Cerpen Bobo Ke-21 Ini Ceritanya Berjudul "Best Friend Forever", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Best Friend Forever
----------------------------------------------------------------------------------------
Hai! Perkenalkan namaku Allayka Denisha, kawan-kawanku biasa memanggil Nisha. Berbeda dengn sahabatku, Nirina, dia memanggilku Ayka, seperti bundaku juga.Besok ada acara perpisahan kelas 6, teman-teman sekelas sepakat tuk menyemarakkan acara di Dufan, terus Nirina, Zubir, Nita, Aisi, Caca dan Cici ngajak pesta piyama. Katanya buat kenang-kenangan yg gak terlupakan semanjang masa. Ya, kalo lupa gimana,dong?
“Bunda!” sapaku seraya menepuk bahu Bunda.
“Ayka! Kamu sudah pulang, ya!” sahut Bunda.
Hore! Hari ini Bunda menjemputku, gak biasanya. Biasanya, kan, Pak Sunyoto, supir Ayah seorang.
“Bunda sendirian?” tanyaku.
“Enggaklah, Sayg. Bunda sama Pak Sunyoto. Kata Ayah, Bunda gak boleh mengendarai dulu,” jelas Bunda. Ya, memang, Bunda nggak boleh sendirian, masalahnya Bunda lagi mengandung adikku.
“Yuk,Bunda!” ajakku sambil menuntun Bunda masuk ke dalam mobil.
Sesampainya di rumah,aku segera ke kamarku. Kamarku di lantai 2, gak lupa tuk menyuruh Bunda istirahat.
Aku membuka jilbabku, dan beranjak ke kamar mandi tuk mandi. Aku kembali ke lantai bawah, gak lupa juga aku memakai jilbabku kembali.
“Mbak Rina!!” panggilku. Mbak Rina adalah pembantu rumah tangga, ia masih muda, kok, umurnya 17 tahun.
“Ya, Dek Nisha!” sahut Mbak Rina berlari kecil menujuku.
Mbak Rina memanggilku "Dek" karena aku dan Mbak Rina sudah dianggap adik-kakak. Mbak Rina bekerja di rumahku sejak umur 15 tahun, waktu itu umurku 8 tahun.
“Mmm...gak jadi, deh!” ucapku cengar-cengir.
Aku langsung berlari ke kamar Bunda dan memasuki kamar Bunda, tanpa salam. Ya, itu kebiasaan burukku.
“Bunda, boleh gak aku ikut acara perpisahan?” tanyaku.
“Boleh saja. Tapi, lebih baik kamu tanya Ayah aja,” jawab Bunda.
Huft!....Aku menghela nafas. Pasti sama Ayah gak boleh! Tahu sendiri, Ayah slalu menyuruhku di rumah, belajar. Ayah bilang, supaya aku pintar, nggak salah gaul. Padahal, aku nggak mau diatur sama Ayah. Aku nggak mau jadi anak rumahan!
“Assalamualaikum!!!” ada ketukan pintu dan salam, itu seperti Ayah.
“Wa’alaikumsalam!” sahut Mbak Rina.
Ayah langsung ke kamar Bunda. Aku pun menanyakan hal tentang acara perpisahan itu pada Ayah.
“Ayah,bolehkah aku ikut acara perpisahan?” tanyaku.
“Tentu, Sayg!” ucap Ayah santai.
Aneh sekali Ayah, biasanya dia selalu melarangku, mungkin 2 minggu sekali belum tentu aku ke rumah temanku.
“Kok, Ayah gak marah, sih?” kataku heran.
“Tuk apa?”
Yeay!!!Aku segera berlari ke kamarku tanpa mengucapkan apa-apa lagi dengn ayahku. Aku senang sekali!!!!! Aku langsung SMS Nirina, tapi di layar HP-ku tertulis: Maaf pulsa anda gak cukup, pesan tersimpan di konsep.
Huh! Aku mengambil uang sisa jajanku tadi tuk beli pulsa elektrik 5000, harganya RP.6000. Aku segera ke konter pulsa terdekat tuk membeli pulsa elektrik, kasihan HP-ku, mungkin dia lapar.
Sampai di konter pulsa...
“Mang, beli pulsa elektrik yg 5000, donk!” ucapku.
“Nomornya yg biasa, kan?” tanya Mamang Dodol. Nama aslinya, Dodil Domian. Cukup keren, ya?
“Ya, donk....” jawabku.
Ya, aku biasa beli pulsa elektrik di Mang Dol, jadi Mang Dol sudah hafal nomorku, gak perlu repot tuk menulis lagi di buku elektriknya.
Aku segera berlari tuk pulang karena cuaca mulai mendung, dan akhirnya.......gerimis. Setelah sampai di depan teras rumah, hujan menjadi lebat. Untung Mbak Rina gak menguncinya. Aku langsung masuk, dan gak lupa tuk mengunci pintu, memutar anak kuncinya....dan....terkunci!
Aku menaiki tangga, "Whush!!"
Hampir aku jatuh, untung gak ada yg melihatnya, jadi gak malu walaupun agak sakit. OMG!!!!! Aku lupa memberi tahu Ayah bahwa ada pesta piyama, aku malas sekali turun lagi. Aku sudah sampai di depan pintu kamar. Ide cemerlang melintasi otakku.
"Aha! Aku SMS Ayah aja!" kataku dalam batin. Aku menekan tombol-tombol di HP-ku, menekannya dengn cepat, akhirnya selesai juga. Gak lupa juga untuk SMS Nirina, kan, tujuan utamaku beli pulsa tuk SMS Nirina.
"Hy,Nir!Aku seneng banget hari ini! Sudah dijemput Bunda, terus, diijin lagi ikut Acara Perpisahan oleh Ayah. Tadinya kupikir Ayah bercanda, tau-nya serius, sampai jingrak-jingrak lho rasanya. O ya, aku lupa ngabarin soal pesta piyama, kayaknya Ayah bakal marah, tapi tadi sudah kasihtau Ayah melalui SMS, sekian dulu ya!!!Dibales, OK?"
HP-ku berdering, kukira Nirina membalas SMS-ku, ternyata itu ayahku. Ayahku membalas dengn kata-kata orang dewasa.
Dengn senang hati aku memperbolehkanmu tuk mengikuti acara terindah itu, datangnya bulan pesta dimulai, itu yg kamu tunggu di pesta piyama itu, bukan?
Yayayaya!! Aku berhasil memikat Ayah kali ini!! Cihuy!!! Aku buru-buru tuk mempersiapkan untuk acara perpisahan itu aku membawa snack, minuman mineral, dan juga HP.
Keesokan harinya tiba, aku senang sekali. Tepat jam 9 aku sudah sampai di sekolah.
Sesampainya di Dufan, aku senang sekaliiii, aku ingin menaiki kora-kora, WAW!! Antriannya panjang! Aku menunggu dengn lelah.
Sudah berjam-jam di sana, dan saatnya tuk pulang.Tepat jam 3 siang, kami pulang.
Astaga! Aku lupa dengn Nirina, kok sejak tadi aku gak lihat, ya??? Mungkin pesta piyamanya nggak jadi. Aisi menghampiri aku.
“Cari Nirina, ya??” tanya Aisi. Aku menjawab, "Ya."
“Nirina gak ikut, dia harus cepat-cepat keluar kota buat daftar SMP. Dia SMP di Semarang,” jelas Aisi.
“Pesta piyamanya?”
“Batal.”
Ayah gak menjemputku, mungkin dia sibuk. Aku ikut dengn Aisi, karena kami sekomplek. Aku kesal gak karuan. Padahal, ini momen-momen terindah, tapi semuanya hancur.
“Nggak jadi pesta piyama?” tanya Bunda sesampainya aku di rumah.
“Ya.”
Dua bulan berlalu, aku sudah masuk SMP. MOS sudah kulewati. Aku masuk kelas 7-2. Tiba-tiba, guru kelasku mengumumkan sesuatu.
“Anak-anak ada murid baru!” jelas Bu Guru. Lalu, anak baru itu memperkenalkan dirinya.
“Hai, perkenalkan nama saya Alleikani Nirina, panggil saja Nirina,” ucap anak baru yg bernama Nirina. Ia lalu duduk dengnku yg kebetulan aku duduk sendirian.
“Ayka?” ucap Nirina.
“Nirina?” aku menjawabnya, kenapa ia memanggiku Ayka? Aku mengenal suara itu aku langsung memeluk Nirina. Kenapa aku baru sadar?
“Ah....Ayka!!” akhirnya kami berpelukan. Saat bu guru dipanggil tuk mengadakan rapat, kami semua dipulangkan.
Sahabat sejati, sahabat yg gak terlupakan! Itulah semboyan Ayka-Nirina.
Oleh: Damar Hati Dewi Aqila
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!