CERPEN BOBO Ke-26, Si Penyumpit

Cerpen Bobo Ke-26 Ini Ceritanya Berjudul "Si Penyumpit", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Si Penyumpit, Cerita Rakyat Bangka Belitung

----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah di Pulau Bangka, hiduplah seorang pemuda yg sangat mahir menyumpit binatang buruan. Sumpitannya slalu mengenai sasaran. Oleh karenanya, masyarakat memanggilnya si Penyumpit. Selain mahir menyumpit, ia juga pandai mengobati berbagai macam penyakit. Bakat menyumpit dan mengobati tersebut dia peroleh dari ayahnya.

Pada suatu hari, Pak Raje, Kepala Desa di kampung itu, meminta si Penyumpit tuk mengusir kawanan babi hutan yg tlah merusak tanaman padinya yg sedang berbuah, dengn dalih bahwa orang tua si Penyumpit sewaktu masih hidup pernah berhutang kepadanya. Demi membayar hutang orang tuanya, si Penyumpit rela bekerja pada Pak Raje.

Keesokan harinya, berangkatlah si Penyumpit ke ladang Pak Raje tuk melaksanakan tugas. Sesampainya di ladang, ia membakar kemenyan tuk memohon kepada dewa-dewa dan mentemau (dewa babi), agar kawanan babi tersebut tak merusak tanaman padi Pak Raje. Si Penyumpit kemudian melakukan ronda dengn memantau seluruh sudut ladang hingga larut malam. Sudah tiga malam si Penyumpit meronda, namun belum terlihat tanda-tanda yg mencurigakan. Meskipun situasi aman, si Penyumpit terus berjaga-jaga.

Ketika memasuki malam ketujuh, dari kejauhan tampak oleh si Penyumpit tujuh kawanan babi hutan sedang beriring-iringan hendak memasuki ladang. Satu per satu babi hutan itu melompati pagar batu yg telah dibuat Pak Raje. Mengetahui hal itu, si Penyumpit segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar dengn sumpit di tangan yg siap tuk digunakan. Ketika kawanan babi tersebut mulai mengobrak-abrik tanaman padi yg tak jauh dari pohon tempat ia bersembunyi, dengn hati-hati pemuda itu mengangkat sumpitnya, lalu disumpitkannya ke arah babi yg paling dekat dengnnya. Sumpitannya tepat mengenai sisi sebelah kiri perut babi itu. Sesaat kemudian, kawanan babi itu tiba-tiba menghilang bersama dengn anak sumpitnya. Melihat peristiwa aneh itu, si Penyumpit menjadi penasaran.

Keesokan harinya, si Penyumpit menyusuri ceceran darah hingga ke tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan, ia menemukan sebuah gua yg di sekelilingnya ditumbuhi semak-belukar. Dengn hati-hati, pemuda itu memasuki gua tersebut. Sesampainya di dlam, ia sangat terkejut, karena melihat seorang putri yg tergeletak di atas pembaringan yg dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Salah seorang dari wanita tersebut adalah ibu sang Putri.

“Hai, anak muda! Engkau siapa?” tanya ibu sang putri.

“Saya si Penyumpit,” jawab si pemuda dengn ramah.

“Ada perlu apa Engkau ke sini?” tanya ibu sang putri dengn nada menyelidik.

“Saya sedang mencari anak sumpit saya yg hilang bersama dengn seekor babi hutan,” jawabnya.

“Benda yg engkau cari itu ada pada putriku,” kata ibu sang putri.

“Bagaimana bisa anak sumpit saya ada pada putri Bibi?” tanya si Penyumpit heran.

“Ketahuilah, anak muda! Babi yg engkau sumpit itu adalah penjelmaan putriku,‘ jelas ibu sang putri.

Si Penyumpit sangat kaget mendengar penjelasan ibu sang putri.

“Jadi…, kalian adalah babi jadi-jadian?” tanya si Penyumpit dengn heran.

“Benar, anak muda,” jawab ibu sang putri.

“Kalau begitu, saya minta maaf, karena tak mengetahui hal itu,” kata si Penyumpit dengn rasa menyesal.

“Sudahlah, anak muda. Lupakan saja semua kejadian itu. Yang penting sekarang adalah bagaimana melepaskan benda ini dari perut putriku,” kata ibu sang putri.

“Baiklah. Saya akan melepaskan anak sumpit itu dan mengobati luka putri bibi. Tolong saya dicarikan beberapa helai daun keremunting dan tumbuklah hingga halus,” pinta si Penyumpit.

Tuk memenuhi permintaan itu, ibu sang putri segera memerintahkan beberapa daygnya tuk mencari daun keremunting yg banyak terdapat di sekitar mereka. Tak berapa lama, dayg-dayg tersebut sudah kembali dengn membawa daun yg dimaksud. Setelah yg diperlukan disiapkan, si Penyumpit mendekati gadis cantik yg sedang terbaring lemas itu, lalu membuka selimut yg menutupi tubuhnya. Tampaklah sebuah benda runcing yg menancap di perut sang putri, yg tak lain adalah mata sumpit miliknya. Sambil mulutnya komat-kamit membaca mantra, si Penyumpit mencabut mata sumpit itu dengn pelan-pelan. Setelah mata sumpit terlepas, bekas luka tersebut kemudian ditutupinya dengn daun keremunting yg sudah dihaluskan tuk menahan cucuran darah yg keluar.

Beberapa saat kemudian, luka sang putri sembuh dan tak meninggalkan bekas luka sedikit pun.

“Sekarang putri Bibi sudah sembuh. Izinkanlah saya mohon diri,” pamit pemuda itu dengn sopan.

“Baiklah, anak muda! Ini ada oleh-oleh sebagai ucapan terima kasih kami, karena engkau tlah menyembuhkan putriku. Bungkusan ini berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering. Tapi, bungkusan ini jangan dibuka sebelum engkau sampai di rumah,” pesan ibu sang putri.

“Baik, Bi!” jawab pemuda itu, lalu pergi meninggalkan gua.

Setibanya di rumah, si Penyumpit segera membuka bungkusan tersebut. Alangkah terkejutnya ia, karena isi bungkusan itu tak seperti yg disebutkan ibu sang putri. Bungkusan itu ternyata berisi perhiasan berupa emas, berlian, dan intan permata.

“Waw…, berharga sekali benda ini!” tanya si Penyumpit dengn rasa kagum.

“Dengn benda ini, aku akan menjadi kaya-raya,” gumamnya dengn perasaan gembira.

Keesokan harinya, si Penyumpit pergi menjual seluruh benda berharga itu kepada seorang saudagar kaya di kampung itu. Hasil penjualannya ia gunakan tuk membeli ladang yg luas, rumah mewah, dan melunasi seluruh hutang ayahnya kepada Pak Raje.

Sejak itu, tersiarlah kabar bahwa si Penyumpit telah menjadi kaya-raya. Berita itu juga didengar oleh Pak Raje. DIa pun berniat tuk mengikuti jejak si Penyumpit. Suatu hari, Pak Raje meminjam sumpit pemuda itu dan kemudian pergi berburu babi hutan di ladang miliknya. Dalam perburuannya, dia berhasil menyumpit seekor babi. Setelah itu dia mengikuti jejak dan menemukan babi hutan itu, yg ternyata penjelmaan sang putri. Pak Raje berusaha menyembuhkan luka yg diderita oleh sang Putri, namun tak berhasil karena ia tak memiliki keahlian mengobati penyakit. Akhirnya, ia diserang berpuluh-puluh babi hutan. Dengn tubuh yg penuh luka-luka, ia berjalan sempoyongan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Pak Raje langsung tergeletak tak sadarkan diri, karena tak tahan lagi menahan rasa sakit.

Putri sulung Pak Raje segera menyampaikan nasib malang yg menimpa ayahnya itu kepada si Penyumpit. Mendengar kabar itu, si Penyumpit segera ke rumah Pak Raje tuk menolongnya. Si Penyumpit kemudian mengobati Pak Raje dengn 7 helai daun. Setelah itu ia membakar kemenyan, lalu menyebut satu per satu anggota tubuh Pak Raje, seperti tangan, kaki, kepala, dan lain-lain. Terakhir, ia menyebut nama Pak Raje. Ketika asap kemenyan itu mengepul, di Penyumpit kemudian membaca mantera. Tak lama kemudian, tampak jari tangan Pak Raje bergerak-gerak. Dengn pelan-pelan ia mengusap-usap matanya hingga tiga kali. Akhirnya, Pak Raje sadarkan diri dan sembuh dari penyakitnya.

Setelah itu Pak Raje insaf (sadar) dan mengakui semua kesalahannya kepada si Penyumpit.

“Terima kasih, Penyumpit! Kamu tlah menyembuhkan penyakitku. Aku minta maaf karena tlah memaksamu menjaga ladangku. Tuk menebus kesalahanku ini, aku akan menikahkanmu dengn putri bungsuku. Setelah itu, aku akan mengangkatmu menjadi Kepala Desa tuk menggantikanku. Bersediakah kamu menerima tawaranku ini, wahai Penyumpit?” tanya Pak Raje.

“Terima kasih, Pak Raje! dengn senang hati, saya bersedia,” jawab si Penyumpit.

“Baiklah kalau begitu. Berita gembira ini akan segera aku sampaikan kepada seluruh warga kampung ini,” kata Pak Raje.

Satu minggu kemudian, pernikahan si Penyumpit dengn putri bungsu Pak Raje dilangsungkan dengn meriah. Berbagai macam seni pertunjukan ditampilkan dlam acara tersebut. Pak Raje bersama keluarganya beserta seluruh warga desa turut bergembira atas pernikahan itu. Di akhir acara, Pak Raje menyerahkan jabatannya sebagai Kepala Desa kepada menantunya yg baik hati itu. Sepasang insan yg baru menjadi suami-istri itu hidup berbahagia. Warganya pun hidup tentram dan damai di bawah perintah Kepala Desa yg baru, si Penyumpit.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post