Cerita Lucu Dari Sesosok Ulama Besar Abu Nawas Yang Ke-65 Ini Berjudul "Menduduki Singgasana Raja", Ambil Hikmahnya Yoo
Cerita lucu Abu Nawas di sini kami dapatkan dari berbagai sumber, jadi maaf yaa kalo cerita lucu seperti di bawah ini sudah pernah kalian baca. Cerita lucu ini sarat sekali dengan kandungan hikmah dalam ceritanya, jadi sambil menghibur hati, petik juga hikmah yang terkandung dalam cerita lucu dari Abu Nawas ini.
Selamat membaca...
--------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Lucu, Abu Nawas Menduduki Singgasana Raja
Jika tak dapat berkelit dari hukuman, maka bukan Abu Nawas namanya. Dia selalu memiliki banyak cara dan alasan agar lolos dari hukuman.
dengn tenangnya Abu Nawas ini menduduki singgasana raja, bahkan dia sampai menjual harga diri rajanya agar lolos dari hukuman.
Kecerdikan akal dan pikiran Abu Nawas sudah tersebar di seluruh penjuru kerajaan yg dipimpin oleh Raja Harun Ar-Rasyid. Bahkan raja sendiri pun mengakui kehebatan Abu Nawas hingga mengajaknya tinggal di istana.
Raja Harun tlah memberikan kebebasan kepada Abu Nawas tuk keluar masuk istana tanpa prosedur yg berbelit. dengn hadirnya Abu Nawas di istana, maka raja dapat setiap saat meminta pertimbangan, pendapat kepada Abunawas dalam setiap keputusannya, sebagai penasehat kerajaan.
Namun, tampaknya kali ini Abu Nawas mulai bosan tinggal di istana, dia tak terbiasa dengn hidup berfoya-foya. Meskipun semua yg diinginkan selalu tersedia, namun Abu Nawas memilih ingin tinggal di luar istana, dia rindu sekali tuk menggarap sawah dan merawat hewan ternaknya.
Dari sinilah kenudian muncul dalam pikiran Abu Nawas tuk keluar dari istana. Diputarlah otaknya tuk mencari alasan agar dia bisa keluar.
Setlah semalamam dipikirkan, Abu Nawas menemukan cara jitu tuk keluar dari lingkungan istana.
Pada keesokan harinya, dia sengaja bangun pagi-pagi sekali kemudian pergi ke ruang utama istana. Saat itu suasana masih sepi, hanya terdapat beberapa pengawal. Raja Harun sendiri masih terbaring di tempat tidurnya.
Pada saat Abu Nawas itulah Abu Nawas mendekati singgasana raja dan mendudukinya. Tak hanya itu aja, Abu Nawas juga mengangkat kaki dan menyilangkan salah satu kakinya seolah-olah dialah rajanya.
Melihat kejadian itu, beberapa pengawal kerjaaan terpaksa mengangkap Abu Nawas. Mereka menilai bahwa siapapun tak berhak duduk di singgasana raja kecuali Raja Harun sendiri.
Barang siapa yg menempati tahta raja, termasuk dalam kejahatan yg besar dan hukuman mati yg diberikan.
Para pengawal menangkapAbu Nawas kemudian menyeretnya turun dari tahta dan memukulinya.
Mendengar teriakan Abu Nawas yg kesakitan, raja menjadi terbangun dan menghampirinya.
‘Wahai pengawal, apa yg kalian lakukan?” tanya raja.
“Ampun Baginda, Abu Nawas tlah lancang duduk di singgasana Paduka, kami terpaksa menyeret dan memukulinya,” jawab salah seorang pengawal.
Sesaat setlah itu, Abu Nawas tiba-tiba aja menangis. Tangisannya sengaja dia buat kencang sekali sehingga banyak menyita perhatian penduduk istana lainnya.
“Benarkah yg dikatakan pengawal itu wahai Abu Nawas?” kata Raja Harun.
“Benar Paduka,” jawan Abu Nawas.
Raja sangat terkejut dengn penuturan Abu Nawas itu. jika sesuai peraturan yg ada, Abu Nawas akan dikenai hukuman mati. Namun, Raja Harun tak sampai hati melaksanakannya mengingat begitu banyak jasa yg diberikan Abu Nawas kepada kerajaan.
“Sudahlah, tak usah menangis. Jangan khawatir, aku tak akan menghukummu. Cepat hapus air matamu,” ucap sanga raja.
“Wahai Baginda, bukan pukulan mereka yg membuatku menangis, aku menangis karena kasihan terhadap Paduka,” kata Abu Nawas yg membuat raja tercenganng oleh ucapan itu.
‘Engkau mengasihaniku?” tanya Raja Harun.
“Mengapa engkau harus menagisiku?” kata raja lagi.
Abu Nawas menjawab,
“Wahai raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali, tapi mereka tlah memukuliku dengn begitu keras. Apalagi paduka, paduka tlah menduduki tahta selama dua puluh tahun. Pukulan seperti apa yg akan paduka terima? Aku menangis karena memikirkan nasib paduka yg malang,” jawab Abu Nawas.
Jawaban itu membuat raja tak bisa berbuat apa-apa.
Dia tak menygka Abu Nawas menjual harga dirinya di depan banyak pengawal. Oleh karena itu, Raja Harun hanya menghukum Abu Nawas tuk dikeluarkan dari istana.
“Baiklah jika demikian, mulai detik ini kamu harus keluar dari sitanaku,” kata raja sedikit geram.
“Terima kasih paduka, memang itulah yg saya kehendaki,” balas Abu Nawas sambil menyalami Raja Harun tuk kemudian pamit keluar dari istana.
--------------------------------------------------------------------------------------
Gimana? Sudah merasa terhibur dengan cerita lucu di atas. Jika anda tertarik membaca cerita lucu lainnya, silahkan baca di blog ini. Sampai berjumpa lagi di cerita lucu kami lainnya. Bey.
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!