Cerpen Bobo Ke-71 Ini Ceritanya Berjudul "Ibuku Sakit", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Ibuku Sakit
----------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini Vita gak bersemangat tuk sekolah. Wajah manisnya tampak murung. Yuni, sahabat sekaligus teman sebangkunya jadi heran. Selama ini, selain rajin dan pintar, Vita juga dikenal sebagai murid yg riang di kelas. Apalagi sekarang hari Jumat, hari ini ada pelajaran olahraga kegemaran Vita.“Kamu sakit ya, Vit?” Yuni bertanya pada Vita saat jam istirahat. Vita gak menjawab. DIa hanya menggeleng lesu. Sesampainya di kantin pun, wajah Vita masih tetap murung. DIa termenung memandangi siomay Mang Ujang, jajanan favorit para siswa SD Palang Merah.
“Hey, daripada siomaymu dimakan lalat, lebih baik berikan saja padaku ya…. Aaammm…” canda Yuni sambil pura-pura mengambil sepotong siomay Vita dengn garpu. Melihat tingkah Yuni yg lucu, Vita tersenyum.
“Lumayan, biarpun sedikit, yg penting kamu sudah senyum,” Yuni menyeringai puas.
“Vit, ada apa sih? Dari pagi sampai siang, kamu kok diam terus? Marah sama aku, ya?” Yuni bertanya-tanya dlam hati.
“Maaf, ya, Yun, aku buat kamu bingung. Pulang sekolah nanti, aku ceritakan masalahku, deh,” kata Vita seperti mengerti isi pikiran Yuni.
“Bener?” Yuni melonjak senang karena sahabatnya akhirnya mau bicara.
Sekarang giliran Yuni yg gelisah. DIa penasaran. Pulang sekolah nanti, apa yg akan dicerigakan Vita? Jangan-jangan dugaannya benar. Mungkin ada sikapnya yg membuat Vita marah ato tersinggung.
“Ibuku sakit, Yun…” cerita Vita akhirnya, ketika bel sekolah berbunyi. Makanya sejak berangkat sekolah tadi, aku sudah gak bersemangat. Kasihan ibuku sendirian di rumah. Ayah keluar kota. Pembantuku pulang kampung!” Vita buru-buru memasukkan alat tulisnya ke dlam tas.
“Aku khawatir… sebab gak ada yg memasak tuk Ibu. Kalau ibuku lapar, bagaimana? Tadinya aku mau bolos saja, tapi ibu melarang,” Vita tampak menangis ketika melangkah ke arah gerbang sekolah.
“Ssst… aku ngerti, Vit. Tapi kamu jangan nangis, dong. Malu tuh, dilihat Pak Satpam!” Yuni merangkul bahu sahabatnya.
“Sekarang, kan, waktu makan siang, mungkin ibumu sudah lapar. Ayo, kita segera ke rumahmu. Di jalan, kita pikirkan mau masak apa,” kata Yuni tegas.
Mereka pun bergegas ke luar gerbang. Gak lupa tersenyum kepada Pak Satpam yg setia membuka gerbang sekolah mereka.
Ketika melewati toko swalayan kecil di kompleks rumah Vita, Yuni menarik tangan Vita. “Ayo kita beli bahan makanan tuk ibumu,” ajak Yuni.
Dengn cekatan Yuni mengambil sebungkus sosis, bumbu kaldu instan, dan bawang goreng. “Memangnya kamu mau masak apa, Yun?” Tanya Vita heran. Yuni hanya tersenyum.
Setiba di rumah Vita, mereka melihat Ibu Vita sedang berusaha memasak di dapur. Ibu Vita tampak lemah. Yuni bergegas memapah Ibu Vita ke kamar.
“Tante tunggu sambil tiduran saja. Biar saya dan Vita yg membuat bubur,” Ujar Yuni ramah.
Dia dan Vita lalu sibuk di dapur. Mereka mengiris-iris sosis lalu memasukkannya dlam bubur. Yuni lalu membubuhkan setengah sendok garam dan sedikit bumbu kaldu instan.
Gak perlu menunggu lama… hmmm, harumnya bubur masakan Vita dan Yuni tercium dari arah dapur. Gak kalah dengn bubur ayam yg mangkal di depan sekolah mereka.
Ibu Vita kini menikmati lezatnya bubur sosis buatan Vita dan Yuni. Kesedihan Vita segera hilang setelah melihat senyuman Ibu yg begitu cerah.
“Kalian berdua anak hebat. Terima kasih, ya. Sekarang Ibu sudah kenyg dan harus minum obat,” ujar Ibu bangga.
“… lalu istirahat,” sahut Vita dan Yuni bersamaan.
“Tapi ngomong-ngomong, apa ibumu gak mencari kamu, Yun? Tadi pulang sekolah, kamu langsung ke sini, kan? Ayo, cepat telepon Ibumu dulu!” kata Ibu Vita sambil menunjuk telepon di meja kamarnya.
“Gak usah khawatir, Tante, terima kasih. Sebelum ke sini, Yuni sudah SMS Ibu, kok,” ujar Yuni ramah sambil menunjukkan HP mungilnya di saku.
Vita merangkul sahabatnya dengn terharu, “Untung saja aku punya sahabat baik kayak kamu, Yun. Tapi… aduh! Hidungmu jangan kembang kempis begitu, dong, ha ha ha…”
“Dan kamu, makanya jangan cepat panik dan nangis. Belajar masak yg gampang-gampang, dong, buat keadaan darurat!” balas Yuni.
Di sela tawa ceria mereka, Vita sempat berdoa dlam hati. Semoga Ibu cepat sembuh dan Tuhan membalas kebaikan hati Yuni, sahabat terbaiknya.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!