, satu ikat adalah tuk yg memotong, sedangkan yg empat ikat tuk kompeni. Mandor Bacan ditunjuk mengawasi jalannya upacara itu.

Dalam upacara itu, ada seorang gadis cantik ikut memotong padi. Murtado pun tak ketinggalan ikut di samping gadis tersebut. Mereka rupanya sudah lama menjalin kasih. Tiba-tiba Mandor Bacan melihat ke arah gadis itu dan berniat kurang ajar. Niat itu berhasil digagalkan Murtado. Rupanya Mandor Bacan tak terima. Lalu terjadilah perkelahian. Dalam perkelahian itu Murtado memperlihatkan ketinggian ilmu beladirinya, sehingga Mandor Bacan bisa dikalahkan dan lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu kemudian melapor kepada Bek Lihun.

Mendengar laporan mandornya, Bek Lihun menjadi marah. Berbagai upaya dilakukan tuk membunuh Murtado. Namun semua upaya itu bisa digagalkan Murtado. Sampai suatu hari, Bek Lihun mencoba mencelakai kekasih Murtado. Maka hilanglah kesabaran Murtado. Ditendang dan dihajarnya Bek Lihun hingga babak belur. Akhirnya Bek Lihun minta ampun dan berjanji tak akan melakukannya lagi. Setelah kejadian-kejadian itu, maka mulai insyaflah Bek Lihun. Dia mulai menghargai Murtado.

Ketika itu beberapa gerombolan perampok di bawah pimpinan Warsa mulai mengganas di Kemayoran. Setiap malam mereka merampas harta benda penduduk. Kadang-kadang juga melakukan pembunuhan. Menghadapi hal ini Bek Lihun merasa kewalahan. Bahkan dia berkali-kali mendapat teguran dari kompeni karena tak bisa menjaga keamanan di kampungnya sehingga pajak-pajak tuk kompeni tak berjalan lancar.

Bek Lihun akhirnya meminta bantuan kepada Murtado. Murtado yg menyadari bahwa dia juga bertanggung jawab atas keamanan kampung tersebut menyetujui permohonan Bek Lihun. Bersama dua orang temannya yg bernama Saomin dan Sarpin, Murtado mencari markas perampok itu di daerah Tambun dan Bekasi, tetapi tak ditemukan. Kemudian mereka pergi ke daerah Kerawang. Di sana gerombolan Warsa bisa dikalahkan. Warsa sendiri mati dalam perkelahian itu. Oleh Murtado dan teman-temannya semua hasil rampokan gerombolan itu diambil dan dibawa kembali ke Kemayoran. Kemudian dikembalikan lagi kepada pemiliknya masing-masing. Semua rakyat di daerah Kemayoran berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada Murtado.

Penguasa Belanda pun sangat menghargai jasa-jasa Murtado. Mereka ingin mengangkatnya menjadi bek di daerah Kemayoran menggantikan Bek Lihun. Tetapi tawaran Belanda ini ditolak Murtado, karena dia tak ingin menjadi alat pemerintah jajahan. “Lebih baik hidup sebagai rakyat biasa tetapi ikut menjaga keamanan rakyat,” gumamnya. Murtado pun aktif berjuang tuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post