Cerpen Bobo Ke-61 Ini Ceritanya Berjudul "Calon Arang", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Calon Arang, Cerita Rakyat Jawa Timur
----------------------------------------------------------------------------------------
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di daerah Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan bernama Kahuripan. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Sri Baginda Erlangga. Suatu ketika, dia mendapat laporan dari patihnya yg bernama Narottama bahwa sebagian besar rakyatnya terserang penyakit aneh. Mendengar laporan itu, Sri Baginda Erlangga segera memerintahkan Patih Narottama tuk menyelidiki penyebab penyakit aneh tersebut. Alhasil, setlah diselidiki, ternyata penyakit aneh tersebut disebarkan oleh seorang perempuan penyihir yg bernama Serat Asih ato lebih dikenal dengn nama Calon Arang yg tinggal di Desa Girah. Setiap malam, Calon Arang menyebarkan penyakit aneh tersebut kepada rakyat Kahuripan dengn ilmu sihirnya. Mengetahui hal itu, Sri Baginda Erlangga memerintahkan Patih Narottama agar segera menangkap perempuan penyihir itu.“Wahai, Patih Narottama! Segera siapkan para prajurit pilihan tuk menangkap Calon Arang!” perintah Sri Baginda Erlangga.
Mendengar perintah itu, Patih Narottama pun segera menabuh bende ato canang (gong kecil) tuk mengundang para prajurit pilihan. Tak berapa lama kemudian, sekitar dua puluh prajurit pilihan tlah berkumpul di alun-alun kerajaan. Pasukan tersebut dipimpin oleh tiga orang komandan, yaitu Wangsa Jaya, Pungga Mukti, dan Pungga Sasra.
“Ampun, Patih! Kami sudah siap menunggu perintah selanjutnya,” lapor komandan Wangsa Jaya usai memeriksa anak buahnya.
“Baiklah! Jika kalian sudah siap, ayo kita berangkat ke Desa Girah tuk menangkap Calong Arang!” seru Patih Narottama.
Setlah itu, Patih Narottama memimpin pasukan tersebut menuju Desa Girah. Sesampainya di desa itu, mereka pun segera merusak sebuah rumah tua yg diduga sebagai tempat tinggal Calon Arang. Calon Arang yg berada di dlam rumah itu segera keluar dengn sangat marah. Dia tak terima dengn perlakuan pasukan kerajaan itu. Dia pun memerintahkan keempat orang muridnya, yaitu Supala, Guritna, Datyeng, dan Pitrah tuk mengusir mereka dari desa itu.
“Hai, murid-muridku! Usir mereka dari sini!” perintah Calong Arang.
Mendengar perintah itu, keempat murid Calong Arang tersebut segera menyerang pasukan kerajaan. Pertarungan sengit pun tak terelakkan lagi. Setlah beberapa saat pertarungan itu berlangsung, pasukan kerajaan pun terdesak. Melihat anak buahnya terdesak, Patih Narottama segera membantu. Namun, langkahnya dihadang oleh Calon Arang.
“Hai, Pak Tua! Hadapi aku kalau kamu berani!” tantang Calong Arang.
Tanpa berpikir panjang, Patih Narottama segera mencabut pedangnya lalu menebas leher Calon Arang hingga terputus. Anehnya, setiap kali dia menebas lehar Calon Arang, sesaat kemudian kepala Calon Arang yg jatuh ke tanah menyatu kembali dengn tubuhnya. Begitu tubuhnya kembali utuh, Calon Arang tertawa terbahak-bahak.
“Hi… hi… hi… hi… ! Kamu tak akan sanggup membunuhku Pak Tua!” seru Calon Arang.
Patih Narottama tak putus asa. Dia terus menebaskan pedangnya pada leher Calong Arang. Namun, Calon Arang tetap tak bisa mati. Akhirnya, Pati Narottama memerintahkan pasukannya tuk mundur dan kembali ke istana Kahuripan.
Mengetahui kegagalan Patih Narottama dan pasukannya tersebut, Sri Baginda Erlangga segera memanggil Empu Bharada yg merupakan adik sepupu Calon Arang. Tak berapa lama kemudian, Empu Bharada pun datang menghadap ke istana.
“Ampun, Baginda! Ada apa gerangan Baginda memanggil hamba?” tanya Empu Bharada.
“Begini, Empu! Calon Arang tlah membuat resah seluruh rakyat di negeri ini. Aku sudah memerintahkan patih dan para pasukan pilihan kerajaan tuk menangkapnya, namun mereka tak sanggup menghadapi kesaktian Calon Arang. Hanya Empulah satu-satunya harapanku. Aku yakin, Empu akan mampu menangkapnya,” jawab Sri Baginda Erlangga.
“Baiklah, Baginda! Hamba bersedia memenuhi permintaan Baginda,” kata Empu Bharada seraya berpamitan sambil memberi hormat.
Setibanya di rumah, Empu Bharada memanggil muridnya yg bernama Bahula tuk mengatur siasat.
“Apa yg harus kita lakukan, Empu? Bukankah Calon Arang memiliki kesaktian yg tinggi?” tanya Bahula.
“Benar katamu, Bahula! Tapi, aku tahu kelemahannya. Rahasia kesaktian Calon Arang terdapat di dalam sebuah kitab pusaka. Aku yakin, kitab itu pasti disembunyikan di dalam rumahnya. Tuk itu, aku tugaskan kamu tuk mengambil kitab itu,” jawab Empu Bharada.
“Bagaimana caranya, Empu?” Bahula kembali bertanya.
“Begini, Bahula! Bukankah Calon Arang mempunyai seorang anak gadis yg bernama Ratna Manggali? Nah, tuk mengambil kitab itu, kamu harus menikah dengnnya. Setlah menjadi suaminya, tentu kamu akan tinggal di rumah Calon Arang. Dengn demikian, kamu bisa menyelidiki di mana kitab pusaka itu disembunyikan,” jawab Empu Bharada.
Mendengar penjelasan gurunya, Bahula terdiam sejenak. Dia memikirkan kekasihnya, Wedawati, yg tak lain adalah putri Empu Bharada.
“Bagaimana dengn Wedawati, Empu?” tanya Bahula.
“Demi ketenteraman negeri ini, aku merestuimu menikah dengn Ratna Manggali! Tapi, ingat! Jangan sampai hal ini diketahui oleh Wedawati!” ujar Empu Bharada.
Bahula pun bersedia menikahi anak gadis Calon Arang. Keesokan harinya, Bahula berpamitan kepada gurunya. Sebelum dia berangkat, Empu Bharada berpesan kepadanya agar segera kembali setlah berhasil mengambil kitab pusaka itu.
Setlah itu, berangkatlah Bahula ke Desa Girah tuk melamar Ratna Manggali. Sesampainya di desa itu, dia pun menyampaikan maksudnya kepada Calon Arang. Tanpa curiga sedikit pun, Calon Arang menerima lamarannya. Sehari kemudian, pesta pernikahan Bahula dan Ratna Manggali dilangsungkan secara sederhana. Setlah menjadi suami Ratna Manggali, Bahula tinggal di rumah Calon Arang. Dia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu tuk menyelidiki tempat kitab pusaka itu disimpan.
Pada suatu malam, ketika seluruh isi rumah sedang tertidur pulas, Bahula masuk ke kamar Calon Arang dengn langkah sangat hati-hati. Di dalam kamar itu, dia melihat sebuah peti berwarna coklat yg disimpan di dalam lemari.
“Hmmm… aku yakin kitab pusaka Calon Arang pasti disimpan di dalam peti itu,” kata Bahula dalam hati.
Dengn langkah perlahan-lahan, Bahula mengambil peti itu dan segera membawanya keluar dari kamar Calon Arang. Sebelum kembali tidur, dia memeriksa isi peti itu tuk memastikan apakah di dalamnya berisi kitab pusaka. Ternyata benar, peti itu berisi sebuah kitab yg sudah mulai usang.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Bahula meminta izin kepada istri dan Calon Arang tuk menjenguk keluarganya di kampung. Calon Arang pun mengizinkannya tanpa curiga sedikit pun. Bahkan saat Bahula akan berangkat, dia mengantarnya sampai ke depan rumah.
Setlah Bahula pergi, Calon Arang kembali masuk ke kamarnya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kitab pusakanya sudah tak ada lagi di dalam lemari. Dia pun sadar bahwa Bahula tlah mengambil kitab itu. Dengn marah, dia segera keluar dari rumahnya hendak mengejar Bahula. Namun, Bahula tlah pergi meninggalkan desa itu.
Sementara itu, Bahula yg tlah sampai di padepokannya segera menyerahkan kitab pusaka itu kepada Empu Bharada.
“Apakah kitab pusaka ini yg Empu maksud?” tanya Bahula seraya meletakkan peti itu di depan gurunya.
“Ya, Benar! Kekuatan sihir Calon Arang ada pada kitab ini,” jawab Empu Bharada setlah memeriksa isi peti itu.
“Baiklah, Bahula! Aku harus segera mempelajari isi kitab ini sebelum Calon Arang menyusul kemari,” kata Empu Bharada.
Usai mempelajari isi kitab pusaka tersebut, Empu Bharada memberitahukan kepada Bahula mengenai kelemahan Calon Arang.
“Menurut kitab ini, satu-satunya senjata yg bisa membunuh Calon Arang adalah keris Weling Putih,” ungkap Empu Bharada.
“Bukankah keris Weling Putih itu ada pada Empu?” tanya Bahula.
“Ya, kebetulan sekali, Bahula! Jadi, dengn keris itu kita dapat menghabisi nyawa Calon Arang dengn mudah,” jawab Empu Bharada sambil tersenyum.
Setlah mempersiapkan keris Weling Putihnya, Empu Bharada bersama Bahula datang menemui Calon Arang di Desa Girah. Setibanya mereka di sana, alangkah terkejutnya Calon Arang ketika melihat Bahula datang bersama Empu Bharada. Dia baru sadar, ternyata menantunya adalah murid Empu Bharada, adik sepupunya.
“Hai, Bahula! Rupanya kau tlah memperdayaiku. Kamu menikah dengn anak gadisku karena hanya ingin mencuri kitab pusakaku. Ayo kembalikan kitab pusaka itu kepadaku!” seru Calong Arang dengn kesal.
“Maaf, Kang Ayu! Kami melakukan semua ini atas perintah Gusti Raja. Beliau tak tahan lagi melihat penderitaan rakyat negeri ini karena penyakit aneh yg kamu sebarkan itu,” sahut Empu Bharada.
“Persetan dengn Gusti Raja! Kembalikan kitab pusaka itu!” seru Calon Arang.
Berkali-kali Calon Arang meminta agar kitab pusakanya dikembalikan kepadanya, namun Empu Bharada tetap menolak tuk memberikannya. Kemarahan Calon Arang pun semakin memuncak. Tiba-tiba dia menyerang Empu Bharada dengn ilmu sihirnya. Dengn cepat, Empu Bharada mencabut keris Weling Putih yg terselip di pinggangnya tuk menangkis sihir itu. Setlah berhasil menangkis sihir itu, Empu Bharada hendak berbalik menyerang. Namun baru saja dia mengacung-acungkan kerisnya, tiba-tiba Calon Arang berteriak meminta ampun karena takut pada keris itu.
“Ampun, Dimas! Ampunilah aku!” pinta Calon Arang menghiba.
“Hai, Calon Arang! Walaupun kau adalah kakak sepupuku, kau tetap musuhku. Kau tlah membuat rakyat di negeri ini menderita. Lebih baik kamu mati saja!” seru Empu Bharada seraya menghujamkan keris Weling Putihnya ke tubuh Calon Arang.
Akhirnya, Calon Arang pun tewas. Sepeninggal Calon Arang, Bahula tetap menjadi suami Ratna Manggali. Konon, Bahula juga menikah dengn kekasihnya, Wedawati. Sejak kematian Calon Arang, penyakit aneh yg menimpa rakyat Kahuripan serta merta hilang. Mereka pun kembali hidup damai dan sejahtera.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!