Cerpen Bobo Ke-43 Ini Ceritanya Berjudul "Putra Mahkota Amat Mude", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Putra Mahkota Amat Mude, Cerita Rakyat Aceh
----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, di Negeri Alas, Nanggroe Aceh Darussalam, ada sebuah kerajaan yg diperintah oleh seorang raja yg arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya slalu patuh dan setia kepadanya. Negeri Alas pun senantiasa aman dan damai. Namun satu hal yg membuat sang Raja selalu bersedih, karena belum dikaruniai seorang anak. Sang Raja ingin sekali seperti adiknya yg sudah memiliki seorang anak. Pada suatu hari, sang Raja duduk termenung seorang diri di serambi istana. Tanpa disadarinya, tiba-tiba permaisurinya tlah duduk di sampingnya. “Apa yg sedang Kanda pikirkan?” tanya permaisuri pelan.
“Dindaku tercinta! Kita sudah tua, tapi sampai saat ini kita belum mempunyai seorang putra yg kelak akan mewarisi tahta kerajaan ini,” ungkap sang Raja.
“Dinda mengerti perasaan Kanda. Dinda juga sangat merindukan seorang buah hati belaian jiwa. Kita tlah mendatangkan tabib dari berbagai negeri dan mencoba segala macam obat, namun belum juga membuahkan hasil. Kita harus bersabar dan banyak berdoa kepada Tuhan Yang Maha kuasa,” kata permaisuri menenangkan hati suaminya. Alangkah sejuknya hati sang Raja mendengar kata-kata permaisurinya. DIa sangat beruntung mempunyai seorang permaisuri yg penuh pengertian dan perhatian kepadanya.
“Terima kasih, Dinda! Kanda sangat bahagia mempunyai permaisuri seperti Dinda yg pandai menenangkan hati Kanda,” ucap sang Raja memuji permaisurinya. Sejak itu, sang Raja dan permaisuri semakin giat berdoa dengn harapan keinginan mereka bisa terkabulkan.
Pada suatu malam, sang Raja yg didampingi permaisurinya berdoa dengn penuh khusyuk. “Ya Tuhan! Karuniakanlah kepada kami seorang putra yg kelak akan meneruskan tahta kerajaan ini. Hamba rela tak merasakan sebagai seorang ayah, asalkan kami dikaruniai seorang putra,” pinta sang Raja.
Sebulan kemudian, permaisuri pun mengandung. Alangkah senang hati sang Raja mengetahui hal itu. Kabar tentang kehamilan permaisuri pun tersebar ke seluruh penjuru negeri. Rakyat negeri itu sangat gembira, karena raja mereka tak lama lagi akan memiliki keturunan yg kelak akan mewarisi tahtanya. Waktu terus berjalan. Usia kandungan permaisuri sudah genap sembilan bulan. Pada suatu sore, permaisuri pun melahirkan seorang anak laki-laki yg sehat dan tampan. Permaisuri tampak tersenyum bahagia sambil menimang-nimang putranya. Begitupula sang Raja senantiasa bersyukur telah memperoleh keturunan anak laki-laki yg selama ini ia idam-idamkan.
“Terima kasih Tuhan! Engkau telah mengabulkan doa kami,” sang Raja berucap syukur. Seminggu kemudian, sang Raja pun mengadakan pesta dan upacara turun mani, yakni upacara pemberian nama. Pesta dan upacara tersebut diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Tamu yg diundang bukan hanya rakyat negeri Alas, melainkan juga seluruh binatang dan makhluk halus yg ada di laut maupun di darat. Seluruh tamu undangan tampak gembira dan bersuka ria. Dalam upacara turun mani tersebut ditetapkan nama putra Raja, yakni Amat Mude.
Beberapa bulan setelah upacara dilaksanakan, sang Raja pun mulai sakit-sakitan. Seluruh badannya terasa lemah dan letih. “Dinda! Mungkin ini pertanda waktuku sudah dekat. Dinda tentu masih ingat doa Kanda dulu sebelum kita mempunyai anak,” ungkap sang Raja. Mendengar ungkapan sang Raja, hati permaisuri menjadi sedih. Meskipun menyadari hal itu, permaisuri tetap berharap agar sang Raja bisa sembuh dan dipanjangkan umurnya. Semua tabib diundang ke istana tuk mengobati penyakit sang Raja. Namun, tak seorang pun yg berhasil menyembuhkannya. Bahkan penyakit sang Raja semakin hari bertambah parah. Akhirnya, raja yg arif dan bijaksana itu pun wafat. Seluruh keluarga istana dan rakyat Negeri Alas berkabung.
Oleh karena Amat Mude sebagai pewaris tunggal Kerajaan Negeri Alas masih kecil dan belum sanggup melakukan tugas-tugas kerajaan, maka diangkatlah Pakcik Amat Mude yg bernama Raja Muda menjadi raja sementara Negeri Alas. Sebagai seorang raja, apapun perintahnya pasti dipatuhi. Hal itulah yg membuatnya enggan digantikan kedudukannya sebagai raja oleh Amat Mude. Berbagai tipu muslihat pun dia lakukan. Mulanya, sang Raja memindahkan Amat Mude dan ibunya ke ruang belakang yg semula tinggal di ruang tengah. Alasannya, Amat Mude yg masih kecil sering menangis, sehingga mengganggu setiap acara penting di istana. Tipu muslihat Raja Muda semakin hari semakin menjadi-jadi.
Pada suatu hari, dia mengumpulkan beberapa orang pengawalnya di ruang sidang istana.
“Wahai, Pengawal! Besok pagi-pagi sekali, buang permaisuri dan anak ingusan itu ke tengah hutan!” titah Raja Muda.
“Apa maksud Baginda?” tanya seorang pengawal heran.
“Sudahlah! tak usah banyak tanya. Aku kira kalian sudah tahu semua maksudku,” jawab Raja Muda.
“Ampun, Baginda! Hamba benar-benar tak tahu maksud Baginda hendak membuang permaisuri dan putra mahkota ke tengah hutan,” kata seorang pengawal yg lain.
“Ketahuilah! Aku tak ingin suatu hari kelak Amat Mude akan merebut kekuasaan ini dari tanganku,” ungkap Raja Muda.
“Tapi, Baginda. Bukankah Putra Mahkota Amat Mude pewaris tahta kerajaan ini,” ungkap pengawal yg lain.
“Hei, kalian tak usah banyak bicara. Laksanakan saja perintahku! Jika tidak, kalian akan menanggung akibatnya!” bentak Raja Muda.
Mendengar ancaman itu, tak seorang pun pengawal yg berani lagi angkat bicara, karena jika berani membantah dan menolak perintah tersebut, mereka akan mendapat hukuman berat. Keesokan harinya, berangkatlah para pengawal tersebut mengantar permaisuri dan Amat Mude ke tengah hutan. Keduanya pun ditinggalkan di tengah hutan dengn bekal seadanya. Tuk melindungi diri dari panasnya matahari dan dinginnya udara malam, ibu dan anak itu pun membuat sebuah gubuk kecil di bawah sebuah pohon rindang. Tuk bertahan hidup, mereka memanfaatkan hasil-hasil hutan yg banyak tersedia di sekitar mereka. Waktu terus berjalan. Tak terasa Amat Mude tlah berumur 8 tahun. DIa tumbuh menjadi anak yg cerdas dan tampan.
Pada suatu hari, ketika sedang bermain-main, Amat Mude menemukan cucuk sanggul ibunya. Diambilnya cucuk sanggul itu dan dibuatnya mata pancing. Keesokan harinya, Amat Mude pergi memancing di sebuah sungai yg di dalamnya terdapat banyak ikan. Dalam waktu sekejap, dia tlah memperoleh lima ekor ikan yg hampir sama besarnya dan segera membawanya pulang. Alangkah gembiranya hati ibunya.
“Waaah, kamu pandai sekali memancing, Putraku!” ucap ibunya memuji.
“Iya, Ibu! Sungai itu banyak sekali ikannya,” kata Amat Mude. Lima ekor ikan besar tersebut tentu tak bisa mereka habiskan. Maka timbul pikiran permaisuri tuk menjualnya sebagian ke sebuah desa yg terletak tak jauh dari tempat tinggal mereka. Dengn mengajak Amat Mude, permaisuri pun pergi ke desa itu. Ketika akan menawarkan ikan itu kepada penduduk, tiba-tiba dia bertemu dengn saudagar kaya dan pemurah. DIa adalah bekas sahabat suaminya dulu.
“Ampun, Tuan Putri! Kenapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada di tempat ini?” tanya saudagar itu heran. Permaisuri pun menceritakan semua kejadian yg tlah menimpanya sampai ia dan putranya berada di desa itu. Mengetahui keadaan permaisuri dan putranya yg sangat memprihatinkan tersebut, saudagar itu pun mengajak mereka mampir ke rumahnya dan membeli semua ikan jualan mereka. Sesampainya di rumah, saudagar itu menyuruh istrinya agar segera memasak ikan tersebut tuk menjamu permaisuri dan Amat Mude. Ketika sedang memotong ikan tersebut, sang Istri menemukan suatu keanehan. DIa kesulitan memotong perut ikan tersebut dengn pisaunya.
“Hei, benda apa di dalam perut ikan ini? Kenapa keras sekali?” tanya istri saudagar itu dalam hati dengn penuh keheranan. Setelah berkali-kali istri saudagar itu menggesek-gesekkan pisaunya, akhirnya perut ikan itu pun terbelah. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat telur ikan berwarna kuning emas, tapi keras. DIa pun segera memanggil suaminya tuk memeriksa benda tersebut. Setelah diamati dengn seksama, ternyata butiran-butiran yg berwarna kuning tersebut adalah emas murni.
“Dik! Usai memasak dan menjamu tamu kehormatan kita, segeralah kamu jual emas itu!” pinta saudagar itu kepada istrinya.
“Tuk apa Bang?” tanya sang Istri heran.
“Uang hasil penjualan emas itu akan digunakan tuk membangun rumah yg bagus sebagai tempat kediaman permaisuri dan putranya. Abang ingin membalas budi baik sang Raja yg dulu semasa hidupnya tlah banyak membantu kita,” ujar saudagar itu kepada istrinya.
“Baik, Bang!” jawab sang Istri. Kemudian saudagar itu menyampaikan berita gembira tersebut kepada permaisuri dan putranya bahwa mereka akan dibuatkan sebuah rumah yg bagus. Mendengar kabar itu, permaisuri sangat terharu. DIa benar-benar tak menygka jika mantan sahabat suaminya itu sangat baik kepada mereka.
“Terima kasih atas semua perhatiannya kepada kami,” ucap permaisuri.
“Ampun, Tuan Putri! Bantuan kami ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengn bantuan Baginda Raja semasa hidupnya kepada kami,” kata saudagar itu sambil memberi hormat kepada permaisuri dan Amat Mude. Menjelang sore hari, permaisuri dan Amat Mude pun mohon diri tuk kembali ke gubuknya. Saudagar itu pun memberikan pakaian yg bagus-bagus dan membekali mereka makanan yg lezat-lezat. Beberapa lama kemudian, rumah permaisuri pun selesai dibangun.
Kini permaisuri dan Amat Mude menempati rumah bagus dan bersih. Tuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari mereka, Amat Mude pergi ke sungai setiap hari tuk memancing. Ikan-ikan yg diperolehnya tuk dimakan sehari-hari dan selebihnya dijual ke penduduk sekitar. Di antara ikan-ikan yg diperolehnya ada yg bertelur emas. Telur emas tersebut sedikit demi sedikit mereka simpan, sehingga lama-kelamaan mereka pun menjadi kaya raya dan terkenal sampai ke seluruh penjuru negeri. Berita tentang kekayaan permaisuri dan putranya itu pun sampai ke telinga Pakcik Amat Mude. Mendengar kabar itu, dia pun berniat tuk mencelakakan Amat Mude, karena tak ingin melepaskan kekuasaannya.
Pada suatu hari, Raja Muda yg serakah itu memanggil Amat Mude tuk menghadap ke istana. Ketika Amat Mude sampai di istana, alangkah terkejutnya Raja Muda saat melihat seorang pemuda gagah dan tampan memberi hormat di hadapannya. Dalam hatinya berkata,
“pemuda ini benar-benar menjadi ancaman bagi kedudukanku sebagai raja”. Maka ia pun memerintahkan Amat Mude tuk pergi memetik buah kelapa gading di sebuah pulau yg terletak di tengah laut. Buah kelapa gading itu diperlukan tuk mengobati penyakit istri Raja Muda. Konon, lautan yg dilalui menuju ke pulau itu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapa pun yg melewati lautan itu, maka akan celaka.
“Hei, Amat Mude! Jika kamu tak berhasil mendapatkan buah kelapa gading itu, maka kamu akan dihukum mati,” ancam Raja Muda.
Oleh karena berniat ingin menolong istri Raja Muda, Amat Mude pun segera melaksanakan perintah itu. Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Amat Mude di sebuah pantai. DIa pun mulai kebingungan mencari cara tuk mencapai pulau itu. Pada saat ia sedang duduk termenung berpikir, tiba-tiba muncul di hadapannya seekor ikan besar bernama Silenggang Raye yg didampingi oleh Raja Buaya dan seekor Naga Besar. Amat Mude pun menjadi ketakutan.
“Hei, Anak Muda! Kamu siapa dan hendak ke mana?” tanya Ikan Silenggang Raye.
“Sa… saya Amat Mude,” jawab Amat Mude dengn gugup, lalu menceritakan asal-asul dan maksud perjalanannya. Mendengar cerita Amat Mude tersebut, Ikan Silenggang Raye, Raja Buaya dan Naga itu langsung memberi hormat kepadanya. Amat Mude pun terheran-heran melihat sikap ketiga binatang raksasa itu.
“Kenapa kalian hormat kepadaku?” tanya Amat Mude heran.
“Ampun, Tuan! Almarhum Ayahandamu adalah raja yg baik. Dulu, kami semua diundang pada pesta pemberian nama Tuan!” jawab Raja Buaya.
“Benar, Tuan! Tuan tak perlu takut. Kami akan mengantar Tuan ke pulau itu,” sambung Naga besar itu.
“Terima kasih, Sobat!” ucap Amat Mude. Akhirnya, Amat Mude pun diantar oleh ketiga binatang raksasa tersebut menuju ke pulau yg dimaksud.
Tak berapa lama, sampailah mereka di pulau itu. Sebelum Amat Mude naik ke darat, si Naga besar memberikan sebuah cincin ajaib kepada Amat Mude. dengn memakai cincin ajaib itu, maka semua permintaan akan dikabulkan. Setelah itu, Amat Mude pun segera mencari pohon kelapa gading. tak berapa lama mencari, dia pun menemukannya. Rupanya, pohon kelapa gading itu sangat tinggi dan hanya memiliki sebutir buah kelapa. Setelah menyampaikan niatnya kepada cincin ajaib yg melingkar di jari tangannya, Amat Mude pun dapat memanjat dengn mudah dan cepat sampai ke atas pohon. Ketika ia sedang memetik buah kelapa gading itu, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yg sangat lembut menegurnya,
“Siapapun yg berhasil memetik buah kelapa gading itu, maka dia akan menjadi suamiku.”
“Siapakah Engkau ini?” tanya Amat Mude.
“Aku adalah Putri Niwer Gading,” jawabnya.
Ketika Amat Mude baru saja turun dari atas pohon sambil menenteng sebutir kelapa gading, tiba-tiba seorang putri cantik jelita berdiri di belakangnya. Alangkah takjubnya ketika ia melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya, Amat Mude pun mengajak sang Putri pulang ke rumah tuk menikah. Pesta perkawinan mereka pun dirayakan dengn ramai di kediaman Amat Mude. Usai pesta, Amat Mude ditemani istri dan ibunya segera menyerahkan buah kelapa gading yg diperolehnya kepada Pakciknya.
Maka selamatlah ia dari ancaman hukuman mati. Bahkan, berkat ketabahan dan kebaikan hatinya, Raja Muda tiba-tiba menjadi sadar akan kecurangan dan perbuatan jahatnya. DIa juga menyadari bahwa Amat Mude-lah yg berhak menduduki tahta kerajaan Negeri Alas. Akhirnya, atas permintaan Raja Muda, Amat Mude pun dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!