Cerita Lucu Abu Nawas 24, Merayu Allah

Cerita Lucu Dari Sesosok Ulama Besar Abu Nawas Yang Ke-24 Ini Berjudul "Merayu Allah", Ambil Hikmahnya Yoo


Cerita lucu Abu Nawas di sini kami dapatkan dari berbagai sumber, jadi maaf yaa kalo cerita lucu seperti di bawah ini sudah pernah kalian baca. Cerita lucu ini sarat sekali dengan kandungan hikmah dalam ceritanya, jadi sambil menghibur hati, petik juga hikmah yang terkandung dalam cerita lucu dari Abu Nawas ini.

Selamat membaca...
--------------------------------------------------------------------------------------

Cerita Lucu, Abu Nawas Merayu Allah


Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yg merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dlam kesempatan mengajar, dia akan memberikan jawaban-jawaban yg berbobot sekalipun dia tetap menyampaikannya dengn ringan.

Seorang murid Abu Nawas ada yg sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang dia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yg mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.

“Manakah yg lebih utama, orang yg mengerjakan dosa-dosa besar ato orang yg mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yg pertama.

“Orang yg mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.

“Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.

“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas.

Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengn jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Dia ternyata mengajukan pertanyaan yg sama, “Manakah yg lebih utama, orang yg mengerjakan dosa-dosa besar ato orang yg mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Yang utama adalah orang yg tak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi.

“Dengn tak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai.

Orang ke dua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dlam hatinya.

Orang ke tiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama. “Manakah yg lebin utama, orang yg mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yg mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.

“Orang yg mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.

“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ketiga itu lagi.

“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengn besarnya dosa hamba-Nya,” ujar Abu Nawas kalem.

Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.

Si murid yg suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu. “Mengapa pertanyaan yg sama bisa menghasilkan tiga jawaban yg berbeda,” katanya tak mengerti.

Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.

“Seorang anak kecil yg melihat bintang di langit, dia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yg tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.

“Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.

“Orang pandai yg melihat bintang di langit, dia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena dia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.

“Orang pandai dan paham yg melihat bintang di langit, dia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun dia tahu yg sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yg lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

Si murid pun mafhum. Dia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yg berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.

“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Allah?” tanyanya.

“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.

“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.

“Manusia bisa menipu Tuhan dengn merayu-Nya melalui pujian dan doa,” ujar Abu Nawas.

“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.

“Doa itu adalah,

“Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.”

(Wahai Tuhanku, aku tak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yg mengampuni dosa-dosa besar).

Banyak orang yg mengamalkan doa yg merayu Tuhan ini.
--------------------------------------------------------------------------------------
Gimana? Sudah merasa terhibur dengan cerita lucu di atas. Jika anda tertarik membaca cerita lucu lainnya, silahkan baca di blog ini. Sampai berjumpa lagi di cerita lucu kami lainnya. Bey.

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post