Cerpen Bobo Ke-54 Ini Ceritanya Berjudul "Kyoko Si Pemarah", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Kyoko Si Pemarah
----------------------------------------------------------------------------------------
Malam itu pantai ramai sekali. Beberapa tenda biru dipasang sejajar. Mirip tentara baris. Beberapa anak mengitari api unggun sambil menyanyi dan berjoget. Ada juga yg iseng menaruh pasir di kepala temannya, kemudian lari menjauh sambil menggoda.Di dekat karang besar, agak jauh dari api unggun, beberapa anak asyik mengumpulkan kerang. Meskipun repot membawa senter, ternyata seru juga mencari kerang beramai-ramai. Warna kerang makin berkilauan ditimpa cahaya senter.
“Lihat, Yuko! Mirip kerangku yg rusak dulu,” tunjuk seorang anak berbaju merah.
Yuko ikut mengagumi, “Hmm, kerang begini jarang ada. Beruntung kamu mendapatnya, Sayo.”
Sayo, anak berbaju merah itu mengangkat lebih tinggi kerang kuning gadingnya, “Setahun lebih aku gak mengumpulkan kerang-kerang indah begini. Gak ada saingan, kurang seru.”
“Sainganmu dulu kan Kyoko,” kata Yuko. Diliriknya wajah Sayo yg menegang, “Kyoko…si pemarah itu,” desis Yuko lagi.
Sayo melamun, mengingat kembali peristiwa setahun lalu…
Saat itu pamannya baru pulang liburan dari negara tropis. Ia membawa dua bungkusan mungil, oleh-oleh buat Sayo dan sepupunya, Kyoko.
“Dua bungkusan ini berbeda isinya. Tapi paman yakin kalian menyukainya,” katanya sambil menggoyg-goyg dua bungkusan itu.
Sayo dan Kyoko sulit tuk menentukan siapa yg lebih dulu berhak memilih. Kyoko menang. Ia memilih bungkusan berwarna merah. Isinya kalung manik-manik yg indah sekali. Kyoko senang dan lalu memakainya.
“Buka dong oleh-olehmu,” desaknya pada Sayo. Mata Sayo terbelalak saat membuka bungkusan hijau di tangannya. Isinya… puluhan kerang warna-warni yg luar biasa indahnya.
Kyoko iri melihatnya. Sekarang jumlah kerangnya kalah dengn milik Sayo. Mereka berdua memang punya hobi yg sama. Mengoleksi kerang. Keduanya bersaing mengumpulkan kerang yg berbeda warna dan bentuk sebanyak-banyaknya.
Karena gengsi, Kyoko menolak setika Sayo menawarkan sebagian kerang oleh-oleh itu. “Huh! Buat apa. Aku bisa cari sendiri!” katanya ketus. Sayo tak menawarkan lagi. Dia maklum akan sifat pemarah Kyoko.
Keesokan harinya marah-marah Kyoko belum hilang juga. Ia benci pada pamannya yg seolah-olah sengaja mempermainkannya, “Bawa oleh-oleh kok berbeda. Satunya berisi kerang, lagi! Apa Paman gak tahu kalau aku dan Sayo bersaing mengumpulkan kerang.”
Sayo merasa lebih baik ia pura-pura tak tahu kemarahan sepupunya itu. Ia juga gak mencari ketika sepanjang siang itu Kyoko menghilang. Paling-paling main sepatu roda di taman, tebaknya. Sayo cuma tersenyum mengingat Kyoko yg pernah marah-marah ketika sepatu rodanya selip dan menabrak tong sampah. Salahnya sendiri gak melihat jalan.
Malam harinya, Kyoko kembali marah-marah di kamar. Terdengar suara barang dibanting. Sayo segera masuk ke kamar. Berantakan. Tampaknya Kyoko ngamuk.
“Kyoko…” panggil Sayo takut-takut.
Kyoko menatapnya sinis, “Kamu tak usah sok membagi kerang oleh-oleh Paman. Kenapa meletakkannya di kotakku?!”
Sayo jadi serba salah. Memang ia sengaja meletakkan kerang-kerang dari paman mereka di kotak kerang Kyoko. Maksudnya tuk kejutan. Tak tahunya Kyoko malah marah.
Crak! Crak! Begitu marahnya, Kyoko membanting kotak kerangnya dan menghancurkannya dengn tongkat kasti. Tak puas, ia ikut menghancurkan milik Sayo, “Kamu pikir aku tak bisa mendapatkan kerang sebagus milikmu?! Akan kucari sekarang juga.”
Kyoko berlari keluar. Sayo menyusul, “Awas, tangga itu!” Terlambat. Kyoko terguling hingga anak tangga terbawah. Jeritannya berhenti saat kepalanya menghantam keras pot batu di sisi tangga. Kyoko dibawa ke rumah sakit. Kepalanya mengalami luka dalam. Ia tak bertahan lama. Kyoko meninggal setelah koma beberapa saat.
Setelah Kyoko meninggal, Sayo tak lagi mengumpulkan kerang. Hingga setahun kemudian, sekolahnya menyelenggarakan darmawisata di pantai ini.
Sayo mengakhiri lamunannya…
“Kamu tahu Kyoko tak mau menerima kerangmu. Kenapa masih kamu letakkan juga di kotaknya?” tanya Yuko heran.
“Itu bukan milikku. Siang itu, saat Kyoko tak di rumah, pamanku datang lagi. Ia membawa satu kantung kerang, yg mirip oleh-olehnya tukku. Sebenarnya Paman membeli dua kantung kerang. Tapi yg satu nyelip entah di mana, dan baru ketemu siang itu. Katanya itu buat Kyoko.”
“Sekarang, bantu aku cari kerang yg sama dengn yg ini, ya?” pinta Sayo kemudian, “Akan kuletakkan satu di kuburan Kyoko. Mungkin ia tak suka. Tapi…dia tak mungkin menolak dan marah-marah lagi,” kata Sayo sedih.
“Sayg, ya… waktu itu Kyoko terlalu cepat marah. Jadi ia gak tahu… Sayg sekali,” decak Yuko sambil mengarahkan senter ke air laut. Mencari kerang kuning gading.
Sementara itu, di atas batu karang, seorang anak berwajah pucat menatap sayu. Wajahnya mirip almarhum Kyoko…
“Kini aku tlah tahu semuanya. Terima kasih mau membagi kerang kuning gading itu buatku, Sayo,” gumam anak berwajah pucat itu, “Akan kubantu mencarinya.” Pakaian putihnya berkibar saat ia menuruni batu karang.
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!