Cerpen Bobo Ke-23 Ini Ceritanya Berjudul "Adikku, Mentariku", Semoga Adik-Adik Bisa Mengambil Hikmahnya Ya
Cerpen ini bukan kakak yang membuatnya, kakak hanya mengumpulkan cerpen-cerpen yang paling bagus menurut kakak dari berbagai sumber. Tapi sumber yang paling banyak kakak pilih adalah dari web resmi Bobo-nya langsung. Selamat membaca...
CERPEN BOBO, Adikku, Mentariku
----------------------------------------------------------------------------------------
"Rena!" panggil Bunda. Rena gak menyahut."Rena Nakagawa Hamasaki!" Bunda memperjelas seruannya. Rena tetap teguh pada pendiriannya, dia gak mau menatap Bunda. Rena asyik merengut di kamar. Bunda menghampiri Rena.
"Rena kenapa?" tanya Bunda.
"Huh, Rena nggak suka ada Laras di sini!" teriak Rena. Laras yg mendengar itu hanya bisa meratapinya dengn pilu.
"Memang kenapa Laras? Dia baik, kok! Bunda dan Ayah mengadopsi dia agar kamu gak kesepian!" kata Bunda.
"Pokoknya aku benci Laras! Aku benci LARAS!" teriak Rena emosi.
"Ya sudah!" Bunda keluar kamar. Gadis keturunan Jepang ini membanting pintu kamarnya.
Dua hari setelah kedatangan Laras, adik angkatnya, hidup Rena terasa hancur. Laras, gadis yg pintar dan beruntung. Dia diadopsi orangtua Rena dua hari lalu. Tapi, bukannya senang, Rena malah membencinya. Dan itu merupakan penderitaan bagi Laras. Namun Laras sadar, dia masih beruntung. Masih sangat beruntung!
"Bun, tolong ambilkan susu, dong! Bus jemputan sebentar lagi datang," pinta Rena.
"Rena kan udah besar, ambil sendiri, ya, di dapur!" nasehat Bunda.
"Huh, ya udah!" Rena mengambil susunya dengn bersungut-sungut.
"Laras sayg, kamu mau apa? Bunda ambilin!" tanya Bunda mengalihkan perhatian.
"Ng ... enggak ah, Bunda! Makasih," sahut Laras sambil melirik Rena yg sedang memasang wajah kesalnya.
Satu bulan setelah Laras menjadi keluarga di sini, beban Rena terasa semakin besar. Dia belum sudi memanggil Laras sebagai adiknya. Berbicara pun ... ehm, tak pernah. Rena malas mengobrol bersama Laras.
Hari ini, kekesalan Rena memuncak. Bunda dan Ayah gak bisa menjemputnya dengn satu alasan, LARAS! Laras, Laras, Laraaaas terus! Rena bosan dengn nama itu. Dia benci dengn Laras. Bukan benci lagi! Sangat benci!! Rena pulang ke rumah dengn wajah merah padam.
"Brakk!"
"Bunda!" teriak Rena. Gak ada jawaban.
"BUNDA!!" Masih gak ada jawaban. Tiba-tiba, Bi Rere, pembantu Rena, datang.
"Mbak Rena!"
"Bibi! Bunda mana?" tanya Rena.
"Bibi susah menjawabnya! Yuk ikut Bibi!" ajak Bi Rere sambil menarik Rena masuk ke dalam taksi di belakangnya. Taksi itu mengantarkan Rena dan Bi Rere ke rumah sakit.
"Ap ... Rena nggak sakit, Bi!" Namun, Bi Rere tetap menggeret Rena masuk, menuju kamar 196 di tingkat dua.
"Kreek!"
"Bun ... hah?!" Rena terkesima saat melihat Laras terbaring lemah di ranjang. Matanya tampak terpejam. Bunda menitikkan air matanya.
"Laras kenapa?" tanya Rena. Lagi-lagi, gak ada yg menjawab pertanyaan Rena. Tiba-tiba, Dokter Alya masuk.
"Maaf, saya akan memeriksa pasien! Apa ini gadis yg positif leukemia?" Deg! Apa? Leukemia? Laras ... Laras ... Bunda mengangguk pelan.
"HUAAA!" tangis Rena meledak, dia berlari ke balkon rumah sakit. Di sana, dia menangis tersedu-sedu. Dia memikirkan Laras. Adik angkatnya yg dia campakkan. Laras Leukemia?
"Jangan sedih, Mbak Rena! Mbak Rena bisa meminta maaf kepada Laras, kan?" hibur Bi Rere.
"Rena jahat! Rena jahat karena udah benci sama Laras, Bi! Huaaa," tangisnya.
"Mbak Rena nggak jahat. Kita doakan saja biar Laras sembuh. Oke?" Rena mengangguk, lalu menyeka air matanya.
Sebulan setelah Laras pulang ke rumah... Walau dia belum sembuh total, Laras pergi ke teras rumahnya, menatap mentari di langit.
"Mataharinya bagus, ya?" sapa Rena. Laras terkejut, lalu menoleh.
"Iya, Kak! Aku pengin, deh, menggapai mentari!" kata Laras.
"Hahaha! Dasar tukang mengkhayal!" ledek Rena.
"Biarin, dong, Kak Rena! Weeek!"
"Laras! Awas, ya!" Sebelum mengejar Laras, Rena menatap langit sekali lagi. Mentari itu, seperti Laras yg selalu menyinari hari-hariku ...
Oleh: Meiza Maulida Munawaroh
----------------------------------------------------------------------------------------
Gimana bagus gak cerita dalam cerpen di atas? Kalo adik-adik tertarik dengan cerpen bobo lainnya, silahkan baca aja di sini. Atau bisa juga baca di web bobo, ini dia web resminya: Bobo. Sampai berjumpa lagi di cerpen berikutnya, bey...
Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!