CERPEN BOBO Ke-39, Asal Mula Ikan Duyung

Cerpen Bobo Ke-39 Ini Ceritanya Berjudul "Asal Mula Ikan Duyung", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Asal Mula Ikan Duyung, Cerita Rakyat Sulawesi Tengah

----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sulawesi Tengah, Indonesia, hiduplah sepasang suami-istri bersama tiga orang anaknya. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Tuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Sang Ayah menanam sayur-sayuran dan umbi-umbian di ladang dan mencari ikan di laut. Setiap pagi, sebelum berangkat ke ladang, sang Ayah slalu sarapan bersama istri dan ketiga orang anaknya.

Pada suatu pagi, sepasang suami-istri bersama ketiga orang anaknya sedang sarapan bersama dengn lauk ikan. Saat itu persediaan lauk ikan cukup banyak, sehingga mereka gak mampu menghabiskan semua. Usai sarapan, sang Ayah pun bersiap-siap berangkat ke kebun. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada istrinya.

“Istriku! Tolong simpan sisa ikannya tuk lauk makan siang nanti!”

“Baik, Bang,” jawab istrinya singkat.

Setelah itu, berangkatlah sang Ayah ke Ladang. Istrinya pun segera menyimpan sisa ikan itu di dlam lemari makan. Menjelang siang hari, anaknya yg bungsu tiba-tiba menangis minta makan. Ia sangat kelaparan setelah setengah harian bermain dengn kakak-kakaknya. Sang Ibu pun segera memberinya sepiring nasi dan beberapa cuil daging ikan dari dlam lemari. Si Bungsu makan dengn lahap sekali. Dalam beberapa menit saja, lauk ikan yg diberikan oleh ibunya langsung ia habiskan. Si Bungsu pun minta tambah lauk kepada ibunya.

“Ibu… aku ingin tambah lauk ikan lagi,” pinta si Bungsu sambil menangis merengek-rengek.

“Tapi sedikit saja ya, Anakku! Sisakan juga tuk makan siang Ayahmu nanti,” bujuk sang Ibu.

Bujukan sang Ibu gak membuat si Bungsu berhenti menangis. Bahkan, si Bungsu menangis semakin menjadi-jadi sambil berguling-guling di tanah. Sang Ibu gak sampai hati melihat anaknya menangis. Ia pun memberikan semua sisa ikan itu kepada si Bungsu. Setelah itu, barulah si Bungsu berhenti menangis.

Menjelang siang hari, sang Ayah pulang dari ladang. Ia sangat lapar dan meminta istrinya tuk segera menghidangkan makanan untuknya. Dengn perasaan cemas, istrinya pun segera menghidangkan makanan. Setelah hidangan tersedia, sang Ayah melihat hidangan itu gak lengkap.

“Bu, mana sisa ikan tadi pagi? Kenapa gak kamu hidangkan?” tanya sang Ayah.

“Maaf, Bang! Tadi si Bungsu menangis minta makan dengn lauk ikan,” jawab istrinya.

“Kenapa kamu berikan semua kepadanya?” tanya sang Ayah dengn nada marah.

“Maaf, Bang! Tadi aku hanya memberinya beberapa cuil daging ikan, tapi si Bungsu terus menangis merengek-rengek dan berguling-guling di tanah meminta ikan. Aku gak tega melihatnya, Bang! Makanya aku berikan semua sisa ikan itu kepadanya,” jawab istrinya.

Mendengar jawaban itu, sang Ayah semakin marah dan gak mau menerima alasan apapun dari istrinya.

“Aku gak mau tahu. Aku sudah berpesan kepadamu agar menyimpan sisa ikan itu tuk makan siang!” bentak sang Ayah.

Sang Istri gak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menangis dan meminta maaf kepada suaminya karena merasa bersalah. Berkali-kali ia meminta maaf kepada suaminya, namun sang Suami tetap gak berhenti marah, bahkan kemarahannya semakin menjadi-jadi. Sang istri yg gak tahan dimarahi terus meneteskan air mata.

“Aku gak sanggup lagi tinggal di rumah ini. Suamiku benar-benar gak mau memaafkan aku lagi,” keluh sang Istri dlam hati.

Akhirnya, sang Istri pun memutuskan pergi. Pada saat tengah malam, ketika suami dan anak-anaknya sedang tertidur pulas, secara diam-diam ia meninggalkan rumah dan pergi ke laut.

Pada pagi harinya, sang Ayah dan ketiga anaknya bangun tidur. Seperti biasanya, setiap pagi mereka berkumpul tuk sarapan bersama. Betapa terkejutnya sang Ayah, karena hidangan tuk sarapan bersama belum tersedia. Dengn perasaan kesal, ia pun berteriak-teriak memanggil istrinya.

“Istriku… Istriku…! Kamu di mana?”

Berkali-kali sang Ayah berteriak memanggil istrinya, namun gak mendapatkan jawaban sama sekali. Sang Ayah bersama ketiga anaknya pun segera mencari sang Ibu di sekitar rumah. Mereka sudah mencari ke mana-mana, tetapi mereka gak juga menemukannya.

“Ayah! Apa yg harus kita lakukan? Si Bungsu menangis gak kuat lagi menahan lapar?” tanya si Sulung kepada ayahnya.

“Carilah ibu kalian di laut!” seru sang Ayah.

“Kenapa harus ke laut, Ayah?” tanya lagi si Sulung.

“Barangkali ibu kalian sedang mencari ikan di laut. Bukankah si Bungsu kemarin menangis minta ikan?” imbuh sang Ayah.

Mendengar perintah sang Ayah, si Sulung pun segera mengajak kedua orang adiknya pergi ke laut tuk mencari ibu mereka. Sesampainya di laut, mereka memanggil ibu mereka sambil bernyanyi:

Ibu pulanglah Ibu…

Ibu pulanglah Ibu…

Si Bungsu ingin menyusu…

Gak berapa lama kemudian, tiba-tiba ibu mereka muncul dari laut sambil membawa beberapa ekor ikan, lalu segera menyusui si Bungsu. Seusai menyusui, sang Ibu berpesan kepada anak-anaknya.

“Wahai, anak-anakku! Pulanglah ke rumah. Ayah kalian pasti sudah menungggu kalian.”

“Ayo Bu, kita pulang bersama-sama!” bujuk ketiga anak itu sambil menari-narik tangan sang Ibu.

“Kalian pulanglah duluan! Ibu akan menyusul kalian. Bawalah ikan ini tuk makan siang bersama Ayah kalian nanti. Ibu masih ingin mencari ikan lagi tuk kalian,” ujar sang Ibu.

Ketiga anak itu pun menuruti perintah sang Ibu. Mereka pulang sambil membawa ikan hasil tangkapan Ibu mereka. sesampainya di rumah, mereka segera melapor kepada sang Ayah.

“Ayah, Benar. Ternyata Ibu sedang berada di laut mencari ikan. Ini hasil tangkapannya,” kata si Sulung sambil menunjukkan ikan yg mereka bawa kepada sang Ayah.

“Ke mana Ibu kalian? Kenapa dia gak pulang bersama kalian?” tanya sang Ayah.

“Ibu masih ingin mencari ikan yg lebih lagi, Ayah!” jawab ketiga anak itu serentak.

“Kalau begitu, segeralah panggang ikan itu tuk makan siang kita nanti!” seru sang Ayah.

Ketiga anak itu pun segera melaksanakan perintah sang Ayah. Gak berapa kemudian, ikan-ikan tersebut selesai mereka pangggang. Namun, sang Ibu belum juga datang.

“Ayo kita makan dan habiskan ikan pangggang ini. Gak usah menunggu Ibu kalian!” ajak sang Ayah.

“Tapi, kasihan Ibu, Ayah! Kalau ikan pangggang ini kita habiskan, nanti Ibu makan apa? Ibu pasti kelaparan sepulang dari laut nanti,” kata si Sulung.

“Diam kamu Sulung! Kamu gak usah merasa kasihan kepada Ibumu. Bukankah dia juga gak kasihan kepada Ayah, karena tlah memberikan semua sisa ikan sarapan kemarin kepada si Bungsu,” bentak sang Ayah.

Mendengar bentakan itu, si Sulung dan kedua adiknya pun gak berani membantah dan terpaksa mematuhi perintah sang Ayah. Dengn perasaan berat hati, ketiga anak itu pun terpaksa ikut menghabiskan ikan panggang itu bersama sang Ayah. Hingga mereka selesai makan siang, sang Ibu belum juga datang. Hati ketiga anak itu pun mulai cemas kalau-kalau terjadi sesuatu terhadap ibu mereka. Hati mereka semakin cemas saat hari menjelang sore, karena ibu mereka gak juga kunjung pulang. Mereka pun gak berani menyusul ibu mereka ke laut, karena hari sudah semakin gelap.

Keesokan harinya, barulah ketiga anak itu kembali ke laut menemui ibu mereka. Sesampainya di laut, mereka gak melihat ibu mereka. Mereka pun memanggil sang Ibu sambil bernyanyi:

Ibu pulanglah Ibu…
Ibu pulanglah Ibu…
Si Bungsun ingin menyusu…

Setelah tiga kali mereka bernyanyi, barulah ibu mereka baru muncul dari laut. Betapa terkejutnya ketiga kakak beradik itu ketika melihat tubuh ibu mereka dipenuhi dengn sisik ikan. Mereka sangat ketakutan dan gak percaya bahwa perempuan yg bersisik seperti ikan itu adalah ibu mereka. Si Bungsu pun enggan tuk menyusu kepadanya.

“Mendekatlah kemari, anak-anakku! Aku ini ibu kalian!” bujuk sang Ibu.

“Enggak! Ibu kami gak bersisik seperti ikan,” jawab ketiga anak itu serentak.

Setelah berkata begitu, ketiga anak tersebut langsung pergi meninggalkan perempuan bersisik itu. Mereka menyusuri pantai tanpa arah dan tujuan yg jelas. Sementara sang Ibu yg tlah menjelma menjadi ikan duyung kembali ke laut.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post