Puisi Cinta Taufiq Ismail Volume Ke-07

2 Puisi Cinta Volume Ketujuh Taufiq Ismail Ini Berjudul "1946: LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK" Dan "BAGAIMANA KALAU"


Beberapa puisi cinta di bawah ini, penulis dapatkan dari beberapa buku karya Taufiq Ismail. Mungkin salah satu diantara puisi cinta ini sudah pernah kalian baca. Puisi-puisi cinta beliau ini penuh dengan makna Islami loh dan tak lupa sekarang ini beliau masih ada di antara kita loh.

Penulis bermaksud mengumpulkan puisi-puisi cinta dari Taufiq Ismail agar sewaktu-waktu bila ada yang membutuhkannya bisa dengan segera mendapatkannya. Mudah-mudahan dengan membaca sedikit puisi ini, ilmu dan wawasan kita bertambah luas. Oke silahkan membaca...

Puisi Cinta 1, "1946: LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK"


Sebuah truk laskar menderu
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
‘Sudah Bebas Negeri Kita’

Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun, terjaga:
‘Ibu, akan pulangkah bapa,
Dan membawakan pestol buat saya?’


1963
Budaja Djaja
Thn. VI, No. 61
Juni 1973

Puisi Cinta 2, "BAGAIMANA KALAU"


Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,
dan kepada Koes Plus kita beri mandat,
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,
dan ibukota Indonesia Monaco,
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas,
salju turun di Gunung Sahari,
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia
dibayar dengan pementasan Rendra,
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,
dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga di
kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki
pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara
percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan
margasatwa Afrika,
Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil
mempertimbangkan protes itu,
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita
pelihara ternak sebagai pengganti
Bagaimana kalau sampai waktunya
kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.

1971

Terima kasih sudah membaca 2 puisi Taufiq Ismail di atas. Jika anda berminat atau ingin mencari puisi-puisinya yang lain, silahkan anda cari di sini. Sampai berjumpa lagi di puisi cinta berikutnya...

Untuk lebih lengkap tentang apa yang sedang Anda cari, Silahkan lihat dalam "Daftar Isi" di tombol menu atas!

Related Post