Cerpen Bobo Ke-83 Ini Ceritanya Berjudul "Tetangga Baru Malvin", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Tetangga Baru Malvin
----------------------------------------------------------------------------------------
Sejak kedatangan tetangga baru, Malvin dijauhi teman-temannya. Angga, Rudi, dan Karim tak mau lagi bermain ke rumah Malvin.Nenek Ratih, nama tetangga baru itu. Rumahnya berdekatan dengn rumah Malvin. Dia tinggal sendiri. Dia membuka warung jamu di depan rumahnya.
Pada suatu sore, Malvin berpapasan dengn Angga dan Karim. Mereka hendak bermain bola di lapangan.
“Rim, aku ikut main bola ya?” bujuk Malvin.
“Mm. Aku sih setuju. Tapi…”
“Jangan Rim!” Angga menolak.
“Lo, kenapa?” tanya Malvin.
”Kamu kan tetangganya nenek sihir. Nanti aku dan Karim disihir lagi!” kata Angga. Lalu mereka berdua bergegas menuju lapangan bola.
“Apa betul Nenek Ratih itu nenek sihir, sehingga teman-teman menjauhi aku?” Pikir Malvin.
Keesokan harinya, tanpa sengaja Malvin mendengar obrolan teman-temannya. Angga, Rudi dan Karim sedang membicarakan Nenek Ratih.
“Aku takut pada Nenek Ratih,” kata Angga.
“Aku juga. Bokongku pernah dipukul Nek Ratih. Sakit Sekali!” ujar Karim.
Rudi menambahkan, “Kamu belum seberapa, Rim. Aku dua kali diguyur nenek sihir itu.”
“Pura-puranya saja dia berjualan jamu. Aku yakin Nenek Ratih itu penyihir jahat!” seru Angga.
“Ah, pokoknya aku tak mau lagi bermain di dekat warung jamunya. Kata orang, dia kan suka menculik anak kecil,” sambung Karim.
Malvin pun bergegas pulang. Dia berharap tak bertemu Nenek Ratih di jalan. Apalagi matahari sudah mulai terbenam. “Jangan-jangan perkataan teman-temanku benar. Nenek Ratih akan berubah menjadi nenek sihir di malam hari,” pikir Malvin.
Suatu hari, ada mata pelajaran olahraga. Kelas Malvin bermain sepak bola. Malvin mendapat giliran membawa bola. Saat pulang sekolah, dia ingin sekali pulang bersama Angga, Rudi dan Karim. Tetapi ketiga temannya itu sudah pulang lebih dahulu. Terpaksa Malvin pulang sendiri.
Sepanjang jalan pulang, Malvin menggiring bola tendangnya. Dia terlihat sangat gagah. Namun, perasaan takut tiba-tiba muncul. Lagi-lagi dia harus melintasi rumah Nenek Ratih. Kaki Malvin gemetaran. Dia gak ingin berpapasan dengn nenek sihir itu.
Malvin sedang sial. Kakinya tersandung polisi tidur. Bolanya menggelinding kencang dan… suuiiiiit… Bola itu meluncur ke warung jamu Nenek Ratih! Nenek sihir yg suka memarahi anak kecil! Nenek sihir yg ditakuti anak-anak…
Malvin tak berani mengambil bolanya. Tetapi, dia juga tak ingin bolanya diambil nenek sihir itu. Maka, dia mengawasi rumah Nenek Ratih dari teras rumahnya sendiri, hingga sore hari.
Tiba-tiba turun hujan. Malvin cepat-cepat masuk ke halaman rumahnya. Dari balik jendela dia mengamati orang-orang sibuk mengangkat jemuran. Akan tetapi Nenek Ratih gak keluar. Kini jemurannya basah diguyur hujan. Malvin kasihan. Dia cepat-cepat keluar tuk mengangkat jemuran Nenek Ratih.
“Nenek! Nenek! Hujan!” seru Malvin.
Tak lama, muncullah Nenek Ratih. Langkahnya terseret. Napasnya terengah-engah. Malvin merasa ngeri sekali. Namun…
“Oh! Terima kasih, Cucu. Nenek tertidur tadi,” kata Nenek Ratih.
“I… Iya, Nek.”
Nenek Ratih kemudian masuk ke dalam warungnya. Dia kembali dengn membawa bola milik Malvin.
“Ini bola kamu, Cu?” Malvin mengangguk. Kemudian Nenek Ratih memberikan bola itu. “Nenek kira bola ini milik anak-anak nakal itu!”
“Anak-anak nakal? Siapa, Nek? Tanya Malvin.
“Itu, teman-teman bermain kamu,” jelas Nenek Ratih.
“Maksud nenek, Angga, Rudi dan Karim?” Tanya Malvin lagi.
“Benar. Mereka sering memecahkan pot bunga kesaygan Nenek,” ujar Nenek Ratih.
Malvin benar-benar tak menygka. Angga, Rudi dan Karim tlah mengganggu Nenek Ratih.
“Nenek kira, semua anak di sini nakal. Ternyata kamu gak. Nama kamu siapa?”
“Malvin, Nek.”
“Ya. Malvin. Ini tukmu. Sebagai tanda terima kasih Nenek.”
Wow! Nenek Ratih memberikan beberapa permen cokelat. Ternyata Nenek Ratih gak jahat. Teman-teman Malvinlah yg sering berbuat nakal sehingga membuat Nenek Ratih jengkel dan kesal.
Lega rasanya hati Malvin mengetahui hal itu. Mmm, tentu saja dia akan membagikan permen cokelat itu kepada Angga, Rudi dan Karim. Agar mereka juga tahu betapa baiknya Nenek Ratih.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!