CERPEN BOBO Ke-89, Sangkuriang

Cerpen Bobo Ke-89 Ini Ceritanya Berjudul "Sangkuriang", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Sangkuriang, Cerita Rakyat Jawa Barat

----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, di daerah Jawa Barat, ada sebuah kerajaan yg dipimpin oleh Prabu Sungging Perbangkara. Dia sangat gemar berburu binatang di hutan. Suatu hari, seusai berburu, Prabu Sungging membuang air kecil (pipis) pada daun caring (keladi hutan). Saat dia meninggalkan tempatnya buang air kecil, tiba-tiba seekor babi yg bernama Wayungyang datang meminum air seninya yg tergenang di daun keladi itu. Rupanya air seni Prabu Sungging mengandung sperma sehingga menyebabkan Wayungyang hamil. Beberapa bulan kemudian, Wayungyg pun melahirkan seorang bayi perempuan yg cantik jelita. Setelah membersihkan tubuh bayi itu dengn menjilatnya, Wayungyg meletakkannya di atas batu besar di balik semak-semak, dengn harapan ayahnya (Prabu Sungging) akan menemukannya.

Ternyata harapan Wayungyg tercapai. Tak berapa lama setelah dia meninggalkan bayi itu, Prabu Sungging lewat di tempat itu dan mendengar ada suara tangisan bayi dari arah semak-semak. Dengn hati-hati, Prabu Sungging berjalan perlahan-lahan mendekati sumber suara itu dan mendapati seorang bayi perempuan mungil dan berparas cantik tergeletak di atas sebuah batu besar. Tanpa berpikir panjang, dia pun membawa pulang bayi itu ke istana. Sang Prabu memberinya nama Dayang Sumbi. dia merawat dan membesarkan Dayg Sumbi dengn penuh kasih sayang.

Waktu terus berjalan. Dayg Sumbi tumbuh menjadi gadis yg cantik jelita. Selain cantik, dia juga sangat mahir menenun dan pandai memasak. Tak heran jika para raja dan pangeran silih berganti datang melamarnya. Namun, tak satu pun lamaran yg diterimanya. Dia tak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para raja dan pangeran tersebut dengn hanya menerima salah satu pinangan dari mereka. Akhirnya, dengn restu sang Prabu, Dayg Sumbi mengasingkan diri ke sebuah hutan lebat yg terletak jauh dari istana. Sang Prabu membuatkannya sebuah pondok di pinggir hutan dan menyiapkan alat-alat tenun kesukaannnya. Di pondok itulah, Dayg Sumbi menghabiskan waktunya sambil menenun kain.

Pada suatu malam, ketika Dayg Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba segulungan benangnya terjatuh dan berguling ke luar pondoknya. Karena malam sudah larut, dia merasa takut tuk mengambil gulungan kain itu. Tanpa disadarinya tiba-tiba terlontar ucapan dari mulutnya.

“Siapapun yg mau mengambilkan benang itu tukku, jika dia perempuan akan kujadikan saudara, dan jika dia laki-laki akan kujadikan suamiku,” ucapnya.

Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba seekor anjing jantan berwarna hitam datang menghampirinya sambil membawa gulungan benang miliknya. Namun, apa hendak dikata, dia sudah terlanjur berucap. dia harus menepati janjinya.

“Baiklah, Anjing. Aku akan mempertanggung jawabkan ucapanku. Meskipun kamu seekor anjing, aku tetap bersedia menjadi istrimu,” kata Dayg Sumbi.

Mendengar perkataan Dayg Sumbi, anjing hitam itu tiba-tiba menjelma menjadi seorang pemuda yg sangat tampan. Dayg Sumbi sangat terkejut dan heran menyaksikan kejadian itu.

“Hei, kamu siapa dan dari mana asal-asulmu?” tanya Dayg Sumbi penasaran.

“Maaf, Tuan Putri! Saya adalah titisan Dewa,” jawab pemuda itu.

Akhirnya, Dayg Sumbi dan pemuda tampan itu saling jatuh dan menikah. Keduanya bersepakat tuk merahasiakan hubungan mereka kepada siapa pun, termasuk kepada Prabu Sungging Perbangkara. Sejak saat itu, ke mana pun Dayg Sumbi pergi, dia slalu ditemani oleh suaminya. Dayg Sumbi memanggilnya dengn si Tumang.

Setelah setahun menikah, mereka pun dikaruniai seorang anak laki-laki yg tampan. Mereka memberinya nama Sangkuriang. Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang tumbuh menjadi anak yg rajin dan pandai. Setiap hari, dia ditemani si Tumang pergi ke hutan tuk berburu rusa dan mencari ikan di sungai. Namun, dia tak menyadari bahwa anjing yg slalu menenaminya itu adalah ayah kandungnya sendiri.

Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu rusa ke tengah hutan. Hari itu, dia sangat berharap bisa mendapatkan hati seekor rusa tuk dipersembahkan kepada ibunya. Sudah hampir seharian dia berburu, namun tak seekor binatang buruan pun yg menampakkan diri. Sangkuriang pun mulai kesal dan memutuskan tuk berhenti berburu. Ketika akan pulang ke pondoknya, tiba-tiba seekor rusa berlari melintas di depannya. dia pun segera memerintahkan si Tumang tuk mengejarnya.

“Tumang! Ayo kejar rusa itu!” seru Sangkuriang.

Beberapa kali Sangkuriang berteriak menyuruhnya, namun si Tumang tetap tak beranjak dari tempatnya. Dia pun semakin kesal melihat kelakuan si Tumang.

“Hei, Tumang! Apa yg terjadi dengnmu? Kenapa kamu tak mau menuruti perintahku?” bentak Sangkuriang sambil mengancam si Tumang dengn panahnya.

Tanpa disadarinya, tiba-tiba anak panahnya terlepas dari busurnya dan tepat mengenai kepala si Tumang. Anjing itu pun tewas seketika. Sangkuriang kemudian mengambil hati si Tumang tuk dipersembahkan kepada ibunya. Sesampainya di pondok, dia menyerahkan hati itu kepada ibunya tuk dimasak. Setelah menyantap hati itu, tiba-tiba Dayg Sumbi teringat pada si Tumang. Dia pun menanyakan keberadaan si Tumang.

“Mana si Tumang? Bukankah tadi dia pergi bersamamu?” tanya Dayg Sumbi dengn cemas.

“Maaf, Bu! Saya tlah membunuhnya. Hati yg ibu makan itu adalah hati si Tumang,” jawab Sangkuriang dengn tenang, tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Seketika itu pula Dayg Sumbi menjadi murka. Dia sangat marah karena Sangkuriang tlah membunuh ayah kandungnya sendiri.

“Apa katamu? Kamu tlah membunuhnya? Dasar anak tak tahu diri!” seru Dayg Sumbi seraya memukul kepala Sangkuriang dengn sendok nasi hingga berdarah dan meninggalkan bekas.

Sambil menangis tersedu-sedu, Sangkuriang berusaha tuk membela diri. Dia merasa bahwa dirinya tak bersalah. Dia melakukan semua itu tak lain hanya tuk menyenangkan hati ibunya. Akan tetapi, Dayg Sumbi menganggap dia tlah melakukan kesalahan besar, karena membunuh ayah kandungnya sendiri. Namun, Dayg Sumbi tak mau menceritakan hal itu kepada Sangkuriang, karena takut rahasianya terbongkar. Merasa ibunya tak lagi sayg kepadanya, Sangkuriang pun pergi mengembara dengn menyusuri hutan belantara.

Sejak itu, Dayg Sumbi slalu duduk termenung. Dia merasa sangat menyesal tlah memukul dan membiarkan putranya pergi meninggalkannya. Setiap malam dia berdoa kepada Tuhan Yang Maha kuasa agar dia dapat bertemu kembali dengn putranya. Berkat ketekunannya, Tuhan pun mengambulkan doanya. Tuhan memberinya kecantikan yg abadi agar wajahnya tak berubah termakan oleh usia, sehingga putranya masih dapat mengenalinya.

Sementara itu di di tengah hutan belantara, Sangkuriang berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya yg terluka. Karena tak kuat lagi menahan rasa sakit, akhirnya dia jatuh pingsan. Cukup lama dia tak sadarkan diri. Betapa terkejutnya ketika dia tersadar. Dia melihat seorang tua laki-laki yg tak pernah dia lihat sebelumnya sedang duduk di sampingnya.

“Kakek siapa? Aku ada di mana?” tanya Sangkuriang heran.

“Tenanglah, Anak Muda! Kakek adalah seorang pertapa. Nama Kakek Ki Ageng. Kakek menemukanmu sedang pingsan dan terluka parah di tengah hutan. Kamu sekarang berada di dalam gua tempat Kakek bertapa,” jawab orang tua itu.

Kemudian Ki Ageng menanyakan tentang asal-usul Sangkuriang. Namun, Sangkuriang tak bisa lagi mengingat masa lalunya. Bahkan namanya sendiri pun dia lupa. Akhirnya, Ki Ageng memanggilnya Jaka. Ki Ageng merawat Jaka sampai lukanya sembuh dan mengajarinya ilmu bela diri dan kesaktian. Setelah beberapa tahun berguru kepada Ki Ageng, Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda yg tampan dan sakti mandraguna. Dengn kesaktiannya, dia dapat memanggil serta memerintahkan makhluk-makhluk halus.

Pada suatu hari, Jaka meminta izin kepada gurunya tuk pergi mencari tahu masa lalunya. Setelah mendapat restu dari Ki Ageng, berangkatlah dia menyurusi hutan. dia berjalan mengikuti ke mana pun kakinya melangkah hingga akhirnya menemukan sebuah gubuk di tepi hutan. Karena merasa sangat haus, dia pun mampir di pondok itu tuk meminta air minum. Rupanya, penghuni pondok itu adalah seorang wanita cantik jelita yg tak lain adalah Dayg Sumbi. Saat pertama kali melihat wajah wanita itu, Jaka tiba-tiba teringat kepada ibunya. Namun, dia tak yakin kalau wanita itu adalah ibunya, karena sudah sekian lama mereka berpisah dan tentu wajahnya tak akan secantik itu. Begitupula Dayg Sumbi, dia tak pernah mengira kalau Jaka itu adalah putranya. Akhirnya, keduanya pun saling jatuh cinta dan bersepakat tuk menikah.

Keesokan harinya, saat akan berangkat berburu ke hutan, Jaka meminta calon istrinya tuk mengencangkan dan merapikan ikat kepalanya. Betapa terkejutnya Dayg Sumbi ketika sedang merapikan ikat kepala Jaka. Dia melihat ada bekas luka di kepala Jaka. Bekas luka itu mirip dengn bekas luka yg ada di kepala putranya yg terkena pukulannya dua puluh tahun yg lalu. Dayg Sumbi pun menanyakan tentang penyebab bekas luka itu kepada Jaka.

“Kenapa ada bekas luka di kepalamu, Jaka?” tanya Dayg Sumbi.

Jaka tak bisa mengingat penyebab bekas luka yg ada di kepalanya. Dia hanya menceritakan kepada Dayg Sumbi bahwa ada seorang pertapa menemukan dirinya sedang pingsan dan terluka parah di tengah hutan. Mendengar cerita itu, maka yakinlah Dayg Sumbi bahwa calon suaminya itu adalah putranya sendiri, Sangkuriang.

Dayg Sumbi pun bingung. Dia tak mungkin menikah dengn putranya sendiri. Dia berusaha tuk meyakinkan Sangkuriang bahwa dia adalah putranya. Tuk itu, dia meminta kepada putranya agar membatalkan pernikahan mereka. Namun, Sangkuriang tak percaya pada kata-kata ibunya. Hatinya sudah terbelenggu oleh rasa cinta dan bersikeras ingin menikahi Dayg Sumbi.

Melihat sikap putranya itu, Dayg Sumbi semakin bingung dan ketakutan. Setiap hari dia berpikir tuk mencari cara agar pernikahan mereka dibatalkan. Setelah berpikir keras, akhirnya dia pun menemukan sebuah cara. Dia akan mengajukan dua syarat kepada Sangkuriang. Jika kedua syarat tersebut bisa dipenuhi oleh Sangkuriang, maka dia akan menikah dengnnya. Sebaliknya, jika Sangkuriang gagal, maka pernikahan mereka pun dibatalkan. Suatu malam, Dayg Sumbi menyampaikan kedua syarat itu kepada Sangkuriang.

“Jika kamu bersikeras ingin menikahiku, kamu harus memenuhi dua syarat,” kata Dayg Sumbi.

“Apakah syaratmu itu, Dayg Sumbi? Katakanlah!” desak Sangkuriang.

“Kamu harus membuatkan aku sebuah danau dan sebuah perahu. Tapi, danau dan perahu itu harus selesai sebelum fajar menyingsing di ufuk timur,” jawab Dayg Sumbi.

“Baiklah, Dayg Sumbi! Saya menyggupi semua syaratmu,” jawab Sangkuriang dengn penuh keyakinan.

Dengn kekuatan cinta dan kesaktiannya, Sangkuriang pun segera memanggil dan mengerahkan seluruh pasukannya yg berupa makhluk-makhluk halus tuk membantu menyelesaikan tugasnya. Setelah pasukannya siap, mereka pun menggali tanah dan menyusun batu-batu besar tuk membendung aliran air Sungai Citarum sehingga membentuk sebuah danau. Kemudian mereka menebang kayu-kayu besar tuk dibuat perahu. Saat tengah malam, Dayg Sumbi secara diam-diam mengintai pekerjaan Sangkuriang dan pasukannya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat mereka hampir menyelesaikan semua permintaannya.

Dayg Sumbi pun gusar. Dia segera berlari ke desa terdekat tuk meminta bantuan kepada masyarakat agar menggelar kain sutra berwarna merah di arah sebelah timur tempat Sangkuriang dan pasukannya bekerja. Tak berapa lama setelah kain sutra hasil tenunan Dayg Sumbi digelar, tampaklah cahaya berwarna kemerahan di arah timur sehingga seolah-olah hari sudah pagi. Ayam jantan pun mulai berkokok saling bersahut-sahutan. Para makhlus halus yg melihat cahaya merah dan mendengar suara ayam berkokok mengira hari sudah pagi. Mereka pun segera melarikan diri dan meninggalkan perahu yg hampir selesai.

Saat mengetahui dirinya diperdaya oleh Dayg Sumbi, Sangkuriang menjadi murka. dengn kesaktiannya, dia menjembol bendungan yg sudah dibuat bersama pasukannya, sehingga terjadilah banjir besar. Kemudian dia menendang perahu yg hampir selesai hingga terbang melayg dan jatuh menelungkup. Konon, perahu itu kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yg kini dikenal dengn nama Gunung Tangkuban Parahu. Tangkuban parahu dalam bahasa Sunda berarti perahu yg terbalik.

Setelah peristiwa itu, Dayg Sumbi melarikan diri ke arah Gunung Putri. Setibanya di Gunung Putri, dia tiba-tiba menghilang dan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Sementara Sangkuriang yg mengejarnya kehilangan jejak dan akhirnya sampai di sebuah tempat yg disebut dengn Ujung Berung dan menghilang ke alam gaib.

----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post