Cerpen Bobo Ke-37 Ini Ceritanya Berjudul "Buaya Perompak", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Buaya Perompak, Cerita Rakyat Lampung
----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal dengn keganasan buayanya. Setiap nelayan yg melewati sungai itu harus slalu berhati-hati. Begitu pula penduduk yg sering mandi dan mencuci di tepi sungai itu. Menurut cerita, sudah banyak manusia yg hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sama sekali.Pada suatu hari, kejadian yg mengerikan itu terulang kembali. Seorang gadis cantik yg bernama Aminah tiba-tiba hilang saat sedang mencuci di tepi sungai itu. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya dengn menyusuri tepi sungai, tapi tak juga menemukannya. Gadis itu hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sepertinya dia sirna bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti melakukan pencarian, karena menganggap bahwa Aminah tlah mati dimakan buaya.
Sementara itu, di sebuah tempat di dasar sungai tampak seorang gadis tergolek lemas. DIa adalah si Aminah. DIa baru saja tersadar dari pingsannya.
“Ayah, Ibu, aku ada di mana? gumam Aminah setengah sadar memanggil kedua orangtuanya.
Dengn sekuat tenaga, Aminah bangkit dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah gua. Yang lebih mengejutkannya lagi, ketika dia melihat dinding-dinding gua itu dipenuhi oleh harta benda yg tak ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian indah-indah yg memancarkan sinar berkilauan diterpa cahaya obor yg menempel di dinding-dinding gua.
“Wah, sungguh banyak perhiasan di tempat ini. Tapi, milik siapa ya?” tanya Aminah dlam hati.
Baru saja Aminah mengungkapkan rasa kagumnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara lelaki menggema.
“Hai, Gadis rupawan! tak usah takut. Benda-benda ini adalah milikku.”
Alangkah terkejutnya Aminah, tak jauh dari tempatnya duduk terlihat samar-samar seekor buaya besar merangkak di sudut gua.
“Anda siapa? Wujud anda buaya, tapi kenapa bisa berbicara seperti manusia?” tanya Aminah dengn perasaan takut.
“Tenang, Gadis cantik! Wujudku memang buaya, tapi sebenarnya aku adalah manusia seperti kamu. Wujudku dapat berubah menjadi manusia ketika purnama tiba,” kata Buaya itu.
“Kenapa wujudmu berubah menjadi buaya?” tanya Aminah ingin tahu.
“Dulu, aku terkena kutukan karena perbuatanku yg sangat jahat. Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Aku slalu merampas harta benda setiap saudagar yg berlayar di sungai ini. Semua hasil rampokanku kusimpan dlam gua ini,” jelas Buaya itu.
“Lalu, bagaimana jika Anda lapar? Dari mana Anda memperoleh makanan?” tanya Aminah.
“Kalau aku butuh makanan, harta itu aku jual sedikit di pasar desa di tepi Sungai Tulang Bawang saat bulan purnama tiba. Tak seorang penduduk pun yg tahu bahwa aku adalah buaya jadi-jadian. Mereka juga tak tahu kalau aku tlah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengn desa tersebut,” ungkap Buaya itu.
Tanpa disadarinya, Buaya Perompak itu tlah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Hal itu tak disia-siakan oleh Aminah. Secara seksama, dia tlah menyimak dan selalu akan mengingat semua keterangan yg berharga itu, agar suatu saat kelak dia bisa melarikan diri dari gua itu.
“Hai, Gadis Cantik! Siapa namamu?” tanya Buaya itu.
“Namaku Aminah. Aku tinggal di sebuah dusun di tepi Sungai Tulang Bawang,” jawab Aminah.
“Wahai, Buaya! Bolehkah aku bertanya kepadamu?” tanya Aminah
“Ada apa gerangan, Aminah? Katakanlah!” jawab Buaya itu.
“Mengapa Anda menculikku dan tak memakanku sekalian?” tanya Aminah heran.
“Ketahuilah, Aminah! Aku membawamu ke tempat ini dan tak memangsamu, karena aku suka kepadamu. Kamu adalah gadis cantik nan rupawan dan lemah lembut. Maukah Engkau tinggal bersamaku di dalam gua ini?” tanya Buaya itu.
Mendengar pertanyaan buaya itu, Aminah jadi gugup. Sejenak, dia terdiam dan termenung.
“Ma… maaf, Buaya! Aku tak bisa tinggal bersamamu. Orangtuaku pasti akan mencariku,” jawab Aminah menolak.
Agar Aminah mau tinggal bersamanya, buaya itu berjanji akan memberinya hadiah perhiasan.
“Jika Engkau bersedia tinggal bersamaku, aku akan memberikan semua harta benda yg ada di dalam gua ini. Akan tetapi, jika kamu menolak, maka aku akan memangsamu,” ancam Buaya itu.
Aminah terkejut mendengar ancaman Buaya itu. Namun, hal itu tak membuatnya putus asa. Sejenak dia berpikir mencari jalan agar dirinya bisa selamat dari terkaman Buaya itu.
“Baiklah, Buaya! Aku bersedia tuk tinggal bersamamu di sini,” jawab Aminah setuju.
Rupanya, Aminah menerima permintaan Buaya itu agar terhindar dari acamana Buaya itu, di samping sambil menunggu waktu yg tepat agar bisa melarikan diri dari gua itu.
Akhirnya, Aminah pun tinggal bersama Buaya Perompak itu di dalam gua. Setiap hari Buaya itu memberinya perhiasan yg indah dan mewah. Tubuhnya yg molek ditutupi oleh pakaian yg terbuat dari kain sutra. Tangan dan lehernya dipenuhi oleh perhiasan emas yg berpermata intan.
Pada suatu hari, Buaya Perompak itu sedikit lengah. Dia tertidur pulas dan meninggalkan pintu gua dalam keadaan terbuka. Melihat keadaan itu, Aminah pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
“Wah, ini kesempatan baik untuk keluar dari sini,” kata Aminah dalam hati.
Untungnya Aminah sempat merekam dalam pikirannya tentang cerita Buaya itu bahwa ada sebuah terowongan yg menghubungkan gua itu dengn sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang. dengn sangat hati-hati, Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. dia sudah tak sempat berpikir tuk membawa harta benda milik sang Buaya, kecuali pakaian dan perhiasan yg masih melekat di tubuhnya.
Setelah beberapa saat mencari, Aminah pun menemukan sebuah terowongan yg sempit di balik gua itu dan segera menelusurinya. Tak lama kemudian, tak jauh dari depannya terlihat sinar matahari memancar masuk ke dalam terowongan. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi dia akan sampai di mulut terowongan. dengn perasaan was-was, dia terus menelusuri terowongan itu dan sesekali menoleh ke belakang, karena khawatir Buaya Perompak itu terbangun dan membututinya. Ketika dia sampai di mulut terowongan, terlihatlah di depannya sebuah hutan lebat. Alangkah senangnya hati Aminah, karena selamat dari ancaman Buaya Perompak itu.
“Terima kasih Tuhan, aku tlah selamat dari ancaman Buaya Perompak itu,” Aminah berucap syukur.
Setelah itu, Aminah segera menyusuri hutan yg lebat itu. Setelah beberapa jauh berjalan, dia bertemu dengn seorang penduduk desa yg sedang mencari rotan.
“Hai, Anak Gadis! Kamu siapa? Kenapa berada di tengah hutan ini seorang diri?” tanya penduduk desa itu.
“Aku Aminah, Tuan!” jawab Aminah.
Setelah itu, Aminah pun menceritakan semua peristiwa yg dialaminya hingga dia berada di hutan itu. Oleh karena merasa iba, penduduk desa itu pun mengantar Aminah pulang ke kampung halamannya. Sesampai di rumahnya, Aminah pun memberikan penduduk desa itu hadiah sebagian perhiasan yg melekat di tubuhnya sebagai ucapan terima kasih.
Akhirnya, Aminah pun selamat kembali ke kampung halamannya. Seluruh penduduk di kampungnya menyambutnya dengn gembira. Dia pun menceritakan semua kejadian yg tlah menimpanya kepada kedua orangtuanya dan seluruh warga di kampungnya. Sejak itu, warga pun semakin berhati-hati tuk mandi dan mencuci di tepi Sungai Tulang Bawang.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!