CERPEN BOBO Ke-46, Ngompol

Cerpen Bobo Ke-46 Ini Ceritanya Berjudul "Ngompol", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya


Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...

CERPEN BOBO, Ngompol

----------------------------------------------------------------------------------------
Kriiiing!!!!
Jam weker Dino berdering nyaring. Dengn malas Dino membuka kelopak matanya. Eits, ada yg lembab di atas kasurnya. Dino meraba perlahan seprei biru bergambar Mickey Mouse. Tiba-tiba Dino terlonjak bangun.
"Aduh gawat, aku ngompol lagi," desisnya dengn wajah cemas. "Ibu pasti marah lagi."
Dan benar saja. Ibu Dino marah besar. Soalnya, baru kemarin Ibu mengganti seprei Dino karena Dino ngompol di tempat tidur.
Dino berangkat ke sekolah dengn wajah lesu. Ingin rasanya dia menghilangkan kebiasaan buruknya itu, namun Dino tak tahu bagaimana caranya.

Libur panjang kenaikan kelas tahun ini, Dino berlibur ke tempat Nenek di Yogya. Ayah mengantar Dino dengn kereta api. Di sepanjang perjalanan hanya satu yg ada di dalam benak Dino. Bagaimana caranya agar dia gak ngompol.
Malu rasanya pada Nenek. Apalagi Nenek sudah tua, kasihan jika Nenek harus mencuci seprei dua hari sekali.
"Lha wong sudah kelas empat kok masih ngompol" Mungkin Nenek akan berucap seperti itu pada Dino.
Mereka tiba di Yogya pagi hari. Sorenya Ayah kembali ke Jakarta.
Nenek tlah menyediakan sebuah kamar tuk Dino. Kamarnya kecil tapi rapi sekali. Nenek slalu membersihkan kamar itu tuk berjaga-jaga jika ada anak atau cucunya yg akan menginap.

Tak terasa malam mulai menjelang. Suasana rumah Nenek yg masih pedesaan tlah sunyi. Hanya suara binatang malam yg terdengar bersahutan. Nenek, Dino dan Om Budi, adik bungsu Ayah, menyantap makan malam. Nasi panas yg masih mengepul, orek tempe, gudeg, ayam goreng dan sambal. Dino makan dengn lahap. Nenek dan Om Budi hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Maklum, tubuh Dino yg lumayan gendut mampu menampung banyak makanan. Bahkan pisang ambon yg besar-besar hasil kebun Nenek, masih muat mengisi ruang lambung Dino.

Saat yg paling mendebarkan pun tiba. Waktunya tidur. Dino sangat gelisah. Miring ke kiri salah. Putar ke kanan salah. Tengkurap salah, apalagi dengn perut kekenygan. Akhirnya Dino bangkit dari tempat tidur menuju meja kecil di sudut ruangan. Diraihnya sebuah plastik berisi capung yg ditangkapnya sore tadi. Plastik itu diikat ujungnya dan diberi lubang kecil di setiap sisinya tuk menjaga agar capung tetap dapat bernafas.
Menurut Chandra, teman Dino, salah satu obat tuk menghilangkan kebiasan ngompol adalah dengn membiarkan pusar digigit capung.
Dino mengangkat kausnya hingga pusarnya kelihatan. Dengn ragu dia mendekatkan capung berwarna merah itu ke perutnya.
"Wadau!" Dino menjerit kesakitan.
Dengn tergopoh-gopoh Nenek masuk ke dalam kamar. "Ada apa, No?" tanya Nenek dengn wajah khawatir.
Seekor capung terbang di atas kepala Nenek.
Dino bercerita terus terang walau dia agak malu. Nenek tertawa terkekeh-kekeh. Namun tiba-tiba wajah Nenek berubah serius. "Sebelum tidur, kamu sudah buang air kecil, belum?"
Dino memandang Nenek dengn heran. "Belum, Nek," kata Dino sambil menggeleng. "Aku gak biasa buang air kecil sebelum tidur," lanjut Dino lagi.
"Nah kalau begitu sekarang Dino buang air kecil dulu. Nenek jamin kamu ndak ngompol."
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela. Burung-burung berkicau ramai, membangunkan Dino. Begitu membuka matanya, Dino buru-buru bangkit dari tempat tidurnya dan meraba kasur.
"Aku nggak ngompol!" ucapnya tak percaya. "Nek, Dino nggak ngompol lagi!" teriak Dino menghambur ke arah Nenek yg tengah menyediakan teh dan pisang goreng di ruang tengah.
Nenek tersenyum lalu membelai kepala Dino. "Resep gak ngompol itu gampang, kan? Pusar mu ndak perlu digigit capung. Cukup buang air kecil sebelum tidur. Kalau tengah malam ingin buang air kecil, segera bangun. Tapi kalau takut, Dino boleh membangunkan Nenek ato Om Budi tuk diantar ke belakang," nasihat Nenek.
"Terima kasih Nek," ucap Dino sambil memeluk Nenek.
Kemudian Dino menyambar handuknya tuk segera mandi dan sarapan. DIa takut teh tubruk dan pisang gorengnya jadi dingin.
Oleh: Siti Nurlaela (Bobo No. 04/XXXI)
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post